Harga Tiket Museum Fatahillah, Letak, dan Jam Operasional

Gedung museum ini dulunya merupakan sebuah balai kota yang telah berdiri sejak tahun 1710

25 Januari 2025

Harga Tiket Museum Fatahillah, Letak, Jam Operasional
id.wikipedia.org

Museum Sejarah Jakarta atau yang lebih dikenal sebagai Museum Fatahillah merupakan sebuah tempat yang menyimpan perjalanan sejarah Kota Jakarta sejak zaman prasejarah, masa kejayaan pelabuhan Sunda Kelapa, era penjajahan hingga ke zaman setelah kemerdekaan.

Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta atau kini Daerah Khusus Jakarta (DKJ) merupakan kota terbesar di Indonesia, dan pernah menjadi ibu kota sebelum digantikan dengan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Sebelum berkembang dan menjadi kota terbesar Indonesia, wilayah yang saat ini dinamakan Jakarta mempunyai riwayat yang sangat panjang bahkan hingga ke masa prasejarah dan sangat menarik untuk dipelajari, dan Museum Fatahillah merupakan tempat yang sangat cocok untuk mempelajarinya.

Seperti apa informasi selengkapnya tentang Museum Fatahillah? Berikut Popmama.com telah merangkum informasinya lebih lanjut.

1. Isi Museum Fatahillah

1. Isi Museum Fatahillah
indoindians.com

Museum Fatahillah, yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta, memiliki daya tarik yang tak dapat dilewatkan bagi para pecinta sejarah dan wisatawan. Terletak di kawasan Kota Tua Jakarta, museum ini menempati bangunan bergaya kolonial Belanda yang dulunya merupakan Balai Kota Batavia, sehingga memberikan suasana klasik dan autentik.

Di dalamnya, pengunjung dapat menemukan berbagai koleksi bersejarah, seperti artefak, peta kuno, furnitur antik, dan senjata tradisional yang menggambarkan perjalanan sejarah Jakarta dari masa pra-kolonial hingga era modern. Selain itu, halaman luas yang dikelilingi oleh bangunan bersejarah lainnya menciptakan atmosfer yang memikat untuk berfoto atau sekadar menikmati suasana.

Tidak hanya itu, museum ini juga sering menjadi pusat berbagai acara seni dan budaya, yang semakin memperkaya pengalaman pengunjung. Dengan lokasinya yang strategis dan nilai historis yang tinggi, Museum Fatahillah menjadi destinasi yang ideal untuk belajar sekaligus menikmati keindahan sejarah Jakarta.

Editors' Pick

2. Sejarah Museum Fatahillah

2. Sejarah Museum Fatahillah
Instagram.com/potolawas

Gedung Museum yang berdiri saat ini awalnya merupakan Balai Kota (Stadhuis) yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Abraham Van Riebeeck pada 1710. Namun, pembangunan gedung ini telah dimulai jauh lebih lama, yaitu pada era Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen pada 1627.

Penaklukan Jayakarta menjadi awal kekuasaan Belanda di tanah Betawi, yang kemudian diubah namanya menjadi Batavia pada tahun 1619 oleh Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal VOC yang menjabat dua kali (1619–1623 dan 1627–1629). Coen membangun fasilitas-fasilitas penting untuk menciptakan pemukiman yang layak, termasuk mendirikan balai kota di tepi timur Kali Besar pada tahun 1620 sebagai pusat pemerintahan VOC di Batavia.

Namun, balai kota pertama ini dibongkar pada tahun 1626 untuk menghadapi serangan pasukan Sultan Agung. Setahun kemudian, Jan Pieterszoon Coen memerintahkan pembangunan balai kota baru. Meskipun gedung ini bertahan lama, masalah tanah yang tidak stabil tetap menjadi kendala. Perbaikan besar dilakukan saat Gubernur Jenderal Joan van Hoorn (1704–1709) memerintahkan pembongkaran dan pembangunan kembali balai kota di lokasi baru, yang kini berada di kawasan Kota Tua Jakarta.

Bangunan balai kota ketiga tersebut diresmikan pada 10 Juli 1710 oleh Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck. Gedung ini berfungsi serbaguna, mulai dari kantor administrasi hingga tempat bayar pajak, pusat doa, pengadilan, penjara, dan lokasi eksekusi tahanan.

Pada tahun 1919, masyarakat, khususnya warga Belanda, mulai menunjukkan ketertarikan terhadap sejarah Batavia. Yayasan Oud Batavia (Batavia Lama) dibentuk pada tahun 1930 untuk mengumpulkan dan melestarikan berbagai hal terkait sejarah Batavia. Museum ini kemudian dibuka untuk umum pada tahun 1939.

Setelah Indonesia merdeka, Museum Oud Batavia berganti nama menjadi Museum Djakarta Lama dan berada di bawah pengelolaan LKI (Lembaga Kebudayaan Indonesia). Pada 30 Maret 1974, museum ini resmi diberi nama Museum Sejarah Jakarta oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin.

3. Koleksi Museum Fatahillah

3. Koleksi Museum Fatahillah
jakarta-tourism.go.id

Museum Fatahillah menyimpan koleksi yang menggambarkan perjalanan sejarah Jakarta, termasuk replika peninggalan dari masa Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Pajajaran. Di museum ini, terdapat pula hasil penggalian arkeologis di Jakarta dan perabotan antik era kolonial Belanda dari abad ke-17 hingga abad ke-19.

Pengunjung dapat menemukan berbagai benda bersejarah seperti mebel, lukisan, keramik, hingga batu-batu kuno yang berkaitan erat dengan sejarah Jakarta. Selain itu, museum ini juga memamerkan berbagai jenis senjata dari masa kolonial Belanda, termasuk pedang. Salah satu daya tarik utama museum ini adalah penjara bawah tanahnya, yang dulunya berfungsi sebagai tempat penahanan bagi para tahanan, termasuk tokoh-tokoh masyarakat yang menentang penjajahan Belanda.

Penjara bawah tanah di Museum Fatahillah memiliki ukuran kecil, gelap, dan atap yang rendah sehingga tahanan tidak dapat berdiri dengan leluasa. Menurut keterangan seorang pemandu museum, penjara ini pernah digunakan untuk menahan tokoh-tokoh besar seperti Pangeran Diponegoro dan Cut Nyak Dien.

Untuk menarik minat pengunjung, museum ini menata koleksinya secara kronologis berdasarkan perjalanan sejarah Jakarta. Selain itu, koleksi-koleksi tersebut juga menggambarkan Jakarta sebagai pusat pertemuan budaya dari berbagai kelompok suku bangsa, baik masyarakat asli Indonesia maupun dari luar negeri.

Pameran koleksi di museum ini dilengkapi dengan presentasi grafis berupa foto, sketsa, gambar, peta, dan label deskripsi yang membantu pengunjung memahami setiap benda yang dipamerkan.

Selain artefak yang berkaitan langsung dengan sejarah Jakarta, museum ini juga menyimpan Patung Dewa Hermes, dewa dalam mitologi Yunani yang melambangkan keberuntungan dan pelindung bagi para pedagang. Patung ini terletak di kawasan perempatan Harmoni. Secara keseluruhan, terdapat sekitar 23.500 koleksi benda yang dipamerkan di museum ini, terdiri dari barang asli maupun replika.

4. Letak dan harga tiket Museum Fatahillah

4. Letak harga tiket Museum Fatahillah
jakarta-tourism.go.id

Museum ini terletak di  Jalan Taman Fatahillah No.1, Pinangsia, Jakarta Barat atau tepatnya di tengah kawasan Kota Tua. Oleh karena itu Museum Sejarah Jakarta ini lebih dikenal sebagai Museum Fatahillah. Museum ini memiliki tiket seharga Rp5.000 untuk orang dewasa, Rp3.000 untuk mahasiswa, dan Rp2.000 bagi anak-anak melalui pembayarannya kartu JakLinko.Pihak pengelola museum juga menjual kartu JakLinko dengan harga Rp35.000 di pintu masuk museum, bila tidak memiliki kartu tersebut.

    5. Jam operasional Museum Fatahillah

    5. Jam operasional Museum Fatahillah
    museum.co.id

    Museum ini beroperasi mulai Selasa hingga Minggu dari pukul 09.00 sampai 15.00 WIB. Sedangkan pada Senin dan hari libur nasional, museum tidak beroperasi atau tutup.

    Itulah informasi tentang letak Museum Fatahillah, tempat belajar sejarah Jakarta.  Museum Fatahillah tidak hanya menjadi tempat menyimpan benda-benda bersejarah, tetapi juga menjadi saksi bisu perkembangan Jakarta dari masa ke masa, menawarkan pengunjung kesempatan untuk menyelami sejarah kota ini secara mendalam.

    Baca juga:

    The Latest