Weton Anak Pertama dan Kedua Sama, Apakah Mama Perlu Buang Anak?

Jangan sampai keliru, yuk cari tahu faktanya!

26 Juni 2024

Weton Anak Pertama Kedua Sama, Apakah Mama Perlu Buang Anak
Freepik/gpointstudio

Mama pernah mendengar istilah weton? Weton adalah bagian dari warisan budaya Jawa yang telah berakar sejak lama dan masih dipercayai sebagian masyarakat hingga saat ini. Dalam kehidupan sehari-hari, weton dijadikan sebagai panduan dalam berbagai aspek di masyarakat Jawa.

Dalam tradisi budaya Jawa, weton adalah hasil gabungan antara hari dan pasaran kelahiran seseorang yang dipercaya mempengaruhi karakter dan nasib orang tersebut.

Meskipun setiap anak memiliki weton yang berbeda, terkadang dalam sebuah keluarga, beberapa anak bisa memiliki weton yang sama. Ketika hal ini terjadi, ada tradisi untuk orangtua membuang anak tersebut.

Berikut ini, Popmama.com telah merangkum dari berbagai sumber untuk memahami bagaimana kepercayaan weton anak pertama dan kedua sama dan tradisi buang anak ini.

1. Apa itu weton?

1. Apa itu weton
Freepik

Istilah weton mungkin sudah akrab di telinga banyak orang, khususnya di kalangan Jawa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, weton adalah adalah hari lahir seseorang dengan pasarannya seperti Legi, Paing, Pon, Wage dan Kliwon.

Weton adalah gabungan dari tujuh hari dalam seminggu seperti Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu, dengan lima pasaran atau hari Jawa yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

Setiap 35 hari sekali, siklus ini berulang, artinya hari kelahiran seseorang akan muncul kembali setiap lima minggu, dimulai dari hari lahirnya sendiri.

2. Fungsi Weton Dalam Budaya Masyarakat Jawa

2. Fungsi Weton Dalam Budaya Masyarakat Jawa
Pexels/Polesie Toys

Melansir dari detik.com, dalam kutipan dari buku 'Weton: Penentu Praktik Manajemen Laba' karya Lilik Purwanti (2021), menjelaskan bahwa masyarakat Jawa masih menggunakan weton untuk meramalkan berbagai hal, termasuk karakter seseorang.

Masyarakat Jawa percaya bahwa setiap orang memiliki karakter yang berbeda karena dipengaruhi oleh weton, jam, tanggal, dan bulan kelahiran yang berbeda.

Selain itu, weton dipercaya dapat digunakan untuk menentukan hari baik pernikahan. Dengan menghitungnya, mereka bisa mendapatkan nilai yang mencerminkan seberapa cocoknya mereka dan kemungkinan keberuntungan di masa depan.

Meskipun dari keyakinan lama, weton masih sangat dihargai dalam budaya Jawa. Sampai sekarang, semua hal tentang weton dijaga baik-baik dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Editors' Pick

3. Cara menghitung nilai weton

3. Cara menghitung nilai weton
Freepik/gpointstudio

Bagi Mama yang penasaran, nilai weton bisa didapatkan dengan cara menambahkan nilai dari hari dan pasaran kelahiran seseorang. Setiap hari dan pasaran memiliki nilai angka yang telah ditetapkan dan menjadi standar.

Metode ini telah digunakan sejak zaman dulu dan merupakan bagian dari warisan tradisi. Berikut adalah daftar nilai angka untuk hari dan pasaran dalam sistem weton:

Angka untuk hari adalah sebagai berikut:

Minggu = 5

Senin = 4

Selasa = 3

Rabu = 7

Kamis = 8

Jumat = 6

Sabtu = 9

Angka untuk pasaran adalah sebagai berikut:

Kliwon = 8

Legi = 5

Pahing = 9

Pon = 7

Wage = 4

Jadi, jika si Anak lahir pada hari Rabu Legi, maka neptu wetonnya adalah 7+5=12.

Setiap anak memiliki nilai weton yang spesifik, meskipun ada kemungkinan beberapa anak memiliki nilai yang sama dengan anggota keluarga lainnya, seperti anak pertama dan kedua yang memiliki nilai yang identik. Lalu, bagaimana kepercayaannya dalam weton jawa?

4. Kepercayaan weton anak pertama dan kedua sama

4. Kepercayaan weton anak pertama kedua sama
Freepik/ArthurHidden

Melansir dari beberapa sumber, dalam kepercayaan Jawa, jika dua orang memiliki weton yang sama, biasanya mereka cenderung tidak akur dan salah satunya akan bernasib buruk atau kurang beruntung.

Ini bisa menyebabkan kesalahpahaman dan pertengkaran dalam hidup mereka. Ketika antara satu anak dengan anak lain dalam satu keluarga memiliki weton yang sama, sering kali tradisi "buang anak" dilakukan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa ritual "buang anak" ini bukanlah tindakan yang melanggar hukum, melainkan sebuah tradisi. Bagi masyarakat yang masih mematuhi tradisi ini saja yang merasa memiliki kewajiban untuk melaksanakan tradisi "buang anak".

5. Apa itu tradisi ”membuang anak”?

5. Apa itu tradisi ”membuang anak”
Freepik

Buang anak adalah tradisi membuang anak ke tempat terdekat dari rumahnya untuk menolak sifat buruk anak tersebut. Ritual ini dilakukan ketika weton anak sama dengan weton salah satu anggota keluarga inti, seperti ayah, ibu, atau saudara kandung.

Menurut kepercayaan ini, jika weton mereka sama, anak tersebut akan memiliki sifat yang mirip, yang bisa menyebabkan konflik dalam keluarga. Tujuan utama dari tradisi ini adalah melindungi anakdari hal-hal buruk dan memastikan ia memiliki kehidupan yang baik.

Ritual "buang anak" juga berfungsi sebagai upaya untuk mencari keselamatan atau menolak bala bagi seluruh anggota keluarga. Ritual ini adalah bagian dari kepercayaan yang sudah ada sejak lama dan tetap dijalankan serta dipercaya oleh masyarakat.

6. Bagaimana tradisi ”membuang anak” dilakukan?

6. Bagaimana tradisi ”membuang anak” dilakukan
Freepik/user15285612
Ilustrasi anak menangis

Ritual "buang anak" ini tidak benar-benar berarti "dibuang" begitu saja, melainkan hanya dibawa keluar rumah. Proses ini dilakukan oleh dukun bayi atau bidan yang menangani persalinan.

Anak yang dibuang kemudian diletakkan di luar rumah dan ditunggu oleh kerabat atau tetangga yang mengetahui ritual ini. Setelah seseorang menemukannya, mereka akan berteriak bahwa mereka telah menemukan anak tersebut dan segera membawanya kembali ke dalam rumah untuk diserahkan kepada orang tua kandungnya.

Dalam tradisi ini, orang yang menemukan bayi yang "dibuang" akan menjadi orang tua kedua atau orang tua angkat. Ketika anak tersebut tumbuh menjadi remaja atau dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, mereka harus dikembalikan kepada orang tua kandung.

Orang yang menemukan bayi tersebut juga memiliki kewajiban memberikan sesuatu saat anak tersebut khitan atau menikah. 

7. Weton bagian tak terpisahkan dari budaya

7. Weton bagian tak terpisahkan dari budaya
Freepik/tirachardz

Saat ini, banyak orang enggan mempercayai ramalan apapun. Meskipun begitu, weton seharusnya tidak hanya dianggap sebagai ramalan semata, melainkan sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya.

Meski tidak lagi dianggap sebagai patokan, masih banyak masyarakat Jawa yang mempertahankan penggunaannya untuk menentukan berbagai peristiwa penting dalam hidup mereka.

Meskipun ketepatan weton sering dipertanyakan, penting untuk menghargai nilai dari cara kita memanfaatkannya untuk mencapai yang terbaik dan menghindari yang buruk dalam kehidupan. Nilai ini juga dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.

Itu dia penjelasan mengenai kepercayaan weton anak pertama dan kedua sama dan tradisi buang anak. Semoga bisa menambah wawasan Mama, ya.

Baca juga: 

The Latest