Anak Jarang Buang Air Kecil? Hati-Hati Terkena Penyakit Ini
Anak yang jarang buang air kecil dapat mengalami penyakit ginjal
20 Februari 2025

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah Mama memperhatikan berapa frekuensi buang air kecil pada anak mama? Jika si Kecil tidak buang air kecil dalam kurun waktu 12 jam, Mama harus waspada. Terutama jika kondisi ini diikuti dengan beberapa gejala atau tanda-tanda lainnya, seperti demam dan perubahan warna pada urine.
Ketika sudah mengalami gejala-gejala tersebut, dikhawatirkan si Kecil akan menderita penyakit ginjal. Seorang dokter spesialis anak, dr. Ian Suryadi Suteja, M.Med Sc, Sp.A menyampaikan dalam unggahan reels pada akun instagram pribadinya @iansuteja mengenai kondisi anak yang mengalami sindrom Nefritik akibat peradangan ginjal karena jarang buang air kecil.
Berikut ini Popmama.com akan membahas mengenai apa saja yang menjadi tanda-tanda, penyebab dan cara mengobati sindrom Nefritik akibat peradangan ginjal karena anak jarang buang air kecil menurut dr. Ian Suteja. Disimak ya, Ma!
Editors' Pick
1. Tanda-tanda anak mengalami sindrom Nefritik
Melalui video yang diunggah di instagram pribadinya, dr. Ian Suteja menunjukkan kondisi anak yang mengalami tanda-tanda menderita sindrom Nefritik, yaitu:
- Perdarahan pada bola mata (bagian putih yang ada di bola mata terdapat warna kemerahan)
- Terdapat memar pada bagian bawah mata, namun pandangan mata tidak terganggu
- Perut terlihat cembung dan ketika diperiksa berisi air
- Kaki mengalami pembengkakan
- Kemaluan mengalami pembengkakan hingga terisi air
- Urine berwarna keruh seperti air teh
- Hanya buang air sebanyak satu kali dalam 24 jam
- Tekanan darah sangat tinggi
2. Penyebab penyakit sindrom Nefritik
dr. Ian Suteja menjelaskan bahwa penyebab penyakit ini salah satunya adalah infeksi dari bakteri Streptococcus pada tenggorokan yang menyebabkan anak sakit tenggorokan dan kulit korengan.
Ada juga penyebab lainnya, yaitu Infeksi virus seperti hepatitis B, hepatitis C, infeksi bakteri Escherichia coli, penyakit autoimun, peradangan pada pembuluh darah kecil di ginjal dan kelainan genetik.