Apa yang Terjadi Jika Weton Ayah dan Anak Sama? Simak Penjelasannya!

Ramalan buruk yang masih dipercaya sampai sekarang

1 Juli 2024

Apa Terjadi Jika Weton Ayah Anak Sama Simak Penjelasannya
Unsplash/Kelly Sikkema

Suku Jawa adalah suku terbesar di Indonesia, dengan sekitar sepertiga penduduknya berasal dari suku ini. Selain itu, suku Jawa juga merupakan salah satu suku tertua di Indonesia. Salah satu peninggalan peradaban kuno mereka adalah sistem penanggalan atau kalender Jawa.

Dalam kalender ini, ada tradisi yang masih eksis hingga sekarang, yaitu tradisi weton. Tradisi ini dipercaya bisa meramalkan nasib seseorang. Weton adalah hari lahir seseorang yang dikombinasikan dengan pasarannya, seperti pon, wage, kliwon, legi, dan pahing.

Dalam budaya jawa, weton tak hanya sekedar hari lahir saja, tetapi weton juga bisa dibilang sebagai penanggalan hitungan hari lahir dari seseorang yang kerap juga dijadikan sebagai ramalan tertentu. Salah satunya ramalan tentang weton ayah sama dengan anaknya.

Lantas apa yang terjadi jika weton ayah dan anak sama?Simak ulasan selengkapnya yang telah Popmama.com siapkan.

1. Pentingnya weton dalam budaya Jawa

1. Penting weton dalam budaya Jawa
Unsplash/Waldemar

Melansir dari jawapos.com, dalam kehidupan masyarakat Jawa, konsep weton memiliki peranan penting dalam menentukan berbagai acara dan aktivitas, tak heran jika banyak yang mencoba cek weton sebelum melakukan adat tersebut.

Salah satu aspek yang paling dikenal adalah penggunaan weton dalam perayaan hari kelahiran. Masyarakat Jawa percaya bahwa weton seseorang dapat mempengaruhi kepribadian, nasib, dan potensi keberuntungannya.

Oleh karena itu, saat seseorang merayakan hari kelahirannya, wetonnya juga dihitung untuk menentukan bagaimana peruntungannya di tahun yang akan datang.

Selain itu, weton juga digunakan untuk menentukan hari baik atau buruk untuk pernikahan. Pasangan yang mau menikah biasanya memperhatikan weton masing-masing agar hari pernikahan mereka jatuh pada hari yang dianggap baik menurut tradisi.

2. Keberadaan weton di era modern ini

2. Keberadaan weton era modern ini
Unsplash/Debby Hudson

Budaya perhitungan weton masih sangat kuat di kalangan masyarakat Jawa. Meski ada banyak cara untuk menilai kecocokan dua orang atau menentukan hari baik untuk suatu acara, perhitungan weton tetap dianggap akurat dan terpercaya.

Bahkan, beberapa orang percaya bahwa perhitungan weton bisa memberikan petunjuk tentang karakter, potensi karir, dan hubungan asmara seseorang. Selain itu, perhitungan weton memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi.

Tradisi ini telah digunakan oleh masyarakat Jawa sejak zaman dulu dan menjadi bagian dari identitas budaya mereka. Oleh karena itu, melestarikan perhitungan weton penting untuk menjaga warisan budaya Indonesia.

Editors' Pick

3. Ramalan buruk jika ayah dan anak memiliki weton yang sama

3. Ramalan buruk jika ayah anak memiliki weton sama
Unsplash/ Fadhelife Photography Stock Photo Indonesia

Ada ramalan buruk jika ayah dan anak memiliki weton yang sama, yaitu anak tersebut akan memiliki sifat yang mirip dengan ayahnya. Sayangnya, menurut ramalan kesamaan sifat ini dapat menyebabkan konflik dalam keluarga.

Sebagian masyarakat pedesaan percaya apabila seorang anak lahir di hari kelahiran atau weton dalam bahasa Jawa sama dengan ayah atau ibunya akan mengalami petaka.

Bahkan anak yang lahir pada senja hari pun akan diperlakukan yang sama yaitu akan dibuang. Oleh karena itu, beberapa tradisi seperti "buang bayi" dilakukan untuk menolak sifat buruk tersebut dan menghindarkan perpecahan dalam keluarga.

4. Contoh kasus selebriti yang menjalankan tradisi "buang anak"

4. Contoh kasus selebriti menjalankan tradisi "buang anak"
Instagram.com/amandacaesaa

Melansir dari haibunda.com, meski sekarang sudah banyak orang yang tidak lagi mempercayai weton, tetapi tetap masih ada yang memegang teguh kepercayaan ini, termasuk pelawak kondang Parto.

Parto memiliki anak perempuan bernama Amanda Caesa yang menarik perhatian karena parasnya yang ayu. Meskipun mereka kini kompak, ternyata Parto pernah membuang Amanda di masa lalu, lho.

"Karena orang Jawa kalau Senin pon itu pengaruh ya. Dia Senin (Amanda Caesa) pon saya juga Senin pon, jadi saya tahu sifatnya dia. Makanya kalau orang Jawa, bapak sama anak tanggalannya sama itu nggak boleh. Jadi dia pernah saya buang gitu, iya serius," kata Parto.

Saat itu, Amanda Caesa tinggal bersama mertua Parto. Tapi kemudian, Parto sadar dan datang mengambil kembali anaknya dengan membayar sejumlah uang.

Sampai sekarang, Parto masih yakin dengan Weton Jawa. Dia pernah mengakui bahwa ada temannya yang mengalami kejadian buruk yang diduga terkait dengan perhitungan itu.

Ternyata, tidak hanya Amanda Caesa yang dibuang oleh Parto. Kakaknya, Amanda Ashrida, juga mengalami hal serupa. Memang, ketika berbicara tentang keyakinan dan budaya, hal tersebut kembali pada pandangan masing-masing orang ya, Ma.

5. Secara moral maupun sosial, tradisi buang anak tidak ada pengaruhnya

5. Secara moral maupun sosial, tradisi buang anak tidak ada pengaruhnya
Unsplash/Farano Gunawan

Adapun proses "pembuangan" bayi ini sebenarnya tak benar-benar untuk dibuang selamanya. Jadi, bayi yang lahir dengan kondisi tertentu akan dimasukkan ke pengki (alat untuk menyendok sampah) oleh dukun atau bidan desa.

Kemudian, mereka buru-buru membawa bayi itu keluar rumah. Di luar, sudah ada orang lain yang menunggu. Begitu pengkinya diletakkan, orang yang menunggu itu langsung mengangkat bayi dan berteriak kalau mereka menemukan bayi.

Bayi itu lalu dibawa kembali ke dalam rumah dan diserahkan lagi ke dukun atau bidan untuk dilanjutkan perawatannya. Setelah selesai, bayi itu diserahkan ke orang yang "menemukan" tadi, yang kemudian memberikan bayi itu ke ibunya dengan alasan menitipkan agar bisa disusui ibunya.

Secara moral dan sosial, tradisi buang anak sebenarnya tidak punya pengaruh besar. Hanya saja yang jadi pertimbangan utama justru faktor psikologis. Tradisi ini bukan tahayul, tapi bagian dari warisan budaya nenek moyang kita yang menunjukkan betapa beragamnya budaya Indonesia yang harus kita syukuri.

6. Calon pengantin juga tidak boleh memiliki weton yang sama

6. Calon pengantin juga tidak boleh memiliki weton sama
Unsplash/nikki gibson

Ternyata, selain ayah dan anak yang punya weton yang sama akan alami nasib buruk, pasangan pengantin yang wetonnya sama juga bakal mengalami nasib serupa.

Melansir borobudurnews.com, dalam primbon Jawa, disarankan untuk tidak menjodohkan orang yang punya neptu weton yang sama atau kembar.

Menurut primbon Jawa, kalau pasangan pengantin punya weton yang jumlahnya sama, diramalkan akan ada dampak kurang menguntungkan. Maka, ada baiknya jika dihindari, tapi kalau udah tetap dilakukan, kemungkinan hasilnya kurang bagus dan bisa jadi pertanda ada masalah.

7. Upaya melestarikan budaya perhitungan weton

7. Upaya melestarikan budaya perhitungan weton
Unsplash/Mufid Majnun

Melansir dari kompasiana.com, agar budaya perhitungan weton tetap lestari di zaman modern, kita perlu ikut menjaga dan melestarikannya.

Salah satunya dengan mengajarkan perhitungan weton ke generasi muda sebagai warisan budaya Indonesia yang harus dijaga. Juga bisa diadakan acara-acara spesial seperti perayaan hari jadi desa atau kota yang mengangkat perhitungan weton sebagai bagian dari tradisi yang terus hidup.

Di zaman yang terus maju ini, menjaga budaya tentu bukan hal yang gampang. Tapi, dengan dukungan dan kerjasama dari masyarakat, budaya perhitungan weton bisa tetap hidup dan punya arti di zaman sekarang.

Perhitungan weton bukan cuma jadi ciri khas masyarakat Jawa, tapi juga bagian berharga dari kekayaan budaya dan tradisi Indonesia.

Selain itu, jelas sekali kalau budaya perhitungan weton udah berubah. Sekarang, kita bisa cek weton secara online lewat aplikasi, yang bikin prosesnya jadi lebih gampang dan cepat.

Itulah tadi informasi mengenai weton ayah dan anak sama. Walaupun tidak yakin, Mama bisa menganggapnya sebagai bagian dari budaya yang sebaiknya dijaga, asal tidak ada kerugian yang ditimbulkan.

Baca juga:

The Latest