Kisah Masa Kecil Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto
Ketiga bacapres ini memiliki cerita masa kecil yang berbeda-beda dan unik
21 Oktober 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Masa kecil adalah momen yang sangat berharga dalam kehidupan seseorang. Bisa dibilang, ini merupakan periode waktu di mana seseorang tumbuh dan mengembangkan banyak aspek diri mereka, baik fisik maupun mental.
Masa kecil merupakan momen penuh dengan kenangan, termasuk bagi para tiga bakal calon presiden (bacapres) di Pemilihan Presiden tahun 2024. Mulai dari Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto memiliki masa kecil yang menarik untuk disimak.
Penasaran seperti apa cerita kehidupan mereka sebelum sukses sampai sekarang? Berikut Popmama.com siap membahas kisah masa kecil Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.
Editors' Pick
Kisah Masa Kecil Anies Baswedan, Aktif dan Serba Ingin Tahu
Anies Baswedan lahir pada tanggal 7 Mei 1969 di Kuningan, Jawa Barat. Tante kembarnya yang bernama Ella dan Lily menyaksikan langsung tumbuh kembang Anies, bahkan sejak lahir.
Ketika dilahirkan, Anies sempat membuat satu keluarga khawatir karena terlilit tali pusar. Keluarga besarnya sampai berkumpul semua untuk melakukan doa bersama.
Mengingat Anies merupakan anak pertama, orangtuanya semakin gelisah dengan terlilitnya tali pusar yang sempat dialami. Namun, pada akhirnya masalah tersebut bisa diatasi dengan baik.
Saat masih kecil, Anies dikenal sebagai anak yang makannya lahap. Saking senangnya makan, Anies bisa makan bubur sambil makan pisang bersamaan. Anies juga merupakan anak yang aktif dan kreatif.
Ia sangat lincah berlari sampai ada momen dirinya tidak sengaja terbentur pintu koboi. Kendati begitu, keluarga Anies sudah tidak heran lagi melihat tingkahnya yang seperti itu karena sudah terbiasa.
Bahkan, Aliyah Rasyid Baswedan selaku Mama dari Anies menyebut putranya tahan banting. Aliyah bercerita punggung Anies pernah melepuh akibat terkena setrikaan sarung tenun. Namun, Anies tidak menangis atau mengeluh soal kejadian tersebut.
Saat kecil, Anies merupakan anak yang penasaran dengan dunia sekitar. Suatu hari saat lebaran, nenek dari Anies membuat kue sagon bubuk. Tak disangka, Anies mencampuri bubuk sagon yang sedang dijemur dengan tanah.
Tingkah Anies itu disebutkan sebagai salah satu bukti bahwa ia suka sekali bereksperimen. Tak sampai disitu, tingkah kreatif Anies juga terbukti dengan ia bersama teman-temannya menggunakan satu sarung yang sama.
Kala itu, Anies berkeyakinan jika pahala orang yang ingin beribadah itu sesuai langkahnya. Jadi, semakin kecil langkahnya, semakin banyak pula pahalanya.
“Mau ke mushola, sarung satu, dimasukin sama 5 orang anak, katanya pahalana sesuai langkahna, jadi makin kecil langkanya makin banyak pahalanya, itu kepikiran aja,” ujar Lily ketika menceritakan kreatifitas Anies mengutip dari Instagram istrinya, @fery.farhati.
Kemudian, Mama dari Anies juga menceritakan putranya ketika duduk di bangku SD mulai rajin baca buku demi bisa naik sepeda. Anies juga suka sekali membaca buku-buku biografi terkait tokoh-tokoh penting sejak SD.
Kisah Masa Kecil Ganjar Pranowo, Lahir di Keluarga Kurang Mampu
Ganjar Pranowo merupakan anak kalima dari enam bersaudara. Ia lahir di keluarga miskin yang banyak utang. Ia bersama saudara-saudaranya harus ikut banting tulang, padahal kala itu dirinya masih duduk di bangku SMP.
Orangtua Ganjar membiayai pendidikan anak-anaknya dari hasil berjualan bensin eceran. Setelah mendapat penghasilan sendiri, para saudara Ganjar mulai menyicil utang orangtua mereka.
Setiap bulannya, mereka harus menyetor uang iuran Rp 50 ribu untuk membayar utang. Seiring dengan penghasilan yang turut meningkat, iuran yang harus disetorkan demi bayar utang pun turut meningkat.
“Dulu waktu pulang sekolah saya disuruh kulakan bensin eceran. Dulu ya diejek, malu, bahkan waktu mahasiswa pernah hampir putus kuliah. Tapi hari ini kita jadi bangga banget rasanya,” ungkap Ganjar Pranowo mengenang masa kecilnya.
Dengan perekonomian yang pas-pasan, orangtua Ganjar sampai berutang di warung tetangga demi keberlangsungan hidup keluarga. Ganjar sangat ingat betul perjuangan Mama dan Papanya demi menghidupi keenam anak.
“Setiap bapak gajian, saya mengantar ibu ke warung, namanya mbak Yarni. Itu bukunya tebal banget, sampulnya batik, dan isinya hutang ibu saya,” ujar Ganjar Pranowo.