7 Dongeng Sunda Pendek untuk Pengantar Tidur Anak, Ada si Kabayan!
Selain membantu si Kecil untuk tidur, membacakan dongeng rakyat bisa menambah wawasannya, lho, Ma!
8 November 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam satu waktu si Kecil pernah susah tidur, Ma? Apabila hal tersebut terjadi, Mama dan Papa bisa coba lakukan beberapa cara ini dengan membacakannya berbagai referensi cerita dongeng anak ini, Ma!
Membacakan cerita dongeng anak sebagai pengantar tidurnya bisa menjadi salah satu solusi agar si Kecil bisa tidur malam lebih awal, Ma.
Bukan hanya membantunya untuk tidur, dongeng juga punya nilai kebaikan yang bisa dipelajari anak untuk kehidupannya.
Dongeng atau cerita legenda yang ada di suku daerah tertentu pasti punya kisah yang seru dan menarik untuk dibacakan kepada anak-anak. Karena, biasanya di balik kisah tersebut memiliki cerita yang unik dan terdapat pula pesan-pesan mendalam.
Terutama pada dongeng dari wilayah Jawa Barat ini, ada banyak cerita rakyat Sunda yang menarik untuk Mama ceritakan kepada si Kecil. Tak hanya untuk menghibur, biasanya alur ceritanya pun juga penuh dengan pesan moral yang terkandung di dalamnya.
Misalnya seperti kisah Bawang Merah dan Bawang Putih, pastinya Mama sudah sangat familier dengan kisah itu yang merupakan salah satu dongeng yang berasal dari Jawa Barat.
Selain itu, ternyata masih banyak cerita dongeng Sunda pendek lainnya yang bisa Mama ceritakan kepada si Kecil, lho, Ma.
Dengan memperkenalkan anak tentang cerita dongeng dari berbagai wilayah bisa menambah wawasan kebudayaan untuk anak-anak khususnya dongeng Sunda ini, Ma.
Berikut ini Popmama.com telah merangkum informasi seputar rekomendasi dongeng Sunda pendek untuk pengantar tidur anak yang bisa dibacakan oleh Mama dan Papa agar si Kecil mudah terlelap! Ada banyak dongeng anak yang populer dalam bahasa Sunda ini, Ma.
Yuk, simak baik-baik, Ma!
Kumpulan Dongeng Sunda Pendek
1. Dongeng Sunda bebek bertelur emas
Dongeng fabel ini menceritakan bahwa dahulu kala, ada seorang petani miskin yang hidup bersama seekor bebek miliknya, meskipun miskin akan tetapi petani ini terkenal sebagai orang yang rajin dan sangat pekerja keras. Sehingga pekerjaannya pun disukai orang lain.
Pada suatu hari saat petani sedang merasa lapar, ia lantas berdoa kepada Tuhan andaikan dia menjadi kaya sehingga bisa makan apa pun. Siapa sangka doanya terkabul dan bebek satu-satunya yang disayanginya tersebut bertelur, namun bukan telur biasa melainkan yang ia miliki mulai bertelur emas setiap hari.
Keadaan keuangannya seketika berubah drastis, tetapi ini malah membuatnya jadi seorang pemalas. Saking malasnya, ia memutuskan untuk menyembelih sang bebek karena enggan bolak-balik mengambil telur emas satu-persatu.
Pikirnya, ia bisa sekaligus mengambil seluruh emas di dalam tubuh sang bebek jika memotongnya. Siapa sangka setelah dipotong bebeknya tidak terlihat emas-emasnya, justru bebek tersebut malah mati.
Dan ia kehilangan seluruh hartanya karena tidak pandai mengelola uang. Hingga sang petani menjadi miskin kembali karena setiap hari hartanya habis dipakai kebutuhan sehari-hari.
Pesan moral:
Kisah di atas memberikan kita pelajaran untuk senantiasa bersyukur dan tidak timbul rasa tamak.
Jangan sampai kita gelap mata dan rela melakukan apa pun hanya demi mencapai kekayaan secara instan. Pasalnya, ketamakan hanya akan membawa kita pada kerugian bagi diri sendiri di masa depan.
2. Dongeng Lutung Kasarung
Dongeng ini bercerita mengenai sebuah kerajaan dengan seorang Raja bernama Prabu Tapa Agung, sang Raja memiliki dua putri bernama Purbararang dan Purbasari.
Meskipun keduanya bersaudara dan memiliki wajah cantik, namun sifat mereka jauh berbeda. Apabila Purbararang memiliki sifat dengki, sombong, serakah dan juga pemalas. Sementara, Purbasari dikenal sebagai putri yang berhati mulia, ramah, rendah hati, dan juga rajin.
Pada suatu hari, saat sang Raja sudah semakin tua, ia kemudian memilih Purbasari untuk meneruskan takhtanya. Tentu saja, hal itu diketahui Purbararang sehingga membuat dirinya menjadi berang.
"Seharusnya aku, Ayah! Akulah putri tertua!" kata Purbararang. Prabu Tapa Agung kemudian menjelaskan penuh kasih sayang,
"Bukan tentang hal siapa yang sulung atau bungsu. Ayah memilih Purbasari karena melihat rakyat begitu mencintainya," ujarnya.
Purbararang semakin jengkel, hingga munculah niat untuk mencelakai adiknya. Pada suatu pagi, tiba-tiba terdengar teriakan dari kamar Purbasari.
Tubuh Purbasari mendadak dipenuhi dengan totol-totol hitam, ia pun terkejut mengapa kulitnya tiba-tiba berubah. Melihat tangisan sang adik, Purbararang justru tidak merasa kasihan.
Pada akhirnya, Purbasari pun terusir dari kerajaan karena sang kakak, Purbararang, mencelakainya dengan ilmu hitam.
Di hutan, Purbasari bertemu dengan seekor kera berbulu hitam bernama Lutung Kasarung yang bersikap baik padanya. Lutung itu sering membantu Purbasari untuk mencari makanan.
Meski sudah tinggal di hutan berbulan-bulan, namun penyakit Purbasari tak kunjung sembuh. Lutung Kasarung diam-diam melihat hal tersebut lantas mengajak Purbasari pergi ke sebuah telaga yang airnya harum dan bening.
Purbasari lalu membasuh dirinya dengan air telaga. Ajaibnya, penyakit di kulit Purbasari langsung hilang! Kini kulitnya kembali bersih tidak berbintik.
Namun ketika Purbararang mengetahui adiknya sudah sembuh, ia berusaha mencegahnya kembali ke kerajaan.
Salah satu caranya adalah dengan memberi tantangan 'siapa yang memiliki tunangan paling tampan' kepada Purbasari. Namun Purbasari merasa bingung karena ia belum memiliki tunangan.
Tanpa pikir panjang, Purbasari memilih Lutung Kasarung dan menjadikannya tunangan. Siapa sangka, Lutung Kasarung yang merupakan tunangan Purbasari kemudian muncul dalam wujud pria tampan. Hal ini membuat Purbararang akhirnya menyerah dan mengakui seluruh kesalahannya.
Pesan moral:
Melalui cerita ini, kita bisa memperolah pengingat bahwa bagaimanapun kesalahan ditutupi dengan sebaik mungkin, lama-kelamaan kebenaran pasti akan terungkap.
Mama dapat menanamkan kepada si Kecil bahwa rasa iri hanya akan membawa kesengsaraan dan merugikan diri sendiri. Selain itu, kebaikan hati akan selalu menang melawan kejahatan.
Editors' Pick
3. Dongeng Sunda Si Kabayan
Kisah ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Si Kabayan. Pemuda ini dikenal sebagai seseorang yang memiliki banyak ide cerdik namun pemalas.
Si Kabayan sudah menikah dengan seorang perempuan bernama Nyi Iteung. Mereka berdua tinggal bersama di rumah Nyi Iteung.
Pada suatu hari, Kabayan diminta oleh mertuanya untuk memetik buah nangka yang sudah matang. Dengan berat hati, ia pun mengiyakan permintaan mertuanya tersebut.
Dan berangkat menuju pohon nangka yang berada di pinggir sungai yang batangnya menjorok di atas sungai. Sesampainya di sana, Si Kabayan berusaha untuk mengambil satu buah nangka yang sudah tua dan besar itu.
Namun, karena nangkanya terlalu besar, ia pun tidak kuat untuk mengangkatnya. "Ini susah bawa nangkanya. Tidak bisa terangkat oleh saya." ujar Si Kabayan dalam hati.
Kemudian ia mendapatkan solusi, karena pohon nangka berada di pinggir sungai, ia lantas menghanyutkan nangka tersebut di air sungai.
"Pulang duluan ya, kan sudah besar," ujar Kabayan kepada nangka. Sesampainya di rumah, mertuanya merasa bingung melihat Si Kabayan yang pulang dengan tangan kosong.
Karena penasaran, ia pun bertanya pada Si Kabayan kemana perginya buah nangka yang diminta, "Bagaimana, dapat nangkanya?," tanya sang mertua.
"Dapat dong. Besar dan tua lagi," jawab Kabayan.
"Mana nangkanya? Kok kamu pulang tidak membawa apa-apa?" tanya mertuanya kembali.
"Lho, belum datang ya? Padahal tadi aku sudah memintanya untuk berjalan duluan ke rumah. Ternyata buah nangka itu belum sampai juga," ucap Kabayan.
Sang mertua pun masih kebingungan lantas memintanya untuk menjelaskan kembali.
"Jadi, tadi aku sudah memetik nangkanya, tetapi karena terlalu berat, aku menghanyutkannya di sungai agar pulang sendiri," jelas Kabayan.
"Kamu jangan bercanda! Tidak ada ceritanya, nangka bisa pulang sendiri," ujar mertuanya kesal.
"Hah, yang bodoh itu nangka itu, sudah tua masa nggak tahu jalan pulang," kata Si Kabayan sambil melengos pergi.
Pesan moral:
Berdasarkan kisah di atas bisa menjadi pengingat bagi kita bahwa kemalasan hanya akan membawa kerugian pada diri kita dan orang lain.
Tanamkanlah sifat rajin dan giat kepada si Kecil sedini mungkin, Ma agar kelak tumbuh dewasa mereka bisa meraih keberhasilan yang diinginkan.
Dalam mencari solusi terbaik ketika dihadapkan masalah memang merupakan hal yang baik, tetapi coba pastikan terlebih dahulu solusi tersebut logis atau tidak.
4. Dongeng Sunda sireum jeung japati
Berikutnya, terdapat kisah sireum jeung japati alias semut dan burung merpati.
Dahulu kala, ada semut yang terjatuh ke air ketika tengah minum di sisi sungai. Ada seekor merpati baik hati kemudian menolongnya dengan menyodorkan daun sebagai pegangan.
Daun itu merpati tarik hingga ke tepi sungai agar semut bisa naik ke permukaan. Setelah semut berhasil, ia berterima kasih, keduanya lantas melanjutkan perjalanan masing-masing.
Beberapa hari kemudian, semut melihat seorang pemburu tengah mengincar merpati yang menyelamatkannya.
Ia lantas menggigit kaki pemburu dan memperingatkan merpati mengenai bahaya tersebut sebagai bentuk balas budi.
Pesan moral:
Berdasarkan kisah ini dapat mengajarkan kita untuk senantiasa saling menolong seseorang yang sedang mengalami kesusahan.
Niscaya, kebaikan itu suatu hari akan kembali kepada kita di waktu yang tidak terduga sebelumnya.
5. Dongeng Sunda gagak hayang kapuji
Selanjutnya, terdapat kisah gagak hayang kapuji alias gagak yang ingin dipuji.
Suatu hari, ada seekor gagak yang mencuri dendeng dari tempat penjemuran. Gagak kemudian terbang sembari memakan dendeng ke pohon dadap.
Pada waktu bersamaan, gagak berpapasan dengan seekor anjing. Karena dendeng merupakan makanan kesukaannya, maka anjing tersebut mendatangi si gagak.
Namun setelah sampai di atas pohon, si gagak tidak melirik sama sekali ke arah si anjing. Anjing yang ingin merebut dendeng sang gagak pun mulai mengeluarkan pujian-pujian untuknya.
Gagak yang sangat gembira dengan pujian tersebut, tanpa sadar mengeluarkan bunyi "gaak, gaak", pematuknya menganga hingga dendeng di mulutnya terjatuh.
Di momen inilah anjing langsung mengambil dendeng tersebut dan lalu membawanya menjauh. Bahkan anjing meninggalkan gagak yang menyesali perilakunya pun tidak diperdulikan oleh anjing. Hingga mengorbankan makanan kesukaannya.
Ia baru mengerti bahwa anjing memujinya berlebihan disebabkan ingin memakan dendeng miliknya. Si gagak kemudian memutuskan untuk terbang ke arah pohon bambu untuk mencari ulat sebagai pengganti dendeng yang sudah diambil oleh anjing.
Pesan moral:
Kisah dongeng Sunda pendek satu ini mengajarkan kita untuk tidak mudah terbuai oleh pujian orang lain.
Pasalnya, bisa saja orang tersebut yang memberi pujian memiliki niatan buruk. Penting untuk diingat selalu waspada terhadap orang lain agar tidak mudah mengambil keuntungan yang didapatkan dari diri kita.
6. Asal usul Situ Bagendit
Alkisah, di sebuah desa tepatnya di wilayah kota Garut, hidup seorang janda bernama Nyi Endit. Ia memiliki banyak uang, namun ia juga disegani oleh masyarakat di desanya.
Nyi Endit juga terkenal sebagai pribadi yang kikir dan sombong. Berkat kekayaannya, Nyi Endit dapat melakukan apa saja sesuai keinginannya.
Ketika musim paceklik tiba, warga desa banyak yang mengalami kelaparan karena hasil panen mereka gagal akibat kekeringan.
Namun berbeda dengan Nyi Endit, ia justru sibuk berpesta tanpa memikirkan keadaan warga desa lainnya. Suatu hari, di tengah pestanya datanglah seorang pengemis dan menegurnya karena sangat serakah.
Kemudian pengemis tersebut mengambil sebatang ranting pohon dan menancapkannya ke dalam tanah. Ia lalu menantang Nyi Endit serta para pengawal untuk mencabut sebatang ranting yang tertancap di tanah.
"Jika kau berhasil mencabutnya, maka kau termasuk ke dalam orang-orang yang mulia di dunia ini. Namun jika kau tidak berhasil, kau dapat meminta bantuan kepada pengawalmu." seru si pengemis.
Tentu saja Nyi Endit berusaha mencabut ranting pohon tersebut dengan para pengawalnya, namun ia gagal memenuhi tantangan tersebut.
Tanpa diduga, setelah itu si pengemis kemudian berhasil menariknya sendiri dengan mudah. Dan sekejap dari tanah yang ditancapkan ranting tersebut keluarlah air yang begitu banyak.
Air yang terus-terusan keluar tersebut kemudian menenggelamkan seluruh desa hingga membentuk sebuah danau yang bernama Situ Bagendit. Situ artinya danau, sedangkan Bagendit diambil dari nama Nyi Endit.
Pesan moral:
Kisah mengenai Situ Bagendit tersebut memiliki pesan moral bahwa pada akhirnya sifat kikir dan sombong hanya akan mencelakai diri kita sendiri.
Ingatlah bahwa segala hal yang ada di dunia ini hanyalah titipan Tuhan semata. Maka dari itu, jadilah seseorang yang rendah hati dan suka menolong terhadap sesama.
7. Asal usul talaga warna
Alkisah, di Jawa Barat ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang Prabu, bernama Suwartalaya. Dia adalah Prabu yang baik dan bijaksana. Negeri itu sangat makmur dan tentram, tidak ada satupun rakyatnya yang kelaparan.
Semua kebahagiaan itu belum lengkap, karena sang Prabu dan Permaisuri yang kesulitan untuk memiliki keturunan. Permaisuri sering murung bahkan sampai menangis, hal itu tentunya membuat Prabu terbawa perasaannya dan ikut sedih.
Akhirnya, ia memutuskan pergi ke hutan untuk bertapa agar segera dikaruniai seorang anak. Beberapa bulan kemudian, akhirnya permaisuri hamil dan melahirkan bayi perempuan, seluruh kerajaan turut bahagia serta menyayangi sang Putri.
Oleh karena itu, di ulang tahun ke-17 sang Putri, mereka menyiapkan seuntai kalung dengan permata warna-warni sebagai hadiah. Namun sayangnya, sang Putri malah menepis kalung tersebut hingga benangnya putus.
Melihat hal ini, membuat Permaisuri merasa kecewa dan rakyat pun turut menangis melihat perilaku sang Putri hingga tiba-tiba muncul mata air di tengah kerajaan.
Semakin lama air tersebut semakin mengalir hingga membentuk danau dengan warna-warni menyerupai batu permata. Konon, warna-warna yang ada pada Talaga Warna berasal dari batu-batuan kalung sang Putri yang tersebar di dasar danau.
Danau inilah yang kemudian kita kenal sebagai Talaga Warna.
Pesan moral:
Dongeng Sunda pendek ini bisa Mama ajarkan pesan-pesan moral kepada si Kecil untuk selalu menghargai pemberian orang lain dengan tulus.
Selain itu, ada pun kesabaran dari Raja dan Permaisuri bisa kita teladani dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, itulah Ma beberapa rekomendasi tujuh dongeng Sunda pendek untuk pengantar tidur anak. Semoga informasi ini bisa bermanfaat dan menambah referensi bacaan dongeng dari wilayah Jawa Barat ini untuk dibacakan pada si Kecil.
Baca juga:
- Dongeng Nusantara: Kisah Malin Kundang, Anak yang Durhaka
- 11 Cerita Fantasi Dongeng yang Seru dan Menarik untuk Anak
- 5 Cerpen Singkat Bermakna Beserta Pengarangnya untuk Pengantar Tidur