Unik! Anak dengan Autisme Dapat Menulis Beragam Font secara Manual
Anak berusia 6 tahun ini memiliki kondisi hyperlexia yang dimanfaatkannya sebaik mungkin
2 April 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ada banyak anak berkebutuhan khusus yang lahir dengan bakat menakjubkan, salah satunya adalah anak laki-laki bernama Sebastian. Baru berusia enam tahun, Sebastian memiliki memori yang luar biasa. Dia dapat menulis berbagai jenis font secara manual.
Lahir dengan kondisi autisme, Sebastian memiliki kondisi Hyperlexia yang dimanfaatkannya sebaik mungkin.
Melansir dari Web MD, Hyperlexia atau hiperleksia adalah sindrom yang membuat anak mampu membaca secara dini, tetapi tidak dibarengi kemampuan berbicara dan memahami bahasa secara lisan.
Anak dengan Hyperlexia cenderung memiliki ingatan visual dan pendengaran yang sangat baik. Itu sebabnya, mereka dapat dengan mudah mengingat kembali apa yang mereka lihat dan dengar.
Untuk pembahasan selengkapnya, berikut Popmama.com siap membahas ulasan terkait anak dengan autisme dapat menulis beragam font secara manual.
1. Baru berusia 6 tahun, Sebastian mampu menuliskan beragam jenis font dengan mudah
@litttle.einstein sixx year old #font savant #hyperlexia#autismawareness#typeface
♬ original sound - Sebastian
Orangtua dari Sebastian memperlihatkan kemampuan putranya dapat menulis berbagai jenis font melalui akun TikTok @litttle.einstein.
Dalam video berdurasi lebih dari satu menit itu, terlihat Sebastian yang menuliskan beragam jenis font menggunakan kapur di tangannya.
Bahkan, Sebastian mampu menuliskan jenis font yang sangat sulit untuk ditiru. Video ini tentu saja berhasil menarik perhatian banyak orang.
Sejumlah warganet berkomentar jika Sebastian sangat berbakat untuk mereplikasi font berbeda hanya dengan bantuan tangannya.
Editors' Pick
2. Sebastian sudah bisa membaca sejak usia 1,5 tahun
@litttle.einstein 6ix year old doing a spelling challenge!
♬ original sound - Sebastian
Dijelaskan dalam bio Instagramnya, ternyata Sebastian telah membaca sejak 18 bulan. Dia juga terobsesi dengan kegiatan menulis dan membaca.
Salah satu alasan Sebastian dapat menulis beragam jenis font adalah karena ia sering berlatih dan melihat tulisan di Microsoft Office.
3. Sekitar 6-14 anak autis mengalami hyperlexia
Setidaknya terdapat tiga karakteristik yang menggambarkan kondisi hyperlexia pada anak, di antara lain:
- Kemampuan membaca sangat baik di usia dini, jauh melebihi eksprektasi pada anak seusianya. Bahkan, ada anak berusia dua tahun yang sudah mulai bisa membaca.
- Kesulitan dalam memahami dan menggunakan bahasa serba atau gangguan belajar non-verbal. Kondisi ini membuat anak sulit mengekspresikan apa yang ingin diungkapkannya.
- Kesulitan dalam menghadapi interaksi sosial.
Sulit untuk mengetahui secara spesifik seberapa umum gangguan hyperlexia di kalangan anak. Tetapi, menurut sejumlah fakta statistik hyperlexia meliputi:
- Sekitar 6-14% anak autisme mengalami hyperlexia.
- Tidak semua anak dengan hyperleksia memiliki autisme.
- Sekitar 84% anak hyperlexia memiliki autisme.
4. Cara menghadapi anak dengan hyperlexia
Anak dengan hyperlexia mempunyai kebutuhan dan masalah tersendiri. Seperti yang disarankan oleh Susan Miller dalam buku berjudul Hyperlexia Handbook, A Guide to Intervention Strategies and Resources, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Anak dengan hyperlexia butuh waktu lebih lama untuk memahami komunikasi verbal.
- Gunakan instruksi tertulis dan bantuan visual agar anak lebih mudah memahami sesuatu.
- Rutin mengajak anak mengobrol untuk membantunya mengembangkan kemampuan mengekspresikan diri, berkomunikasi, dan memahami ucapan lisan serta emosi orang lain.
- Mengajarkan anak skill interaksi sosial melalui roleplay, berlatih percakapan, atau mengajaknya mengobrol dengan orang lain
- Dukung anak untuk mengeksplorasi minatnya.
Itu dia pembahasan tentang anak dengan autisme dapat menulis beragam font secara manual. Jika Mama memiliki anak dengan gangguan yang sama, tidak perlu khawatir karena kondisi ini juga bisa berdampak positif bagi kemajuan belajar si Kecil.
Baca juga:
- Kisah Viktor Bevanda, Anak Pengidap Autisme yang Jago Menggambar
- CEO TikTok, Shou Zi Chew Tidak Izinkan Anaknya Main TikTok karena Usia
- Seorang Anak Tiongkok Koma hingga Meninggal karena Kelelahan Belajar