10 Penjelasan Lengkap Mengenai Gondongan pada Anak
Ketahui penyebab hingga vaksinasi yang perlu anak lakukan untuk mencegah penyakit ini
25 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Gondongan terjadi akibat pembengkakan pada kelenjar parotis yang terinfeksi oleh virus. Kelenjar parotis sendiri merupakan suatu kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi air liur. Kelenjar tersebut terletak tepat di bawah telinga.
Gondongan sendiri disebabkan oleh virus dari keluarga Paramyxovirus. Saat terjadi gondongan, bagian sisi wajah dekat telinga akan terlihat membesar.
Penyakit gondongan merupakan penyakit menular yang umumnya diderita oleh anak-anak yang belum divaksinasi dan disebabkan oleh kontak langsung dari orang-orang terdekat seperti teman sekolah ataupun teman sepergaulan.
Orangtua zaman dulu, menggunakan blau (sabun cuci berwarna biru) yang digosokkan ke area bengkak di leher. Hal tersebut dipercaya akan membuat gejalanya mereda.
Namun, ini hanyalah mitos, dan sebaiknya tidak dilakukan lagi.
Nah, agar tidak salah, berikut Popmama.com telah merangkum 10 informasi lengkap mengenai gondongan pada anak.
1. Apa penyebabnya?
Gondong disebabkan oleh virus yang mudah menyebar dari satu anak ke anak lainnya melalui air liur yang terinfeksi.
Jika daya tahan tubuh anak tidak kuat, ia bisa saja terkena gondongan hanya dengan menghirup tetesan air liur dari orang yang terinfeksi melalui bersin atau batuk.
Ia juga dapat terinfeksi ketika berbagi peralatan makan atau minum dengan seseorang yang memiliki gondongan. Penyakit yang satu ini juga dapat menyebar dalam waktu beberapa hari.
Oleh karena itu, upaya pencegahan perlu dilakukan sedini mungkin, salah satunya yaitu dengan menghindari kontak langsung dengan penderita.
2. Apa saja gejalanya?
Beberapa anak yang terinfeksi virus gondong tidak memiliki tanda atau gejala khusus, mereka memiliki gejala yang sangat ringan.
Tanda atau gejala gondongan pada anak mulai muncul sekitar 2-3 minggu setelah terpapar virus.
Tanda utama gondong adalah pembengkakan kelenjar ludah yang menyebabkan area pipi dan leher mengembang.
Selain itu, berikut beberapa diantaranya:
- Nyeri pada kelenjar ludah yang membengkak di satu atau kedua sisi wajah,
- nyeri saat mengunyah atau menelan,
- demam,
- sakit kepala,
- nyeri otot,
- cepat merasa lelah,
- kehilangan selera makan.
Jika sudah begini, temuilah dokter secepat mungkin. Pasalnya, gondongan dapat menular selama sekitar 9 hari setelah gejala muncul.
3. Adakah komplikasi yang mungkin terjadi?
Komplikasi gondongan jarang terjadi, tetapi beberapa diantaranya dapat berpotensi serius.
Kebanyakan komplikasi gondong melibatkan peradangan dan pembengkakan di beberapa bagian tubuh, seperti:
- Testis
Kondisi ini, yang dikenal sebagai orkitis, menyebabkan satu atau kedua testis membengkak pada anak-anak yang telah mencapai pubertas.
Orkitis menyakitkan, tetapi tidak menyebabkan kemandulan
- Otak
Infeksi virus seperti gondong dapat menyebabkan radang otak (ensefalitis). Ensefalitis dapat menyebabkan masalah neurologis dan mengancam jiwa.
- Membran dan cairan di sekitar otak serta sumsum tulang belakang
Kondisi ini, dikenal sebagai meningitis, dapat terjadi jika virus gondong menyebar melalui aliran darah anak untuk menginfeksi sistem saraf pusatnya.
- Pankreas
Tanda dan gejala dari kondisi ini, yang dikenal sebagai pankreatitis, termasuk rasa sakit di perut bagian atas, mual dan muntah.
- Gangguan pendengaran
Kehilangan pendengaran dapat terjadi pada satu atau kedua telinga. Meski jarang, gangguan pendengaran terkadang permanen.
- Masalah jantung
Terkadang gondong juga dikaitkan dengan detak jantung yang tidak normal dan penyakit pada otot jantung. Namun tenang saja, hal tersebut jarang terjadi.
- Keguguran
Ibu hamil yang terserang virus gondong, terutama di awal kehamilan, dapat menyebabkan keguguran.
4. Bagaimana cara menanganinya?
Penyakit ini disebabkan oleh virus, maka ia tidak akan mempan diobati dengan antibiotik. Tetapi, Mama dapat mengatasi gondongan sesuai dengan gejala yang muncul.
Berikut diantaranya:
- Menyuruh anak istirahat saat dia merasa lemas.
- Memberi obat penghilang rasa sakit seperti ibuprofen atau parasetamol.
- Meringankan rasa sakit di daerah yang bengkak dengan es batu atau kompres air hangat.
- Minum banyak air putih untuk menghindari dehidrasi karena demam.
- Sediakan makanan yang mudah ditelan seperti sup, bubur, atau agar-agar yang tidak terlalu keras. Penyakit ini membuat susah untuk mengunyah, jadi pastikan anak tetap mendapat asupan nutrisi dengan makanan lunak yang mudah ditelan.
- Hindari makanan dan minuman asam yang membuat kelenjar ludah semakin terasa sakit.
- Sebelum gondongannya sembuh, jangan biarkan anak pergi ke sekolah. Biarkan ia beristirahat di rumah, agar tidak menulari temannya yang lain. Gunakan masker dan jangan berbagi alat makan dengan anggota keluarga yang lain, untuk mencegah penularan.
Tenang saja Ma, penyakit ini biasanya akan menghilang dengan sendirinya setelah beberapa minggu.
Sekitar 10 hari setelah gejalanya memburuk, biasanya kondisi anak akan segera membaik.
Kabar baiknya lagi, mereka yang pernah mengalami sakit ini, biasanya tidak akan terserang untuk kedua kalinya.
Karena sistem kekebalan tubuh sudah beradaptasi dengan virus, dan bisa melindungi diri dari serangan virus mumps selanjutnya.
Editors' Pick
5. Adakah cara untuk mencegahnya?
Cara terbaik untuk mencegah gondongan adalah dengan vaksinasi terhadap penyakit tersebut.
Kebanyakan anak memiliki kekebalan terhadap gondong begitu mereka sepenuhnya divaksinasi.
Dilansir dari mayoclinic.org, vaksin MMR merupakan jenis vaksin teraman dan paling efektif untuk mengatasi gondong.
Vaksin MMR harus diberikan ketika anak berusia 12 atau 15 bulan. Setelah itu, vaksin kembali ketika mereka berusia 4 atau 6 tahun.
6. Siapa saja yang tidak membutuhkan vaksin MMR?
Berikut beberapa orang yang tidak membutuhkan vaksin MMR:
- Orang yang pernah mengalami reaksi alergi yang mengancam jiwa terhadap antibiotik neomycin atau komponen lain dari vaksin MMR.
- Ibu hamil atau perempuan yang berencana hamil dalam empat minggu ke depan.
- Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu.
7. Siapa yang harus mendapatkan vaksin MMR?
Berikut beberapa orang yang harus mendapatkan vaksin MMR:
- Perempuan tidak hamil di usia subur.
- Orang-orang yang bekerja di rumah sakit, fasilitas medis, dan pusat penitipan anak atau sekolah.
- Orang orang yang berencana untuk bepergian ke luar negeri.
8. Siapa yang harus menunggu untuk mendapatkan vaksin MMR?
Berikut beberapa orang yang harus menunggu untuk mendapatkan vaksin MMR:
- Orang yang sedang sakit parah, tunggulah sampai pulih terlebih dahulu.
- Ibu hamil, tunggulah sampai setelah melahirkan terlebih dahulu.
9. Siapa yang harus memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu?
Berikut beberapa orang yang harus memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu sebelum melakukan vaksin MMR:
- Orang-orang dengan kanker.
- Orang yang memiliki kelainan darah.
- Orang yang memiliki penyakit yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh, seperti HIV AIDS.
- Orang yang sedang dirawat dengan obat-obatan, seperti steroid, yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh .
- Orang yang telah menerima vaksin lain dalam empat minggu terakhir.
10. Apa saja efek samping dari vaksin MMR?
Vaksin MMR sangat aman dan efektif. Kebanyakan orang tidak mengalami efek samping dari vaksin.
Namun, beberapa diantaranya mengalami demam ringan atau ruam dan nyeri sendi untuk waktu yang singkat.
Anak-anak yang mendapatkan vaksin MMR jarang mengalami kejang yang disebabkan oleh demam.
Selain itu, laporan ekstensif dari American Academy of Pediatrics, Institut Kedokteran dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara vaksin MMR dan autisme.
Nah, itulah beberapa informasi penting mengenai gondongan pada anak.
Mengetahui bahwa virus yang satu ini bisa saja menyerang anak dan mengganggu aktivitasnya, maka sebaiknya mulai sekarang jelaskanlah pada anak mengenai bahaya berbagi peralatan makan dan minum dengan orang lain.
Selain itu, jangan lupa untuk memvaksin anak mama sesuai dengan anjuran dokter ya!
Baca juga:
- MUI, Kemenkes dan IDAI Kompak Wajibkan Vaksinasi MR Pada Anak
- Mama, Mari Kenali Perbedaan Antara Efek Samping dan Alergi Vaksin
- Jangan Lupa! Ini 3 Vaksin yang Sangat Penting untuk Remaja