Apa Itu Brain Rot? Kenali Bahayanya bagi Anak-Anak

Fenomena "Skibidi Toilet" yang viral itu ada hubungannya dengan efek brain rot

16 Januari 2025

Apa Itu Brain Rot Kenali Bahaya bagi Anak-Anak
Pexels/Kaboompics.com

Kata 'brain rot' dipilih sebagai kata tahun 2024 oleh Kamus Oxford. Istilah ini berarti penurunan kemampuan mental akibat mengonsumsi berlebihan konten yang dianggap tidak berkualitas, khususnya di media sosial.

Brain rot juga menggambarkan istilah yang menggambarkan obsesi berlebihan terhadap sesuatu. Istilah ini berasal dari bahasa Inggris, yakni "brain" yang berarti otak, dan "rot" yang berarti membusuk. Istilah ini mengacu pada kondisi di mana seseorang terlalu terfokus pada suatu hal akibat konsumsi konten digital yang berlebihan, hingga membuat otaknya seolah "membusuk".

Meskipun terdengar lucu, istilah ini memiliki makna mendalam, khususnya dalam konteks perkembangan anak.

Berikut Popmama.com rangkum apa itu brain rot? Kenali bahayanya bagi anak-anak.

1. Pengertian dan konsep brain rot

1. Pengertian konsep brain rot
Freepik

Istilah brain rot sebenarnya bukan konsep baru. Pada tahun 2007, para peneliti dari Rumah Sakit Anak Boston, Amerika Serikat, telah memperkenalkannya.

Menurut artikel dari Newport Institute (2024), brain rot menggambarkan kondisi mental yang kacau, lemahnya perhatian terhadap lingkungan sekitar, dan penurunan kemampuan kognitif akibat terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar, terutama media sosial.

Michael Rich, seorang dokter anak sekaligus pendiri Digital Wellness Lab di Rumah Sakit Anak Boston, seperti yang dilaporkan oleh The New York Times (2024), menyatakan bahwa istilah ini mencerminkan dampak negatif dari penggunaan internet yang berlebihan.

Secara umum, brain rot dapat diartikan sebagai kondisi kecanduan media sosial yang parah, yang sering kali dipicu oleh konten tertentu yang dianggap sebagai pemicu brain rot.

Editors' Pick

2. Dampak brain rot pada kesehatan mental anak

2. Dampak brain rot kesehatan mental anak
Freepik

Fenomena brain rot di era digital tidak hanya memengaruhi kesehatan mental, tetapi juga berpotensi merusak fungsi otak secara keseluruhan. Brain rot dapat menjadi pemicu disfungsi kognitif dan emosional, yang berdampak pada produktivitas dan kualitas hidup.

Brain rot dapat memberikan dampak serius terhadap kesehatan mental anak-anak, di antaranya:

  • Risiko depresi dan kecemasan, paparan terus-menerus terhadap konten negatif di media sosial dapat memicu perasaan cemas dan depresi. Selain itu, minimnya interaksi sosial yang bermakna dapat memperparah rasa kesepian.
  • Penurunan kualitas hidup, anak-anak mungkin mengalami penurunan kepuasan terhadap aktivitas sehari-hari, kesulitan mengelola stres, dan berkurangnya rasa pencapaian diri.
  • Gangguan hubungan sosial, ketergantungan pada interaksi online dibandingkan dengan tatap muka dapat menghambat anak dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Hal ini juga menyebabkan informasi yang diterima terus menumpuk tanpa sempat diproses atau dikritisi oleh otak anak.

Untuk mencegah brain rot, orangtua perlu mengurangi waktu anak dalam menggunakan media sosial secara berlebihan. Sebagai alternatif, arahkan anak untuk terlibat dalam aktivitas yang lebih produktif dan mendukung tumbuh kembangnya.

3. Penyebab brain rot pada anak

3. Penyebab brain rot anak
Freepik

Penggunaan media sosial yang berlebihan menjadi salah satu penyebab utama brain rot pada anak-anak. Media sosial sering kali menciptakan ekspektasi yang tidak realistis bagi penggunanya, termasuk anak-anak. Namun, terdapat beberapa faktor khusus yang memperparah kondisi ini:

  • Format video pendek seperti di TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts sangat populer karena mudah diakses dan memberikan hiburan cepat. Pola ini mendorong kebiasaan doom scrolling, terutama pada anak-anak, yang membuat mereka terpaku pada layar dan memicu brain rot.
  • Konten acak, penuh warna mencolok, suara bising, dan gerakan cepat dirancang untuk menarik perhatian anak-anak. Akibatnya, anak-anak yang terlalu sering terpapar konten semacam ini menjadi kecanduan dan berisiko mengalami brain rot.
  • Banyak orangtua memberikan gawai untuk menenangkan anak tanpa memantau penggunaannya. Tanpa pengendalian waktu layar, anak menjadi lebih rentan terhadap efek negatif konten digital.

Kombinasi video pendek, konten yang tidak sehat, dan kurangnya pengawasan orang tua menciptakan kondisi sempurna bagi anak-anak untuk mengalami brain rot.

4. Fenomena nyata brain rot pada anak-anak

4. Fenomena nyata brain rot anak-anak
Freepik

Anak-anak gen Alpha saat ini kerap menunjukkan perilaku seperti tantrum, melawan, dan malas. Hal ini dapat menjadi tanda dampak brain rot, di mana perkembangan kognitif mereka terganggu akibat paparan media sosial sejak dini.

Menurut Piaget (dalam Sri Astuti & Masing, 2022), anak mengembangkan kemampuan kognitif melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Ketergantungan pada gadget dapat mengubah cara mereka berkomunikasi dan berperilaku, yang sering dipengaruhi oleh konten brain rot.

Misalnya dari fenomena Skibidi Toilet yang merupakan animasi absurd karya Alexey Gerasimov yang populer di kalangan anak-anak Gen Alpha. Ketika akses dibatasi, anak-anak sering menunjukkan kemarahan, sehingga muncul istilah "Skibidi Toilet Syndrome." Fenomena ini bahkan menyebar hingga ke Indonesia dan menarik perhatian otoritas Rusia karena dampaknya yang merugikan.

Tidak hanya itu, saat ini juga ada bahasa slang Gen Alpha yang dipengaruhi tren media sosial dan video pendek. Meski penggunaan slang adalah hal umum, bahasa ini sering kali tidak beraturan dan tidak pantas untuk usia anak-anak, menimbulkan kekhawatiran para orangtua terutama di Amerika Serikat.

Untuk melindungi anak dari brain rot, penting bagi orangtua untuk membatasi penggunaan gadget, memberikan perhatian lebih, dan mengarahkan anak untuk mengeksplorasi dunia nyata melalui interaksi sosial, bermain di luar, atau mencoba permainan tradisional.

5. Tanda-tanda anak mengalami brain rot

5. Tanda-tanda anak mengalami brain rot
Pexels/mohamed abdelghaffar

Mengutip laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, gejala brain rot adalah berikut ini:

  • Kesulitan berkonsentrasi dan memperhatikan detail
  • Mengalami kesulitan dalam mengingat dan memahami informasi
  • Sulit berpikir kritis dan mengambil keputusan
  • Mengalami stres dan kecemasan
  • Terlalu ketergantungan kepada teknologi (kecanduan)

Penyebab brain rot saling berhubungan antara satu penyebab dengan penyebab lainnya. Misalnya, penggunaan teknologi berlebihan dengan kurangnya aktivitas fisik dan olahraga.

Di sisi lain terjadi pola makan yang tidak seimbang pada individu. Kurangnya tidur dan istirahat serta adanya stres dan tekanan kerja yang tinggi juga turut menyebabkan terjadinya fenomena ini.

Orangtua perlu memastikan anak untuk tanda-tanda anak mengalami brain rot. Saat anak lebih tertarik untuk scrolling saat bersama teman, keluarga atau saudara. Perhatikan anak saat lebih banyak menghabiskan waktu bersama gadget.

Itulah tadi apa itu brain rot? Kenali bahayanya bagi anak-anak. Semoga menjadi tambahan informasi untuk orangtua dan anak sendiri.

Baca juga:

The Latest