Pesan Syekh Ali Jaber: Orangtua agar Tidak Menyakiti Perasaan Anak
Syekh Ali Jaber menjelaskan menjaga lisan dan sikap sangat penting agar anak dapat tumbuh baik
20 Februari 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seorang pendakwah dan ulama berkebangsaan Arab Saudi dan Indonesia yang semasa hidupnya aktif berdakwah, yaitu Ali Saleh Mohammed Ali Jaber atau yang lebih dikenal dengan Syekh Ali Jaber.
Beliau sudah meninggal dunia pada 2021 lalu, meskipun demikian, ilmu serta pesan yang ia sampaikan kepada seluruh umat muslim di Indonesia akan senantiasa diingat.
Termasuk soal pengasuhan anak dalam keluarga yang menjadi bagian tanggung jawab besar orangtua. Syekh Ali pernah mengingatkan untuk para papa dan mama dalam melaksanakan sebuah amanah dari Allah SWT yakni menjaga anak dengan sebaik-baiknya.
Sangat perlu dihindari bahwa jangan sampai orangtua melakukan hal-hal yang membuat anak merasa tertekan dan melukai batinnya mulai dari ucapan ataupun tindakan.
Kebanyakan orangtua tidak acuh terhadap perlakuannya yang tanpa disadari dapat menyakiti hati anak hingga berujung pada hubungan antara orangtua dan anak jadi tidak baik.
Lantas, apa saja sikap orangtua terhadap anak yang perlu dihindari menurut pandangan Syekh Ali Jaber?
Berikut Popmama.com telah rangkum informasi seputar pesan Syekh Ali Jaber orangtua tidak menyakiti perasaan anak.
1. Cinta dengan syarat yang diberikan ke anak
Terkadang tanpa disadari hal ini seringkali diucapkan oleh para orangtua, yakni mengungkapkan rasa cinta namun dengan syarat.
Misalnya seperti 'papa dan mama bangga sama kamu karena kamu selalu jadi ranking 1 di kelas' atau 'mama sama papa sayang sama kamu kalau kamu bisa pertahanin nilai rapor kamu', dan masih banyak ucapan lainnya.
Hadirnya cinta orangtua kepada anak harus tulus sampai kapan pun, bukan cinta dengan syarat. Adapun cinta dengan syarat akan tersimpan dalam benak anak bahwa dirinya harus memenuhi syarat ideal agar disayang oleh orangtuanya.
Seolah-olah, adanya cinta yang ditunjukkan orangtua kepadanya tidaklah ikhlas. Perlu diingat, bahwa tanggung jawab orangtua adalah menyayangi dan mencintai anak-anaknya tanpa harus ada syarat.
Syekh Ali Jaber menyampaikan contoh sebagai berikut, "Aku cinta kamu, tapi ada syaratnya begini. Jadi, seolah-olah orangtua tunjukkan pada anak-anak kita kalau cintanya ini nggak ikhlas. Misalnya seperti, mama dan papa sayang sama kamu kalau kamu ngaji yang rajin, dan lain sebagainya. Kalau mau mengungkapan cinta ya cinta saja, cinta yang normal, tidak usah pakai syarat-syaratan. Kalau kita tidak menunjukkan rasa cinta kepada anak dengan tulus, maka mereka akan berlari mencari cinta itu ke orang lain," ujarnya.
Adapun ketika orangtua mengungkapkan syarat, anak mungkin hanya menanggapinya dalam diam karena tak bisa menyampaikan apa yang dirasakannya.
Sebagai orangtua perlu disadari bahwa semestinya hendaklah bersikap dan berbicara lebih bijak, dengan mempelajari ilmu pengasuhan sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.
Agar kelak dewasa, anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang penuh rasa kasih sayang dan sikap tulus pada kedua orangtua serta orang lain disekitarnya.
Editors' Pick
2. Menghina anak dengan kata-kata yang kasar dan tidak pantas
Menjadi orangtua merupakan suatu hal yang tidak mudah ya, Ma. Apalagi untuk menjaga sikap yang baik serta lisan terutama pada keluarga dan anak-anak.
Terkadang ketika sedang emosi, tak jarang para orangtua bisa mengontrol ucapan maupun perlakuannya pada anak.
Apabila sedang marah dan kesal pada anak, coba untuk duduk terlebih dahulu dan diam sebentar untuk mengatur emosi dengan baik.
Jangan sampai kata-kata kasar yang tidak pantas diucapkan misalnya berupa hinaan yang kapan saja bisa keluar dari mulut kita kepada anak.
Syekh Ali Jaber memberikan sebuah contoh yang berasal dari hasil pengamatan beliau di sekitarnya saat menemui kejadian yang kurang mengenakan didengar yang ditujukan ke seorang anak.
"Contoh, pas jemput anak ke sekolah, malah ada yang pernah berkata sanking menghina anaknya, seperti 'saya heran bagaimana saya punya anak seperti kamu?' apalagi ucapan ini disampaikan di depan orang banyak dan di depan teman-temannya."
Hal tersebut mungkin terdengar biasa saja, namun sangat berbeda bagi anak dengan ucapan yang sangat menyakitkan itu.
Oleh karena itu, sebagai orangtua perlu belajar untuk berhati-hatilah dengan perkataannya yang akan disampaikan ke anak. Anak bisa saja saat itu tidak menangis di depan orangtua, tapi ia sudah mati rasa.
Akhirnya ia pun menjadi berkecil hati, kemudian orangtua susah membina anak untuk menjadi saleh atau salehah karena hatinya sudah hancur terlebih dahulu.