BKKBN Targetkan Tiap Pasangan Lahirkan Satu Anak Perempuan?

Banyak warganet yang berkomentar tidak setuju dengan solusi penurunan angka kelahiran ini

2 Juli 2024

BKKBN Targetkan Tiap Pasangan Lahirkan Satu Anak Perempuan
freepik/holiak

Tahukah Mama kalau angka kelahiran di Indonesia berpotensi menurun? Kalau beberapa puluh tahun lalu rata-rata pasangan punya 5 sampai 6 anak, sekarang rata-rata pasangan cuma punya dua anak.

Penurunan angka kelahiran ini tak lepas dari suksesnya program Keluarga Berencana (KB) yang kampanyekan bahwa dua anak itu cukup. Tapi, meski target ideal sekarang sudah tercapai, ada kekhawatiran kalau angka kelahiran akan menurun drastis di masa mendatang.

Untuk memastikan regenerasi, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menargetkan agar setiap pasangan punya setidaknya satu anak perempuan. Pernyataan ini pun mendapat berbagai tanggapan dari berbagai pihak, salah satunya warganet.

Yuk, simak rangkuman dari Popmama.com mengenai BKKBN targetkan setiap pasangan wajib lahirkan satu anak perempuan.

1. Target satu pasangan, satu anak perempuan demi regenerasi

1. Target satu pasangan, satu anak perempuan demi regenerasi
Unsplash/Nathan Dumlao

Hasto Wardoyo, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN RI), menyatakan bahwa angka kelahiran atau fertility rate di Indonesia kian menurun.

Penurunan ini terus meningkat dan mencapai angka ideal 2,18 dalam sepuluh tahun terakhir. Meskipun begitu, dia menargetkan supaya setiap pasangan suami istri punya setidaknya satu anak perempuan. Tujuannya agar regenerasi bisa terus berjalan di masa depan.

"Kami punya target 1 perempuan rata-rata melahirkan 1 anak perempuan. Oleh karena itu BKKBN menargetkan anaknya kalau bisa 2,1 jangan hanya 2."

Dokter Hasto mengakui bahwa penurunan angka kelahiran sudah mencapai angka ideal karena dua anak yang dilahirkan akan menggantikan orang tuanya.

Berbeda dengan angka kelahiran di tahun 1970 yang tinggi, yaitu mencapai angka 5,6, sehingga satu pasangan bisa punya 6 sampai 9 anak. Sementara, saat ini angkanya mengalami penurunan menjadi 2,18.

Editors' Pick

2. Tanggapan warganet yang kontra

2. Tanggapan warganet kontra
Freepik/senivpetro

Pernyataan dokter Hasto ini mendapat banyak tanggapan dari netizen yang kontra atau tidak setuju dengan adanya kewajiban satu pasangan, satu anak perempuan.

”Masalah angka kelahiran menurun, solusinya itu kasih insentif buat pasutri buat punya anak, misal kaya daycare yang terjangkau, biaya awal sekolah anak terjangkau.”

”Punya 1 atau 2 anak aja udah engap, kalo diwajibkan ada yang cewe, jadi berabe.”

”Mana solusi yang dipikirin gak nyambung pula. Buat apa coba banyak anak cewe? Heran.”

“Kalau mau angka kelahiran nggak turun lagi sejahterakan, lindungi dan bikin nyaman rakyat. bukannya bikin target yang nggak ada hubungannya sama penyebab penurunan kelahiran.”

Adapula netizen yang menyatakan ingin childfree saja.

“Ya gimana, sekarang gen z lebih memilih buat fokus ke karir daripada nikah dan punya anak, karena kita tahu punya anak itu mahal,” kata netizen.

“Gak seperti dulu lagi, banyak anak banyak rezeki, kalau sekarang banyak anak stress biayanya,” ujar warganet.

3. Fenomena childfree di Indonesia

3. Fenomena childfree Indonesia
Freepik/wayhomestudio

Pernyataan BKKBN yang mewajibkan setiap pasangan melahirkan satu anak perempuan mendapat berbagai tanggapan dari netizen, termasuk dari mereka yang memilih hidup tanpa anak (childfree). Lalu, apa sebenarnya arti childfree?

Childfree adalah keputusan yang diambil oleh orang dewasa atau pasangan yang memilih untuk tidak punya anak, baik melalui cara biologis maupun adopsi.

Dalam teori, fenomena childfree bisa berpengaruh pada bonus demografi di Indonesia karena adanya kaitan antara jumlah kelahiran dengan pertumbuhan penduduk. Jika banyak pasangan memilih untuk tidak memiliki anak, maka angka kelahiran akan menurun.

Fenomena childfree di Indonesia semakin bertambah dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data, sebanyak 71.000 perempuan memilih untuk hidup tanpa anak.

Kajian DATAin BPS ini menganalisis tren childfree di Indonesia dari perspektif maternal, berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2022.

Salah satu alasan yang membuat mereka memutuskan childfree adalah faktor ekonomi atau finansial dalam keluarga. Mereka cenderung merasa bahwa biaya yang diperlukan untuk ngurus anak terlalu sangat besar.

4. Dampak childfree pada suatu negara

4. Dampak childfree suatu negara
Pexels/Zukiman Mohamad

Fenomena childfree yang semakin populer di Indonesia, ini menunjukkan bahwa sebagian individu atau pasangan memilih untuk tidak punya anak dalam keluarga mereka.

Meskipun ini keputusan pribadi yang harus dihormati, ada dampak positif dan negatif yang perlu dipikirkan. Salah satunya adalah bagaimana ini bisa mempengaruhi kondisi demografis suatu negara ketika semakin banyak orang yang memilih untuk tidak punya anak.

Childfree dapat memiliki dampak negatif bagi suatu negara, terutama terkait dengan jumlah penduduk usia produktif yang berkurang di masa depan. Di negara-negara tertentu, orangtua yang tidak memiliki anak atau keluarga untuk mengasuh mereka bisa menjadi tergantung pada negara.

Akibatnya, beban finansial negara untuk membiayai populasi usia tua bisa semakin besar, karena jumlah penduduk usia produktif yang bisa menghasilkan pendapatan akan semakin sedikit dibandingkan dengan jumlah orang yang tidak lagi bekerja.

Saat ini, dampak dari fenomena childfree belum terasa di Indonesia karena negara masih menikmati bonus demografi. Meskipun data Sensus Penduduk 2020 menunjukkan bahwa sekitar 70,72% dari total populasi Indonesia berusia produktif (15-64 tahun), fenomena ini bisa berpotensi memberikan dampak pada masa depan jika terus berkembang di masyarakat.

Itulah informasi mengenai BKKBN targetkan tiap pasangan lahirkan satu anak perempuan. Semoga ini bisa membantu Mama dan Papa yang membutuhkan informasi ini ya.

Baca juga:

The Latest