Anak 9 Tahun Suka Gosip! Ini 5 Cara Menghentikannya
Wah, hobi gosip bukan cuma monopoli ibu-ibu, nih!
8 September 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Siapa yang sangka kalau sikap suka bergosip bisa dimulai sejak dini? Bahkan sangat dini, Ma! Ya, ternyata hobi gosip ini adalah hal umum yang sering dilakukan anak usia sekolah, tepat usia 8 dan 9 tahun.
“Anak seusia ini menggunakan gosip untuk eksperiman tentang betapa kuatnya mereka dan seberapa berpengaruh bagi teman-temannya. Mereka juga bergosip sebagai usaha untuk bisa lebih populer,” ujar Karin S. Frey, Ph.D, research associate professor of educational psychology di University of Washington, saat diwawancara Parents.
Wah, Mama pasti tidak mau ya kalau kebiasaan buruk ini terus dilakukan anak. Untungnya, Mama bisa melakukan beberapa langkah efektif untuk menghentikan hobi bergosip ini. Bagaimana caranya? Simak 5 langkah ini yuk, Ma.
1. Pengertian tentang privacy
Anak Mama mungkin mengira kalau jika yang ia katakan itu betul (bukan opini atau rumor) maka itu bukan gosip. Di usia 8 atau 9 tahun, mungkin gosip yang mereka sebarkan adalah hal-hal seperti: siapa saja teman sekelasnya yang mendapat nilai jelek, siapa saja yang masih butuh bantuan guru untuk mengikat tali sepatu, dan siapa saja yang pernah dipanggil ke ruang kepala sekolah karena nakal. Menurut mereka, tidak ada yang dengan membicarakan fakta-fakta tersebut.
Namun intinya bukan itu, anak harus mengerti untuk menjaga hal-hal pribadi, baik dari dirinya atau pun orang lain.
Mama perlu mengajarkan anak tentang hal-hal sensitif (seperti perceraian orangtua teman atau situasi keluarga lainnya), hal memalukan (seperti nilai buruk atau muntah di depan kelas), atau salah tafsir (mengatakan temannya sedang dipanggil kepala sekolah bisa menggiring opini teman-teman sekelas untuk mengira temannya sedang dalam masalah besar). Ajari anak untuk tidak menyebarkan hal-hal pribadi, Ma.
Editors' Pick
2. Jangan ikut menyebarkan
Walaupun jarang anak yang membuat rumor, tetapi anak biasanya sulit menahan diri untuk tidak mendengarkan gosip dan ikut menyebarkannya. Maka, beri tahu anak Mama kalau fakta akan menjadi gosip yang membingungkan jika terus disebarkan dari mulut ke mulut, dan bukan hal baik untuk menyebarkan informasi yang anak tidak tahu kebenarannya.
Jika ada temannya yang berusaha menyampaikan gosip pada anak Mama, ajarkan anak untuk berani bilang, “Oh, itu bukan urusanku.” Dengan begitu, rantai gosip bisa terputus.