Covid Melonjak di Jepang, 100 Ribu Kasus Anak-Anak Meninggal
Gelombang kenaikan kasus covid-19 varian Omicron tengah dirasakan, dari bayi sampai anak meninggal
27 Desember 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Gelombang kasus baru Covid-19 tak hanya melanda di Cina, nyatanya termasuk Negeri Matahari Terbit, Jepang, saat ini tengah menghadapi gelombang kenaikan wabah. Ketika itu Jepang mulai membuka pintu bagi pendatang asing.
Melansir data John Hopkins University per Sabtu 24 Desember 2022, jumlah kasus harian di Negeri Sakura menembus angka 177.622 ribu kasus Covid-19 dalam 24 jam dan rata-rata 162.358 kasus selama sepekan terakhir. Angka ini juga dibarengi 300 orang kematian setiap harinya.
Selama 2022, Jepang telah menghadapi tiga gelombang Covid-19 baru yakni sekitar Januari-Februari, Juli-September, dan kini November-Desember. Jumlah kasus harian Covid-19 ini terus naik drastis sejak 11 Oktober lalu yang pada saat itu mencatat 11 ribu kasus virus corona dalam sehari.
Selain lonjakan kasus, Jepang mulai menemukan kematian akibat Covid-19 varian Omicron. Bahkan, dilansir sebuah survei menunjukkan bahwa sekitar setengah dari bayi dan anak meninggal usai terinfeksi Covid-19 di negara itu.
Nah, untuk penjelasan selengkapnya terkait kasus Covid-19 melonjak di Jepang, berikut Popmama.com telah merangkum informasi terkait gelombang kenaikan baru kasus Covid. Yuk, disimak, Ma!
Editors' Pick
1. Angka kematian kasus Covid-19 di Jepang melonjak drastis terhitung tiga bulan kebelakang
Akibat Covid-19 angka kematian di Jepang juga belakangan ini mencapai 300 orang setiap harinya. Melansir Kyodo News, pada (23/12) lalu Jepang mencatat 371 kematian terkait virus corona tertinggi sejak awal pandemi.
Angka kematian tertinggi sebelumnya terjadi pada 2 September lalu yakni 347 kasus saat gelombang ketujuh Covid-19 berlangsung di Jepang.
Sementara itu, dalam laporan Japan Times terbaru, ditemukan 41 kematian varian Omicron tahun 2022. Sebuah analisis terhadap 29 jiwa, 14 pasien di antaranya memiliki gangguan sistem saraf pusat, penyakit jantung bawaan atau kondisi lainnya.
Salah satu yang menjadi perhatian saat ini adalah peningkatan kematian pasien Covid-19 anak-anak.
2. Varian Omicron menjadi kasus banyaknya anak-anak sehat meninggal
Dikutip Japan Times, Jepang terus memantau perkembangan serangkaian kasus di mana anak-anak yang sehat meninggal dunia setelah terinfeksi Covid-19. Hal ini terjadi di tengah penyebaran Covid-19 varian Omicron di negara tersebut.
Melansir dari sebuah survei Institusi Penyakit Menular Nasional Jepang menunjukkan sekitar setengah dari bayi dan anak yang meninggal akibat Covid-19 di Jepang, belakangan ini tidak ditemukan memiliki penyakit bawaan atau kondisi serius lainnya yang mendasarinya.
Ditemukan hanya ada tiga pasien Covid-19 di bawah usia 20 tahun yang meninggal pada akhir 2021 sebelum adanya varian Omicron menyebar.
Namun, angka tersebut semakin naik menjadi 41 kasus dalam delapan bulan pertama di tahun 2022 yang beriringan dengan lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron.
Sementara itu, 15 pasien sisanya tidak memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya. Dari 15 pasien itu, empat berusia kurang dari 12 bulan, dua pasien berusia antara 1 sampai 4 tahun, dan sembilan pasien berusia 5 tahun atau lebih.
Saat tiba di rumah sakit, sebagian besar pasien anak-anak itu mengalami demam dan/atau gangguan kesadaran. Lebih dari 60% pasien anak-anak itu meninggal dalam waktu seminggu setelah diketahui positif Covid-19.
Kementerian Kesehatan Jepang menuturkan bahwa kasus Covid-19 baru di antara orang-orang di bawah usia 20 tahun memang kian meningkat sejak akhir Oktober.
Total terdapat sekitar 257.000 kasus Covid-19 di bawah usia 20 tahun sejak akhir Oktober sampai awal Desember. Jumlah itu hampir 30 persen dari keseluruhan pasien yang terkena infeksi Covid-19 di Jepang dalam periode yang sama.
Ditemukan jumlah kasus penularan flu juga naik sekitar 35 kali lipat menjadi 1.238 kasus seminggu sebelum 11 Desember. Ini menimbulkan kekhawatiran soal kemungkinan wabah flu dan Covid-19 berlangsung secara bersamaan.