4 Tahap Pendidikan Seks untuk Anak, Lakukan Pendekatan ke Anak Yuk
Masih banyak orangtua yang enggan bicara soal seks ke anaknya. Efeknya ternyata tidak menyenangkan
5 September 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, termasuk yang hidup di kota besar, membicarakan seks kepada anak adalah tabu.
Orangtua merasa malu dan canggung ketika harus membicarakan hal-hal yang terkait dengan masalah seksual. Disini termasuk di dalamnya mengganti penyebutan alat kelamin dengan kata lain selain vagina dan penis.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, terdapat 33,5 persen remaja perempuan usia 15-19 tahun sudah hamil.
Berdasarkan riset Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2016, 1 dari 9 anak perempuan di bawah usia 18 tahun telah menikah muda. Sementara hanya 5 dari 10 anak yang mengetahui bahwa hanya sekali berhubungan seksual bisa menyebabkan kehamilan.
Menurut Riset Perilaku Seksual yang dilakukan pada tahun 2017 oleh John Hopkins Center for Communication Program (JHCCP) dan Universitas Gadjah Mada (UGM), kurangnya pengetahuan di bidang seks menjadi masalah utama kehamilan dan pernikahan muda.
Masalah ini diperparah dengan enggannya orangtua membicarakan masalah seksual kepada anaknya.
Alzena Masykouri, M.Psi. psikolog anak dan remaja mengatakan sebaiknya orangtua melakukan pendidikan seksual sejak dini kepada anak-anaknya.
Bagaimana tahapan pendidikan seksual sejak dini itu bisa dilakukan?
Popmama.com melaporkannya dari acara 1001 Cara Bicara yang digagas oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Skata.info, situs referensi seputar perencanaan keluarga.
Ini langkahnya:
Pendidikan Seks untuk Anak Bayi: Pengenalan Anggota Tubuh
Di saat bayi, Mama dan atau pengasuh si Kecil adalah orang yang bertanggung jawab menjaga dan bertanggung jawab atas keselamatan seksual anak. Namun demikian, Mama bisa mengajarkan masalah seksual kepada bayi dengan mengajarkan nama-nama anggota tubuhnya. Lakukan sejak dini, misalnya saat Mama sedang membersihkan atau memandikan si Kecil. Menyebutkan atau memperkenalkan anggota tubuh adalah langkah dasar untuk pendidikan seksual. Meski si Kecil belum mengerti benar, sebutkan anggota tubuh dengan kata yang benar, misalnya menyebut kelamin anak perempuan dengan kata vagina dan alat kelamin bayi laki-laki dengan penis.
Saat membersihkan tubuhnya, Mama juga bisa membicarakan cara melakukannya dengan benar. Misalnya saat sedang mencebok setelah buang air, ucapkan kata, “Dibilas dari arah depan ke belakang ya, Nak!”. Begitu pun saat sedang mandi, ajarkan cara menyabuni tubuh.
Apakah bayi akan mengerti?
Alzena yang akrab disapa Nana mengatakan bahwa dengan membicarakan hal-hal itu di depan anak sejak mereka bayi akan membuat mereka paham, ingat, dan mengerti tentang anggota tubuhnya dan perawatannya meski belum bisa bicara.
“Kelak, saat mereka bisa bicara, mereka akan bisa menyebutkan anggota tubuhnya dengan tepat,” kata Nana.
Editors' Pick
Pendidikan Seks untuk Balita: Mengajarkan Cara Menjaga Diri
Langkah kedua pendidikan seks dilakukan ketika anak-anak masuk usia balita. Ini karena secara kognitif mereka sudah lebih mudah memahami bahasa, etika, dan mulai melakukan pergaulan sosial.
Nana mengatakan, hal terpenting yang harus diajarkan orangtua kepada anaknya adalah mengenai organ vital dan cara menjaganya.
“Mama harus menegaskan bahwa organ kelamin dan vital, yaitu bagian leher sampai lutut mereka, hanya boleh dipegang oleh Mama, Papa, dan si Anak sendiri. Pengasuh dan dokter boleh memegangnya jika ada Mama atau Papa yang mengawasi,” kata Nana.
Bagaimana jika balita diasuh oleh pengasuh sementara Mama dan Papa tidak di rumah? Mama bisa menambahkan bahwa hanya orang-orang yang diperkenalkan dan diizinkan Mama bisa membantu si Kecil terkait hal-hal vitalnya itu. Misalnya, suster bisa membantu cebok, tetapi tidak boleh pegang-pegang jika adik tidak sedang pipis.
Mereka juga harus diajarkan perbedaan laki-laki dan perempuan, norma-norma sosial, agama, dan sopan santun. Misalnya, harus menutup aurat, duduk dengan rapi, menutup pintu saat mandi atau buang air, dan lain-lain.