Begini, Ma! 7 Efek Buruk Memaksa Anak Menghabiskan Makanan
Ternyata memaksa anak menghabiskan makan banyak efek buruknya, Ma
10 Juli 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap anak unik dan berbeda. Ada anak yang menyantap semua makanan yang disiapkan Mama. Ada juga yang meski dibujuk berulang kali, ia tetap tidak mau menghabiskan makanannya.
Menghabiskan makanan merupakan kebiasaan yang baik, Ma. Makanan yang sudah disiapkan jadi tidak terbuang sia-sia. Selain itu juga mengajarkan anak untuk bersyukur atas makanan yang tersedia.
Namun apa yang terjadi jika memang anak sudah tidak mau makan dan masih ada makanan bersisa di piringnya? Ternyata memaksa anak untuk menghabiskan makanan dapat berakibat buruk.
Simak ulasan Popmama.com berikut ini.
Editors' Pick
Mengapa Beberapa Orangtua Memaksa Anak Menghabiskan Makanan?
Sebagai orangtua, Mama memastikan bahwa anak selalu mendapatkan nutrisi yang cukup. Namun seringkali ini berujung pada memaksa anak memakan beberapa jenis makanan yang tidak disukainya.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa orangtua memaksa anak untuk makan:
- Menghabiskan apa yang ada di piring
Sebagian besar dari kita memiliki anggapan bahwa jika itu ada di atas piring, akhirnya akan mendarat di perut kita. Oleh karena itu harus dihabiskan. Tetapi lain halnya dengan anak, anak hanya makan sejumlah makanan yang diizinkan oleh perutnya. Jika mereka merasa kenyang walau masih ada sisa, mereka akan berhenti makan.
- Kekhawatiran anak tidak cukup makan
Anak kecil makan lebih sedikit tetapi sering makan. Kita sebagai orangtua berpikir bahwa anak kita mungkin tidak makan atau mendapatkan nutrisi yang cukup dari makanan kecil, sehingga makan berlebihan.
- Tidak memahami kebutuhan anak
Sebagai orangtua, Mama sering berpikir bahwa orangtua lebih mengetahui apa yang dibutuhkan anak. Hal ini berlaku juga dengan makanan. Oleh karena itu, ketika anak menolak untuk makan, Mama cenderung memaksa karena mengira anak tidak mengetahui apa yang dibutuhkan oleh tubuhnya.
- Memperkenalkan makanan baru
Orangtua sering memaksa anak untuk makan ketika mereka memperkenalkan buah, sayuran, atau makanan baru. Pemikiran ini didukung oleh gagasan bahwa anak perlu diberi makanan terus menerus sehingga mereka bisa memahami rasanya.
- Membandingkan dengan anak lain
Jika teman atau sepupu anak yang seumuran mengonsumsi lebih banyak makanan, orangtua mungkin merasa bahwa mereka tidak melakukan hal yang benar sehingga memaksa anak untuk makan lebih banyak lagi.
- Untuk menanamkan kebiasaan baik
Hanya karena makanan tertentu itu sehat, bukan berarti Mama harus memaksa anak untuk memakannya. Orangtua sering berpikir bahwa untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik, anak harus mengonsumsi makanan tertentu bahkan jika ia tidak menyukainya.
Apa Efek Memaksa Anak Menghabiskan Makanan?
Memberi makanan secara paksa adalah hal yang harus dihindari. Berikut adalah beberapa efek dari memaksa anak untuk menghabiskan makanan:
- Muntah
Jika anak terus dipaksa makan meski sudah kenyang atau ia tidak mau, maka kemungkinan anak akan memuntahkan makanan
- Membenci jenis makanan tertentu
Memaksa anak makan sesuatu yang tidak ia sukai akan membuatnya merasa jijik atau menghindari makanan tersebut.
- Menghilangkan selera makan
Kita makan ketika kita merasa lapar, hal yang sama berlaku untuk anak-anak. Tetapi terkadang orangtua meragukan keputusan anak dalam hal makan dan memberi makan dengan paksa. Ini menghilangkan selera makan anak.
- Mengarah pada kebiasaan makan yang tidak sehat
Anak mungkin mengembangkan kebiasaan makan yang tidak sehat karena ia tidak menyukai makanan sehat.
- Kurangnya kontrol terhadap kebiasaan makan
Salah satu efek samping terburuk dari pemberian makan secara paksa anak adalah mereka dapat kehilangan kendali atas kebiasaan makan. Bisa jadi anak malah berlebihan makan dan menjadi obesitas.
- Gangguan makan
Karena tidak ada kontrol atas makan, anak dapat mengalami gangguan makan seperti anoreksia, bulimia, dll.
- Muncul masalah kurang makan
Saat anak tumbuh, ia mungkin makan lebih sedikit makanan daripada makan dalam jumlah yang lebih besar. Akibatnya anak akan kekurangan nutrisi.