Sejarah Erupsi Gunung Tambora 1815, Ini Fakta Menariknya!
Indonesia berada dalam kawasan Cincin Api yang dikelilingi gunung berapi
31 Mei 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Gunung Tambora merupakan sebuah gunung berapi yang terletak di Pulau Sumbawa, merupakan bagian dari propinsi Nusa Tenggara Barat.
Gunung ini terletak di dua kabupaten, lereng bagian barat dan selatan terletak di Kabupaten Dompu sedangkan lereng bagian utara dan timur terletak pada Kabupaten Bima.
Lebih dari 200 tahun lalu, erupsi gunung ini terjadi dan memusnahkan banyak wilayah dan kehidupan di sekitarnya.
Banyak hal menarik pada peristiwa bencana di masa lampau tersebut.
Popmama.com telah merangkum tentang Erupsi Gunung Tambora 1815, sejarah dan fakta menarik dibaliknya. Simak terus ya Ma!
Editors' Pick
1. Letusan terbesar sepanjang sejarah manusia
Sejak tahun 1812 gunung Tambora menjadi lebih aktif aktivitasnya. Dan puncak letusannya terjadi pada 5 April 1815 yang berlangsung terus-menerus selama 4 bulan.
Tercatat dalam skala 7 Volcanic Explosion Index (VEI), letusan Tambora merupakan yang terbesar dalam sejarah peradaban manusia.
Pada tanggal 5 April 1815, saat letusan terjadi, diikuti dengan suara guruh yang terdengar di Makassar, Sulawesi (380 km dari gunung Tambora), Batavia (kini Jakarta) di pulau Jawa (1.260 km dari gunung Tambora), dan Ternate di Maluku (1400 km dari gunung Tambora).
Suara gemuruh ini terdengar sampai ke pulau Sumatra pada tanggal 10-11 April 1815 (lebih dari 2.600 km dari gunung Tambora) yang awalnya dianggap sebagai suara tembakan senapan.
Pada pagi hari tanggal 6 April 1815, abu vulkanik mulai jatuh di Jawa Timur dengan suara gemuruh terdengar sampai tanggal 10 April 1815.
Letusan ini menghasilkan kaldera terdalam di seluruh dunia. Dengan diameter 7 km dan kedalaman 1.1 km.
Ketinggian Gunung Tambora pun yang semula diperkirakan sekitar 4300 meter, merupakan salah satu puncak tertinggi di Indonesia menyusut menjadi 2851 meter saja.
Tinggi asap hasil letusan mencapai stratosfer Bumi, dengan ketinggian 43 km. Dan menutupi hampir seluruh dunia selama beberapa tahun.
150 kilometer kubik abu, batu apung dan batuan lainnya dimuntahkan Gunung Tambora, serta aerosol yang termasuk sekitar 120 megaton sulfur dioksida ke angkasa.
Dampak kematian di sekitar pun sangat banyak karena efek langsung dari letusan gunung ini.
Dikabarkan sekitar 48 ribu orang tewas di Sumbawa, dan ditemukan 44 ribu orang lainnya tewas di Lombok.
2. Dampak pada masyarakat setempat
Dahsyatnya letusan Gunung Tambora telah memusnahkan 3 kerajaan kecil di sekitar kawasan Gunung Tambora.
Sebelum letusan, terdapat kerajaan Tambora, Pekat dan Sanggar. Tetapi saat letusan terjadi sebaran awan panas, lahar dan abu vulkanik mengarah ke barat, selatan dan utara.
Kemudian mengubur seluruh kawasan sekitar, termasuk kerajaan Tambora dan Pekat yang terletak di area sapuan awan panas tersebut.
Beruntung bagi kerajaan Sanggar yang terletak di Timur, karena awan panas tidak mengarah langsung ke kerajaannya.
Sehingga raja dan penduduk bisa menyelamatkan diri walaupun penuh dengan perjuangan.
Diperkirakan suhu awan panas tersebut mencapai 800 derajat Celcius, sehingga menyebabkan apapun yang dilewatinya berubah menjadi arang dalam sekejap. Termasuk para penduduk yang tak sempat menyelamatkan diri, rumah-rumah penduduk yang pada masa itu terbuat dari kayu, dan para hewan ternak.
Semua tumbuh-tumbuhan di pulau yang tersapu lahar pun hancur. Pohon-pohon tumbang yang dibawa longsor dan terseret lumpur panas hingga tiba di laut. Pepohonan tersebut bercampur dengan batu apung dan membentuk rakit, dengan jarak lintas melebihi 5 kilometer.
Rakit batu apung itu melintas hingga ke samudra Hindia, dan ditemukan di dekat Kolkata, India pada Oktober 1815. Peradaban dan peninggalan masyarakat setempat pun musnah karena peristiwa tersebut. Semua terkubur dibawah bebatuan hasil muntahan Gunung Tambora.
3. Dampak terhadap Dunia secara Global
Letusan Gunung Tambora memuntahkan sekitar 60 megaton sulfur dioksida sejauh empat kilometer ke angkasa. Hal ini memaksa abu vulkanik terdorong ke bagian atmosfer sehingga membentuk perisai yang mencegah sinar matahari mencapai Bumi.
Selain itu, gas vulkanik seperti sulfur dioksida juga memiliki efek mendinginkan, berlawanan dengan gas rumah kaca seperti karbon dioksida yang sifatnya menyimpan hangat.
Sulfur dioksida yang dikeluarkan berubah menjadi aerosol asam sulfat halus yang dalam beberapa minggu menyelimuti sebagian besar bumi.
Lapisan aerosol tersebut kemudian memantulkan kembali radiasi dari matahari ke angkasa. Padahal radiasi tersebut dibutuhkan di bumi untuk memberikan rasa hangat.
Akibat letusan Gunung Tambora pada tahun 1915, dampak pada dunia secara masif mulai dirasa pada tahun berikutnya.
Pada tahun 1816, tercatat sebagai "tahun tanpa musim panas" di Amerika Utara dan Eropa.
Dampak dari lapisan atmosfer yang terhadang oleh abu vulkanik dan menyebabkan sinar matahari tak dapat tembus ke bumi.
Anomali cuaca secara global telah terjadi, temperatur dunia turun sekitar 3 derajat celsius. Bahkan di beberapa kawasan dunia bisa sampai dengan 10 derajat Celcius. Sinar matahari yang terhalang oleh abu vulkanik pun membuat dunia tampak suram di belahan manapun.
Gagal panen terjadi di hampir seluruh bagian dunia, menimbulkan kelaparan besar bagi penduduk di berbagai negara, termasuk Asia, Amerika Serikat dan Eropa.
Ternyata kelaparan hanya menjadi awal bagi dampak pada dunia. Karena tak ada sinar matahari menyebabkan suhu dunia menurun.
Maka timbulah berbagai macam penyakit, termasuk wabah kolera dan tipus.
Karena bencana ini, secara tidak langsung diperkirakan lebih dari 200 ribu orang meninggal karena kelaparan dan terserang wabah penyakit di seluruh dunia.
Tingkat kriminal pun meningkat karena banyak orang kesulitan mendapatkan bahan makanan.
Bencana alam ini pun menjadi inspirasi bagi pengarang Mary Shelley asal Inggris. Keadaan langit Eropa yang suram saat itu membuatnya menciptakan karakter monster dalam Novel Frankenstein.
Karakter Victor Frankenstein dan monsternya tercipta pada tahun 1816 yang dilatar belakangi amukan alam yang luar biasa.
Novel ini juga sudah banyak dijadikan film, jadi kalau Mama sudah menonton salah satu film Frankenstein, kira-kira gambaran cuaca di dunia tampak suram seperti pada film itu.
Erupsi Gunung Tambora juga memengaruhi sebuah tonggak sejarah dalam dunia transportasi. Karena sepeda diciptakan sebagai pengganti kuda pada saat itu.
Seorang penemu Jerman bernama Karl Drais berupaya mencari alternatif transportasi tanpa menggunakan kuda, pada saat itu kereta kuda merupakan transportasi utama.
Gagal panen di Eropa membuat harga gandum naik berkali-kali lipat.
Sementara gandum disana digunakan sebagai pakan kuda, otomatis biaya transportasi menjadi meningkat drastis.
Itulah beberapa fakta dan sejarah erupsi Gunung Tambora 1815 yang menarik untuk diketahui. Semoga bisa menambah wawasan dan pengetahuan anak ya, Ma.
Baca juga:
- Apa itu Efek Rumah Kaca: Penyebab dan Cara Mencegahnya.
- 3 Jenis Meteorit yang Umum Ditemukan Mendarat di Bumi
- 4 Gerhana akan Terjadi Tahun 2022, 1 bisa Dilihat dari Indonesia