IDAI Ungkap Hanya 20 Persen Kanker Anak Tertangani dengan Baik

Diperkirakan ada 10 ribu kasus baru kanker anak setiap tahunnya di Indonesia

12 Februari 2025

IDAI Ungkap Ha 20 Persen Kanker Anak Tertangani Baik
Freepik

Setiap tahunnya, diperkirakan terdapat sekitar 10 ribu kasus baru kanker anak di Indonesia. Namun, hanya sekitar 20 persen di antaranya yang berhasil terdeteksi dan mendapatkan penanganan di fasilitas kesehatan khusus untuk pengobatan kanker anak. 

Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Hematologi-Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Eddy Supriyadi, mengungkapkan bahwa dari total 80 juta anak di Indonesia, diperkirakan ada 10 ribu kasus baru kanker anak setiap tahunnya. 

Mirisnya, dari jumlah tersebut, hanya sekitar 2000 kasus atau sekitar 20 persen yang teridentifikasi dan ditangani di fasilitas kesehatan yang memadai. 

“Artinya di situ ada sarana kesehatan, ada dokter, dengan ada fasilitas-fasilitas pendukung yang sering kita sebut dengan supportive care, meliputi tempatnya, gedungnya, farmasinya,” kata Eddy Supriyadi dalam acara ‘Media Briefing Kanker pada Anak: Mengapa Menjadi Penting?’ pada Selasa (4/2/2025). 

Untuk pembahasan selengkapnya, berikut Popmama.com telah merangkum informasi seputar IDAI ungkap hanya 20 persen kanker anak tertangani dengan baik

1. Fasilitas layanan kanker anak belum tersebar secara merata di Indonesia

1. Fasilitas layanan kanker anak belum tersebar secara merata Indonesia
Popmama.com/Sania Chandra

Menurut Eddy Supriyadi, salah satu tantangan dalam penanganan kanker anak di Indonesia adalah ketimpangan dalam ketersediaan fasilitas kesehatan yang khusus menangani kanker anak. 

Saat ini, terdapat 15 pusat pelayanan kanker di Indonesia yang sebagian besar terpusat di Pulau Jawa. Berbeda dengan Kalimantan yang hanya memiliki dua pusat layanan kanker, yaitu di Balikpapan dan Banjarmasin. 

“Kalau kita lihat semuanya bergerak atau menempel di Pulau Jawa yang kita tahu memang 60 persen dari penduduk Indonesia hidup di Jawa, tetapi kita lihat di sini di Kalimantan misalnya hanya ada dua center (Pusat Layanan Kanker-red) satu di Balikpapan yang kedua di Banjarmasin,” ungkap Eddy Supriyadi.

Hingga saat ini, fasilitas kesehatan yang khusus menangani kanker anak masih belum tersedia di Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Sehingga, akses pengobatan bagi anak-anak dengan kanker di wilayah tersebut menjadi sangat terbatas.

2. Di Indonesia, hanya 25 persen tingkat kesintasan kanker anak

2. Indonesia, ha 25 persen tingkat kesintasan kanker anak
Popmama.com/Sania Chandra

Pada tahun 2018, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meluncurkan program Inisiatif Global untuk Kanker Anak dengan tujuan meningkatkan kelangsungan hidup anak penderita kanker di seluruh dunia hingga setidaknya 60 persen pada tahun 2030. 

Di negara-negara maju, tingkat kesintasan kanker anak mencapai hampir 80 persen. Berbeda sekali dengan negara berkembang hanya berkisar antara 20 hingga 25 persen. 

Di Indonesia, tingkat kesintasan kanker anak saat ini berada di angka 25 persen. Harapannya, kesintasan kanker anak dapat meningkat menjadi 50 persen pada tahun 2030. Kesintasan adalah persentase individu masih bertahan hidup dalam suatu kelompok yang menderita penyakit tertentu.

“Jadi WHO mencanangkan ada enam jenis kanker utama anak yang tujuannya adalah di akhir tahun 2030 survival-nya akan mencapai 60 persen. Di Indonesia sendiri kita sudah menghitung bahwa dengan basic bahwa survival kita sekarang 25 persen, kita tidak berani mencanangkan setinggi itu, kalau melihat realitasnya kita rencanakan di akhir 2030 nanti kira-kira hanya 50% survival yang kita bisa targetkan,” kata Eddy Supriyadi.

3. Deteksi dini jadi kunci utama pencegahan kanker

3. Deteksi dini jadi kunci utama pencegahan kanker
Popmama.com/Sania Chandra

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso, menekankan bahwa deteksi dini merupakan salah satu kunci utama dalam pencegahan kanker. 

Dengan mengenali kanker sejak awal, diagnosis dapat dilakukan lebih cepat sehingga terapi bisa diberikan lebih dini. Ia juga menyoroti program pemeriksaan kesehatan gratis yang dicanangkan pemerintah setiap ulang tahun seseorang sebagai peluang untuk melakukan deteksi dini kanker pada anak.

“Prognosis penyakit kanker yang bisa dikenali dini dan diterapi sejak awal tentu saja jauh lebih baik daripada penyakit kanker stadium akhir atau stadium lanjut yang tidak terdeteksi di awal-awal gejala klinis yang muncul,” jelas Piprim Basarah Yanuarso.

4. Anak penderita kanker perlu selalu dikawal dan didukung oleh lingkungannya

4. Anak penderita kanker perlu selalu dikawal didukung oleh lingkungannya
Freepik

Ia mendorong agar deteksi dini tidak hanya dilakukan di kota-kota besar dengan fasilitas kesehatan yang lebih baik, tetapi juga dapat diakses oleh anak-anak di daerah terpencil. 

Selain itu, penting sekali peran komunitas dalam mendukung anak-anak yang didiagnosis mengalami kanker agar mendapatkan pengobatan yang optimal.

“Anak-anak kita perlu kita kawal apabila memang sudah terjangkit kanker ini tentu saja butuh support dari lingkungannya, dari komunitasnya, karena biasanya tidak hanya anak yang sakit satu keluarga itu juga bisa menjadi sakit karena pengobatan kanker ini memang sangat menyita waktu untuk berobat ya juga menyita dana dan sebagainya,” ujar Piprim Basarah Yanuarso..

5. Leukemia jadi jenis kanker yang paling sering dialami anak-anak

5. Leukemia jadi jenis kanker paling sering dialami anak-anak
Freepik

Berdasarkan Situs Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan RI 2024, limfoma dan leukemia adalah dua jenis kanker yang paling sering dialami oleh anak-anak di Indonesia.

Di sisi lain, menurut data WHO tahun 2021, tingkat kesembuhan kanker anak di Indonesia masih di bawah 30 persen. Rendahnya angka ini umumnya disebabkan oleh keterlambatan diagnosis.

Gejala awal kanker pada anak sering kali tidak dikenali, sehingga pengobatan tidak dapat dilakukan secara cepat dan optimal.

Demikian informasi mengenai IDAI ungkap hanya 20 persen kanker anak tertangani dengan baik. Itu sebabnya, penting sekali deteksi secara dini agar penanganan dapat dilakukan lebih cepat.

Baca juga: 

The Latest