Hati-hati! Ini 6 Hal yang Menyebabkan Anak Menjadi Pelaku Bullying, Ma
Nomor 4 yang paling sering terjadi, Ma
24 September 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bullying atau perundungan masih sering terjadi di kalangan anak. Setiap orangtua tentu mengharapkan anaknya menjadi yang terbaik. Tidak ada orangtua yang mau disebut “salah asuh”.
Meski begitu, orangtua tetap harus mengakui dan mengambil tindakan bila anaknya merupakan pelaku bullying di sekolah. Apa yang menyebabkan anak menjadi pelaku bullying? Cari tahu penyebabnya agar Mama dapat mengambil tindakan pencegahan.
Popmama.com mengulas beberapa penyebab anak menjadi pelaku bullying di sekolah atau di lingkungan.
1. Sering berkelahi atau bermusuhan
Dalam hubungan keluarga maupun pertemanan, permusuhan seringkali tidak dapat dihindari. Merasa dimusuhi akan membuat anak merasa dendam dan ingin membalasnya.
Ketika anak berada di sekolah atau lingkungan, mereka akan menemukan teman yang memiliki sikap dan sikap yang tidak disukai. Ini bisa menjadi alasan anak untuk bermusuhan atau berkelahi.
Seringkali anak berkelahi untuk menunjukkan kekuatan dan sekali dua kali melakukan hal ini, ia menjadi ketagihan. Bisa jadi dengan berkelahi anak merasa keren atau hebat dan ingin melakukannya terus.
2. Tidak belajar mengenai toleransi dan menghargai perbedaan
Anak harus diajari mengenai perbedaan sejak dini. Perbedaan adalah hal yang wajar dan anak harus diberi pemahaman akan hal ini.
Mungkin hal ini tidak dilatih oleh orang tuanya dan melihat contoh dari orangtua. Contohnya, anak melihat orangtua memperlakukan anak asisten rumah tangganya dengan perlakuan berbeda.
Ini akhirnya menimbulkan pandangan bahwa mereka yang berbeda dari kita memang sepantasnya mendapat perlakuan berbeda pula.
Editors' Pick
3. Korban kekerasan di rumah
Biasanya, anak yang pernah mengalami kekerasan khususnya dari orangtua lebih cenderung 'balas dendam' pada temannya di luar rumah. Anak memiliki keinginan untuk membalas apa yang didapatkan atau melampiaskan rasa kesal kepada orang lain. Karena ia tidak bisa melakukan hal tersebut kepada orangtuanya.
Kekerasan yang terjadi dari orangtua bisa jadi sebagai bentuk pendisiplinan dari orangtua terhadap anak dan sang anak tidak diperkenankan untuk melawan orang tua. Karena tidak memiliki kekuatan untuk membalas, anak memendam rasa kesalnya dan membalasnya ke orang lain yang lebih lemah darinya.
Masa pertumbuhan adalah waktunya anak belajar segala hal, jadi wajar apabila anak melakukan kesalahan. Namun yang sering terjadi, orangtua memberi cap kepada anak, seperti bodoh, pemalas, nakal, dan memarahi anak. Alih-alih memberi solusi atas kesalahan dan tidak menoleransi, orangtua malah memarahi.
Ini mungkin menjadi salah satu alasan anak untuk menumpahkan kekesalannya di luar rumah.
4. Ekspos kekerasan dari media
Sekarang ini, anak mudah mendapatkan tontonan atau permainan baik di internet atau TV. Tidak semua tontonan atau permainan baik untuk anak, seringkali sarat akan kekerasan.
Orangtua wajib mendampingi anak saat bermain atau menonton agar anak terhindar dari tontonan yang mengandung kekerasan.
Adegan kekerasan yang ditonton anak di bawah umur ini seringkali menginspirasi mereka dalam kehidupan nyata. Karena pengaruh media inilah yang 80 persen bisa membuat perilaku anak menjadi negatif dan terinspirasi untuk melakukannya
5. Komunikasi buruk antara anak dan orangtua serta kurang perhatian
Sesibuk apa pun, orangtua sebaiknya mencurahkan kasih sayang dan perhatian pada anak sejak kecil. Anak yang kurang mendapatkan perhatian cenderung melakukan berbagai hal demi mendapatkan perhatian dari orangtuanya.
Misalnya Mama jarang memberi pujian saat anak melakukan sesuatu yang baik. Biasanya orang tua hanya memerhatikan anak saat dia berbuat kenakalan. Pada akhirnya ia kembali mengulangi perbuatannya itu. Walau negatif, anak merasa diperhatikan.
Selain itu, anak juga berusaha mendapatkan perhatian dari orang lain di luar rumah. Salah satunya adalah pujian akan kekuatan dan popularitas mereka (baik yang negatif atau positif).
6. Ingin mendapatkan pengakuan
Pelaku bullying biasanya menunjukkan kekuasaan dan kekuatannya demi mendapatkan pengakuan dari sekitar dengan menindas yang lemah dan menginginkan anak lain untuk mengikutinya di bawah tekanan rasa takut.
Ini bisa terjadi karena ia tidak mendapatkan pengakuan dari orangtua atau keluarganya.
Bila anak Mama menjadi pelaku bullying di sekolah, jangan putus asa. Konsultasikan dengan pihak sekolah untuk melakukan yang terbaik untuk anak. Mama juga bisa mendiskusikan dengan anak perihal masalah ini dan mencari jalan keluarnya bersama.
Apakah anak memiliki pengalaman dengan bullying di sekolah? Yuk komen di bawah.
Baca juga:
- Efeknya Buruk! 6 Hal yang Dilakukan Mama ini Melanggar Privasi Anak
- Ini Ciri Anak dengan Harga Diri Rendah dan Bagaimana Mengatasinya
- 6 Fakta Tentang Mengasuh Anak Menjelang Remaja