Bisa Ditiru, Cara Orangtua Jepang Membuat Anak Mandiri
Ini rahasia yang bikin anak-anak di Jepang sangat mandiri
2 Maret 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebuah video dokumentasi buatan SBS Australia viral di media sosial mama-mama muda. Video berjudul Japan’s Independent Kids itu menceritakan tentang keseharian Noe Ando, 7 tahun. Setiap hari, Noe bangun pagi, mengurus semua keperluan sekolahnya sendirian, dan yang paling membuat ternganga adalah, ia berangkat sekolah sendiri!
“Setiap hari saya berjalan kaki menuju stasiun. Saya naik kereta cepat menuju Shinjuku dan kemudian berganti kereta menuju Kokubunji. Ya, seringkali saya salah turun stasiun dan harus mencari jalan menuju tempat yang benar,” kata Noe sambil tersenyum. Noe sudah naik kereta sendiri sejak usianya 5 tahun.
“Karena ia sendirian, ia harus berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri. Ia sudah terbiasa melakukan segala hal sendiri. Saya rasa, ia bisa menyelesaikan banyak hal seperti orang dewasa. Jika tidak mampu menyelesaikan masalahnya, maka ia tidak akan sampai ke rumah,” kata Satoko Ando, 39, ibu Noe.
Apa yang terjadi pada Noe bukanlah hal aneh. Keluarga di Jepang memang mengajarkan anak-anak mereka mandiri sejak dini. Anak-anak didorong untuk berani menghadapi dunia luar, dengan terjun langsung kedalam kenyataan.
“Kadang-kadang lucu melihat anak-anak yang pertama kali keluar sendiri menjadi ketakutan. Mereka kadang bingung dan menangis tetapi kami harus mengajarkan mereka seperti itu. Tidak lama, mereka pasti berani,” ungkap Satoko.
Video ini sebenarnya membandingkan perbedaan keluarga Jepang dan keluarga di Sidney. Rob Frasier, 47, orangtua dari Emily, 10, menjadi contoh bagaimana keluarga di Australia memperlakukan anak-anak mereka.
“Saat mereka akan berangkat sekolah, saya akan memastikan bahwa mereka memakan sarapan, membawa bekal, dan sudah rapih. Saya juga mengantarkan mereka ke sekolah dan memastikan mereka sudah masuk ke dalam sekolah, sebelum saya meninggalkannya,” kata Rob.
Rob adalah gambaran orangtua Australia pada umumnya. Mereka sangat khawatir jika membiarkan anak mereka sekolah sendiri, anak-anak itu bisa menjadi korban kejahatan atau mengalami kecelakaan.
“Anak-anak masih sangat perlu diawasi. Walaupun di lingkungan sekolah, mereka mungkin sekali menjadi korban kejahatan. Sangat mungkin mereka diculik atau menjadi korban pembunuhan. Saya tidak bisa membayangkan hal itu terjadi pada keluarga saya,” kata Rob.
Emily yang juga diwawancara SBS Australia tampak tercengang ketika diberi tahu bahwa anak-anak di Jepang sudah berangkat sekolah sendiri sejak usia mereka 6 tahun. “Wow, itu hebat,” komentar Emily singkat sambil membelalakan matanya.
Apakah hal seperti di Jepang mungkin terjadi di Indonesia? Popmama.com yakin, Mama pasti akan memberi jawaban, “Tidak!”. Tetapi, inilah yang bisa Mama lakukan di rumah, mengombinasikan cara Jepang dengan cara ala Mama Indonesia. Ayo latih Si Kecil mandiri!
1. Ajarkan untuk bilang terima kasih
Adegan pertama dokumenter itu adalah tempat makan keluarga Ando. Satoko menyiapkan makanan untuk suaminya dan Noe. Ketika mangkuk makanan disorongkan, Noe langsung ingin makan tetapi ayahnya menegur Noe dan memintanya mengucapkan terima kasih kepada Satoko.
Mengucapkan terima kasih adalah pelajaran penting yang bisa Mama terapkan. Kata terima kasih adalah ungkapan tulus bahwa mereka akan menghargai hasil kerja keras seseorang. Sikap hormat itu akan membuat anak lebih mandiri karena mereka pun ingin mendapat penghargaan jika bisa melakukan apa pun secara mandiri.
2. Pasangkan alarm
Ini adegan di kebanyakan keluarga Indonesia, bangun pagi yang heboh karena anak belum siap bangun. Disiplin saat tidur dan bangun pagi adalah latihan kemandirian paling dasar.
Bagaimana agar anak mama mudah bangun? Berikan ia jam weker yang bisa membantunya bangun pagi lebih mudah. Beri pujian jika ia bisa bangun tepat waktu dan ungkapkan terima kasih yang tulus jika ia membereskan tempat tidurnya, segera setelah bangun tidur.
3. Makan pagi bersama
Suasana makan pagi yang tenang dan segar adalah saat Mama dan Papa bisa memberikan nasihat dan menyampaikan pesan-pesan kepada Si Anak. Biasanya pun, makan pagi bisa lebih terjadwal daripada makan malam bersama yang mungkin terhambat karena kemacetan lalu lintas atau aktivitas lainnya.
Editors' Pick
4. Menyiapkan diri sendiri untuk sekolah
Persiapan perlengkapan sekolah sebaiknya dilakukan di malam sebelumnya. Kebiasaan ini akan memberikan anak cukup banyak waktu untuk memeriksa keperluan sekolahnya sehingga tidak ada lagi yang tertinggal.
5. Tidak membantunya jika ada barang yang tertinggal
Ini salah satu cara agar Si Anak belajar menyelesaikan masalahnya sendiri. Jika barangnya tertinggal di rumah, apakah yang harus ia lakukan? Biarkan ia memikirkan jalan keluar dan melaksanakan solusinya itu.
Tegaskan bahwa menelepon Mama dan meminta tolong membawakan barangnya bukan solusi yang tepat sebab barang yang tertinggal adalah konsekuensi dari kurangnya persiapan Si Anak.
6. Mengantar dan menjemput sesuai jadwal
Jika Mama tidak tega membiarkan Si Anak pergi dan pulang sekolah sendiri, Mama bisa mengatur antar jemput.
Pastikan anak menyampaikan jadwal sesuai keperluannya setiap hari. Ini untuk menghindari Si Penjemput salah jadwal. Pelajaran mengatur jadwal ini bisa juga menjadi ajang Si Kecil belajar menghargai waktu orang lain.
7. Membiarkan anak belajar sendiri
Sesekali, tanyakan apakah ia berniat pergi atau pulang sendiri dari sekolah? Bekali anak dengan pengetahuan harus menumpang kendaraan apa untuk tiba di sekolah dan rumah. Mana jalur yang aman, bagaimana menyeberang jalan, bagaimana jika ada orang yang mengganggunya di jalan.
Semua bekal itu akan bermanfaat sebab tidak selamanya kan, Mama bisa mengantar dan menjemput Si Kecil.
8. Di rumah, Si Anak harus mandiri dengan tugas sekolahnya
Memberi kepercayaan kepada anak untuk mengerjakan tugas sendiri dan belajar sendiri akan bermanfaat untuk masa depannya. Ia akan berlatih tanggung jawab, menyelesaikan masalah, dan meraih prestasi sesuai dengan target yang ia tetapkan sendiri.
Bahagia kan bisa melihat prestasi yang datang atas usaha keras Si Anak?