5 Tips Parenting untuk Cegah Anak Jadi Pelaku Kekerasan
Ajarkan sejak dini, ini cara cegah anak agar tidak jadi pelaku kekerasan
30 November 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di era sekarang ini, orangtua sering kali diresahkan dengan banyaknya kasus perundungan yang kerap melibatkan anak-anak sebagai pelaku dan korbannya.
Untuk itu, penting bagi kita sebagai orangtua untuk mengambil peran aktif dalam membentuk karakter anak sejak dini. Karena tanpa bimbingan yang tepat, anak-anak bisa saja mengadopsi perilaku kasar dari lingkungan sekitar, Ma.
Melansir dari laman resmi Nahdlatul Ulama (NU) Online, Pengurus Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK PBNU) Ervi Zidni el-Ma’ani membagikan beberapa cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku kekerasan.
Berikut Popmama.com rangkumkan tips parenting untuk cegah anak jadi pelaku kekerasan.
1. Jadi contoh bagi anak
Langkah pertama yang dibagikan Ervi adalah dengan menjadi teladan atau contoh baik bagi anak.
Seperti diketahui bersama, anak adalah peniru ulung. Jadi, apapun yang mereka lihat tentu bisa mereka serap dan terapkan dalam kehidupannya, Ma.
Ketika anak melihat orangtuanya memperlakukan orang lain dengan sopan, bertindak jujur, dan mampu mengelola emosi dengan baik, mereka pun akan cenderung meniru perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, anak juga bisa terhindar dari sebagai pelaku tindak kekerasan di kemudian hari.
Editors' Pick
2. Buat komunikasi terbuka dengan anak
Di era serba teknologi sekarang ini, bukan hal yang mudah bagi orangtua untuk bisa menjalin hubungan yang dekat dengan anak. Hal ini karena kebanyakan anak lebih sering menghabiskan waktu dengan layar gadget, alih-alih berinteraksi langsung dengan orangtua.
Nah, jika anak mama termasuk tipe seperti ini, cobalah untuk membangun kedekatan lebih dengan anak dengan membuat komunikasi terbuka antara orangtua dan anak.
Kedekatan inilah yang dapat menjadi pondasi untuk membangun ikatan emosional yang kuat, sehingga anak nantinya bisa lebih nyaman dan percaya kepada orangtuanya.
Ketika anak merasa nyaman dan percaya, mereka pun bisa lebih terbuka dengan apapun yang mereka rasakan. Berbanding terbalik dengan anak yang perilakunya bermasalah, Ervi menjelaskan biasanya ini terjadi karena anak cenderung kurang mendapat perhatian dari orangtuanya.