Segala sesuatu yang orangtua ajarkan pada anak pasti akan memengaruhi si Kecil dalam bersikap. Salah satu sikap yang perlu Mama dan Papa ajarkan ke anak sejak dini adalah rasa empati terhadap sesama.
Melatih empati pada anak bisa diajarkan dari hal-hal sederhana yang biasa dilakukan setiap hari.
Dengan mengajarkan sikap empati, diharapkan anak mampu menempatkan diri, memahami perasaan orang lain, dan mengontrol emosi dengan baik.
Sebagai orangtua, Eriska Rein sudah mulai mengajarkan konsep empati kepada putra pertamanya, Mikhail Zayn Muhsin, yang kini berusia 6 tahun. Tidak perlu dengan cara yang susah, berempati kepada sesama bisa dimulai dari kebiasaan sehari-hari.
Melansir dari Parenting First Cry, anak baru memahami konsep empati yang sebenarnya ketika berusia 8-9 tahun. Namun, sejak usia 5 tahun, orangtua sudah bisa mengajarkan anak mengenali rasa empati dalam dirinya agar terbentuk secara perlahan.
1. Eriska Rein mengajarkan rasa empati lewat kegiatan simpel
Popmama.com/Michael Andrew
Photoshoot dilakukan dengan menaati protokol kesehatan
Melatih empati anak tidak bisa dengan cara yang instan. Anak memerlukan waktu untuk bisa memahami dan menerapkan hal tersebut. Bagi Eriska, menumbuhkan rasa empati pada anak sejak dini merupakan sesuatu yang penting dan tidak boleh diabaikan.
Rasa empati yang dimiliki anak dapat berpengaruh pada bagaimana ia berperilaku dan memperlakukan temannya. Oleh karena itu, Mama dari dua orang anak ini sudah mulai mengajarkan rasa empati kepada putra pertamanya, Zayn, dengan cara-cara simpel.
“Menurut aku rasa empati itu penting sekali untuk diajarkan kepada anak. Untuk sekarang, Zayn sedang senang-senangnya mengeksplor banyak hal. Dia belajar banyak hal dan cepat mengerti. Dari situ, aku sudah mulai ajarin sifat-sifat baik seperti empati itu dengan cerita simpel,” kata Eriska Rein dalam wawancara eksklusif bersama Popmama.com.
Editors' Pick
2. Punya banyak teman baik, Zayn sampai tidak bisa memilih sahabat terbaiknya
Popmama.com/Michael Andrew
Photoshoot dilakukan dengan menaati protokol kesehatan
Pandemi yang menyerang selama dua tahun terakhir membuat Zayn harus melakukan sekolah secara online. Ketika sekolah sudah menerapkan kegiatan tatap muka, Eriska menasihati putranya tersebut untuk mencoba bersosialisasi.
Dari kegiatan bersosialisasi, Eriska berharap Zayn dapat memperoleh banyak teman dan mulai paham bagaimana dirinya bisa saling peduli dengan teman-temannya.
“Sebelumnya, Zayn masuk sekolah kebanyakan online. Makanya pas offline, aku bilang ke Zayn kalau dia harus coba bersosialisasi. Cobalah jadi teman yang baik, harus peduli sama teman, kalau teman butuh bantuan juga harus dibantuin, intinya saling bantu. Untungnya, Zayn dengan mudahnya ngerti. Dia kelihatan senang pas main sama teman-temannya,” ujar Eriska Rein.
Saking peduli dan sayangnya Zayn kepada teman-temannya, bocah laki-laki kelahiran 2016 itu sampai tidak bisa memilih mana sahabat terbaiknya. Menurutnya, teman-teman yang ada di sekelilingnya adalah sahabat terbaik bagi Zayn.
“Zayn pernah dapat tugas untuk menceritakan satu orang sahabatnya. Tapi kata Zayn ‘nggak bisa milih karena best friends aku itu banyak banget, jadi aku harus tulis semua’. Dia memang mudah bergaul anaknya. Di tugas itu, akhirnya dia benar-benar nyebutin semua sahabatnya dan itu bikin dia happy,” jelas Eriska Rein.
3. Cara sederhana Eriska Rein menumbuhkan rasa empati pada anak
Popmama.com/Michael Andrew
Photoshoot dilakukan dengan menaati protokol kesehatan
Menumbuhkan rasa empati kepada lingkungan sekitar bisa dimulai sejak dini dengan cara yang sederhana. Eriska sendiri sudah membiasakan putranya untuk menyisihkan uang agar bisa ditabung.
Dari ajaran sang Mama, Zayn mulai rutin menabung dan mempunyai satu dompet khusus berisi hasil uang tabungannya. Ketika anaknya mempunyai rezeki lebih, Eriska juga akan mengingatkan Zayn untuk saling peduli dengan memberikan sedikit rezeki yang dimiliki kepada orang membutuhkan..
“Aku bilang ke Zayn ‘kalau kamu ada rezeki lebih, kamu kasih ke orang yang membutuhkan’ dia ngerti dan malah nanya ‘orang yang membutuhkan itu kayak gimana, mommy?’. Kalau kita lagi perjalanan di mobil, aku suruh Zayn lihat sekitar biar dia paham maksud orang yang membutuhkan seperti apa,” ungkap Eriska Rein.
Lewat cara sederhana yang diterapkan Eriska ini, secara perlahan sikap empati dalam diri Zayn pun tumbuh. Itu terbukti ketika Zayn melihat orang kurang mampu di jalanan, putra pertama Eriska tersebut akan merasa iba dan ingin segera memberikan lebihan uang yang dimilikinya.
Bahkan, diceritakan Eriska bahwa mata Zayn sampai berkaca-kaca saat bertemu orang tidak mampu di jalanan. Sikap empati ini sudah diperlihatkan Zayn sejak umur tiga tahun.
Empati dalam diri Zayn bisa berkembang dengan sendirinya karena ia sudah dibiasakan oleh Eriska untuk peduli dengan segala hal di sekitarnya, termasuk saudara, teman, dan bahkan binatang peliharaannya.
“Zayn kalau melihat orang yang membutuhkan, dia itu sedih. Kadang berkaca-kaca. Kalau nggak sempat buka kaca buat ngasih, aku bakal tenangin dia ‘nggak papa dek, yang penting doain aja’. Aku bilang ke dia kalau doa itu baik dan pasti didengar oleh Allah, jadi semoga bisa membantu. Dia pun langsung berdoa. Dia lakuin terus hal itu setiap melihat orang kurang mampu di jalanan,” cerita Eriska Rein.
4. Tips Eriska Rein menanggapi curhatan anak agar tetap berjalan positif
Popmama.com/Michael Andrew
Photoshoot dilakukan dengan menaati protokol kesehatan
Sebagai seorang Mama, Eriska berusaha menjadi pendengar yang baik bagi anak-anaknya. Ketika Zayn menyuarakan isi hatinya, istri dari Mithu Nisar itu berusaha menanggapinya dengan memberikan kalimat-kalimat yang positif.
“Aku orangnya suka bercanda sama Zayn. Jadi pas Zayn cerita sesuatu yang buruk, aku akan berusaha merespons dengan candaan biar dia nggak terlalu pikirin. Cuman, bercanda yang aku buat ini bukan berarti dibikin santai juga. Aku selalu berusaha kasih saran yang benar juga biar Zayn tetap dapat solusi dari apa yang dia ceritakan,” ucap Eriska Rein.
Butuh sebulan lebih bagi Zayn untuk beradaptasi dari sistem sekolah online menjadi offline. Di tengah masa adaptasi itu, Zayn merasa ada saja teman yang tidak menyukai dirinya, sehingga membuatnya khawatir.
Apalagi, Eriska mengatakan bahwa Zayn termasuk anak yang gampang sekali overthinking dan memikirkan sesuatu yang buruk dalam jangka waktu panjang. Untuk mengantisipasinya, Eriska menasihati Zayn untuk segera melapor ke guru jika ke depannya ada hal yang tidak diinginkan.
“Zayn butuh adaptasi dengan sekolah sebulan lebih, makanya dia kurang percaya diri. Dia merasa ada temannya yang nggak suka sama dia, makanya dia khawatir. Karena nggak bisa mantau sepenuhnya pas di sekolah, aku nasihatin Zayn kalau ada apa-apa bilang ke miss,” tutur Eriska Rein.
“Jangan balas langsung karena miss kamu lebih berhak nasihatin anak-anak kalau ada apa-apa. Lebih baik ke guru dulu dibanding ambil keputusan sendiri, apalagi Zayn masih anak-anak,” lanjutnya.
5. Tidak bisa sembarangan, begini cara Eriska Rein mengatasi emosi negatif pada anak
Popmama.com/Michael Andrew
Photoshoot dilakukan dengan menaati protokol kesehatan
Mengendalikan emosi dapat membantu menumbuhkan rasa empati anak. Oleh karena itu, para orangtua dianjurkan untuk belajar mengontrol sekaligus mengatasi emosi negatif pada anak.
Ketika anak sulungnya mulai cranky, Eriska memilih untuk tidak langsung menanggapinya. Mama dua anak ini akan memberikan ruang terlebih dahulu sampai anaknya tenang. Karena menurutnya, anak tidak akan mendengarkan perkataan orangtua jika sedang rewel.
Baru lah ketika anak mulai reda dan tenang, Eriska akan menghampiri dan bertanya kepada anak apa yang membuatnya sampai bersikap demikian. Setelah itu, Eriska akan berusaha mendistraksi pikiran Zayn ke hal-hal yang membuatnya senang.
“Sifat anak-anak itu beda, kalau Zayn sendiri termasuk yang cranky. Dia dari kecil kalau apa-apa pakai hati, jadi memang sensitif. Kalau sedang rewel, aku akan diamkan dia dulu, biar dia tenang. Karena aku pernah pas dia lagi rewel, aku coba nasihatin, justru dia nggak mau dengar,” kata Eriska Rein.
“Sampai dia mulai reda, baru aku coba masuk untuk tenangin dan distrak ke hal lain. Dia anaknya akan kepikiran hal yang bikin cranky, makanya efeknya berkepanjangan dan selalu ingat. Aku berusaha distrak ke hal lain yang bikin happy sampai dia lupa,” lanjutnya.
Untungnya, cara yang dilakukan Eriska ini berhasil diterapkan kepada Zayn. Putranya cenderung akan lebih mendengarkan dan menurut ketika emosinya sudah reda. Saat Zayn mengingat lagi hal yang membuatnya sedih, Eriska akan sigap membuat putranya kembali ceria.
Jadi itu dia ulasan tentang cara Eriska Rein melatih kemampuan empati anak sejak dini. Semoga tips yang diberikan Mama inspiratif satu ini bisa diterapkan kepada anak, ya!
Millennial Mama of the Month Edisi Desember 2022
Editor in Chief - Sandra Ratnasari Senior Editor - Novy Agrina Editor - Onic Metheany Reporter - Putri Syifa Nurfadilah & Sania Chandra Nurfitriana Social Media - Irma Ediarti Design - Aristika Medinasari Photographer - Michael Andrew P. Videographer - Krisnaji Iswandi, Norman Indra Issudewo Stylist - Onic Metheany, Putri Syifa Nurfadilah Makeup Artist - Ms Lifa Hair do - Ade Ragil Eriska & Zayn Wardrobe - AYACO Mikhaila's Wardrobe - Carter's