Bullying di Sekolah: Bagaimana Agar Anak Mama Tidak Jadi Korban
Faktanya, sekolah adalah tempat dimana bullying sering terjadi
6 Februari 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bullying adalah perilaku yang menindas atau mengintimidasi secara fisik atau mental dari satu pihak yang dominan kepada pihak lainnya yang lebih lemah. Peristiwa kekerasan disebut bullying jika dilakukan secara terus menerus.
Bullying bisa terjadi pada siapa pun dan beragam bentuknya. Ada yang berupa kekerasan fisik, kekerasan verbal, atau perilaku sosial.
Parahnya, bullying pada anak kerap terjadi di tempat-tempat dimana mereka seharusnya dilindungi. Jadi, selain di rumah, sekolah seringkali menjadi tempat dimana seorang anak menjadi korban bully.
Definisi Bullying di Sekolah
Bullying di sekolah adalah peristiwa kekerasan yang konstan dan terjadi di lingkungan sekolah pada jam berlakunya sekolah.
Pelaku dan korbannya bisa murid, guru, petugas sekolah, atau aparat lainnya di dalam lingkungan sekolah. Bentukan bullying yang terjadi bisa dilakukan individu atau berkelompok.
Seseorang disebut korban bully jika ia terpaksa melakukan tindakan atau menerima ejekan di luar kehendak mereka.
Bullying bisa merusak secara fisik, mental, dan emosional.
Banyak cerita pilu yang terjadi mengenai bullying di sekolah ini. Contohnya adalah kekerasan yang dilakukan sekelompok murid terhadap salah seorang murid yang dianggap aneh.
Di dunia selebritis, Lady Gaga dikenal sebagai korban bullying semasa sekolah. Waktu remaja, ia kerap dijuluki teman-temannya Si Gigi Kelinci. Karena julukan itu, kepada pers, Lady Gaga mengaku ia selalu merasa minder.
“Ketika di sekolah saya selalu diejek teman-teman karena bentuk fisik saya. Saya tidak pernah yakin bahwa saya cantik dan tubuh saya baik-baik saja. Akibatnya saya selalu tidak percaya diri jika tampil tanpa make up,” kata Lady Gaga tentang penampilannya yang selalu sensasional dan make up nya yang tebal.
Tidak hanya antar murid, murid dan guru pun bisa terlibat bullying. Guru yang kerap mengejek muridnya di depan kelas bisa dimasukan kategori bullying.
Mengapa Terjadi Bullying di Sekolah
Bullying di sekolah terjadi biasanya sejak usia muda. Anak usia SD paling banyak memulai bully dan menjadi korban.
Biasanya, pelaku bully ingin mendapatkan pengakuan dari lingkungannya. Dengan melakukan bully ia merasa unggul dan dengan demikian ia diterima oleh teman-teman lainnya.
Editors' Pick
Bentuk Bullying di Sekolah
Bullying banyak bentuknya. Ini rinciannya menurut situs stopbullying.gov:
- Bullying fisik: pemukulan, memalak, meludahi, mendorong, merusak benda milik korban, dan membuat gerakan yang tidak menyenangkan korbannya secara terus menerus.
- Bullying verbal: mengejek, memberi julukan yang tidak menyenangkan, melontarkan komentar berbau SARA, menghina, dan mengeluarkan ancaman.
- Bullying sosial: mempermalukan seseorang di depan umum, sengaja meninggalkan atau menjauhi, dan menyebarkan isu dengan tujuan agar orang menjauhi.
- Bullying digital: semua bentuk bullying yang dilakukan secara online. Bentuknya yaitu dengan menyebarkan hal-hal bohong atau tidak menyenangkan tentang seseorangdi sosial media atau pesan online, mengirimkan gambar-gambar tidak menyenangkan secara online, dan membajak akun seseorang.
Baca juga:
Ciri Korban dan Pelaku Bully
Sekolah memang menjadi tempat berbagai anak dari macam-macam latar belakang berkumpul. Tidak semua anak mampu segera beradaptasi dengan lingkungan yang multikultur ini. Banyak yang butuh waktu dan cara lebih lama dibandingkan anak yang lain.
Namun, guru yang berpengalaman akan bisa segera melihat ciri-ciri anak yang berpotensi menjadi korban atau pelaku bullying.
Stopbullying.gov menulis profil pelaku dan korban bully. Ini rangkumannya.
Anak-anak yang berisiko menjadi korban:
- Tampak berbeda dari anak-anak lain. Misalnya karena bertubuh terlalu gemuk, terlalu kurus, memakai kacamata tebal, giginya tidak rapih, atau kondisi fisik lainnya.
- Terlihat lemah dan tampak tak bisa membela diri sendiri
- Memiliki tanda depresi, stres, mudah panik, dan tidak stabil jiwanya
- Memiliki rasa rendah diri
- Tidak populer, tidak dikenal, dan hanya punya sedikit teman
- Tidak bisa berbaur dengan teman sebayanya. Sering berperilaku mengganggu, tidak mau terlibat di kegiatan bersama, dan selalu menjadi antagonis
Anak-anak yang berisiko menjadi pelaku:
- Memiliki geng pertemanan yang kuat, kekuatan sosial di kalangan teman, dan cukup populer serta dominan di kelompoknya
- Memiliki kecenderungan melanggar peraturan
- Agresif dan gampang frustrasi
- Selalu memiliki pikiran buruk tentang banyak hal
- Memiliki hubungan renggang dengan keluarga dan masalah di rumah
- Menganggap kekerasan sebagai hal biasa
- Bergabung dengan teman-teman yang mengganggap bully adalah hal keren.
Namun, meski ciri-ciri itu dipetakan oleh para ahli, Mama tidak bisa juga menghakimi anak-anak dengan tanda demikian. Mereka, belum tentu menjadi korban atau pelaku bully sebab banyak juga yang punya ciri dominan tetapi ia tumbuh menjadi pembela. Semua itu kembali lagi ke pola asuh yang diterapkan Mama di rumah.
Baca juga:
Tanda-tanda Korban dan Pelaku Bullying
Bagaimana bisa mengetahui apakah anak mama menjadi korban atau pelaku bully? Kedua pihak yang terlibat bully seringkali menunjukan tanda khas. Ini rinciannya.
Tanda korban bullying:
- Bersikap gelisah dan tidak tenang
- Sulit tidur, makan, dan tidak bergairah dalam menjalankan aktivitas sehari-hari
- Sulit berkonsentrasi dan mengalami perubahan nilai prestasi
- Kehilangan barang-barang atau mengalami luka fisik yang tidak bisa dijelaskan olehnya
- Ketakutan dan menjadi mudah sakit
- Tidak punya teman atau menarik diri dari pergaulan
- Selalu membicarakan hal buruk bahkan seringkali mengungkapkan ingin bunuh diri.
Ciri pelaku bullying:
- Memiliki barang-barang atau uang yang tidak jelas asalnya
- Bergaul dengan sesama teman yang bermasalah
- Sering berantam dan agresif
- Sering dihukum namun seringkali tidak mengakui kesalahannya
- Menyalahkan orang lain untuk segala peristiwa yang melibatkan dirinya
- Kompetitif dan selalu khawatir popularitasnya sebagai murid paling nakal, paling terkenal, atau paling dominan terkalahkan.
Baca juga: Langkah Tepat Mengantisipasi Peristiwa Bully Sebelum Terjadi
Akibat Buruk Bullying
Bullying memberikan efek buruk kepada korban dan pelakunya. Efek terburuk dari bullying adalah bunuh diri. Rasa putus asa karena tersingkir dari pergaulan terasa sangat berat untuk anak-anak ini.
Ini efek buruk bullying.
Kepada korban:
- Depresi, mudah murung, kehilangan kepercayaan diri, tidak lagi berminat melakukan hobinya, kesulitan tidur dan takut ke sekolah.
- Mengalami sakit yang tidak jelas penyebab penyakitnya.
- Mengalami penurunan nilai akademik dan tidak lagi berniat mengejar cita-cita atau mimpinya.
- Kerap berpikir untuk kabur atau bunuh diri.
Kepada pelaku:
- Menjadi pecandu obat terlarang atau alkohol saat dewasa.
- Menjadi pelaku seks dini dan seks bebas.
- Berperilaku kasar, keras, dan sering terlibat perkelahian.
- Cenderung terlibat masalah kriminalitas.
- Melakukan kekerasan terhadap pasangan, keluarga, bahkan anaknya sendiri.
Kepada saksi kekerasan:
Ya betul. Saksi peristiwa bully yang tidak bisa mengatasi atau melakukan tindakan apa pun untuk menghentikan bullying ternyata memiliki masalah juga. Ini yang akan mereka alami.
- Menjadi takut ke sekolah karena takut menjadi korban juga.
- Menjadi pecandu alkohol, obat terlarang, dan paling ringan kecanduan merokok.
- Mudah mengalami depresi dan kepanikan.
Baca juga:
Saran Psikolog untuk Mengatasi Bullying di Sekolah
Baik pelaku atau korban bully sebenarnya harus diperbaiki kondisi mentalnya. Jika korban bullying, seperti yang diakui oleh Lady Gaga mengalami kecemasan dan kehilangan kepercayaan diri seumur hidupnya, maka fenomena itu pun ternyata dialami pelaku.
Seorang anak bisa menjadi pelaku bullying karena ada sesuatu di dalam dirinya yang salah.
Jadi, berdasarkan pengamatan itu, psikolog menyarankan langkah berikut ini untuk mengatasi dan mencegah aksi bully di sekolah:
- Menciptakan budaya antikekerasan di sekolah. Untuk ini sekolah harus mendukung perilaku antibullying dengan membuat peraturan tegas mengenai hal ini. Pelaku bullying harus dengan tegas mendapatkan sanksi atas perbuatannya.
- Mengajak murid mengkampanyekan antibullying dengan mendiskusikan masalah bullying, mengarkan mereka peka dan tahu cara bertindak jika melihat kekerasan terjadi, dan secara aktif mendorong anak untuk ikut berperan serta mengamati dan membuat laporan jika terjadi bullying.
- Mendidik guru dan perangkat sekolah dengan ilmu-ilmu antibully. Ini berarti guru-guru dan pegawai sekolah lainnya juga harus ditatar untuk mencegah bullying. Jika peraturan sekolah sudah mendukung gerakan antibully, maka guru atau pegawai sekolah yang menjadi pelaku bullying pun bisa dikenakan sanksi.
Dengan melakukan langkah-langkah ini diharapkan sekolah anak mama bebas dari bullying. Lingkungan yang sehat pasti akan menghasilkan anak-anak cerdas dan berguna bagi negara.
Baca juga:
- Cara Tepat Mencegah Anak Menjadi Korban Bully
- Daftar Games Online yang Bisa Mencegah Anak Terlibat Bullying