Beritahu Anak Tentang Arti, Jenis-jenis, dan Ciri-Ciri Cerita Fiksi
Cerita fiksi sangat sulit dicari kebenarannya karena bersifat imajinatif
25 Agustus 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Cerita fiksi merupakan cerita yang sering sekali didengar atau dibaca oleh hampir semua kalangan, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Cerita fiksi tidak hanya dalam bentuk cerita novel saja, tetapi juga berupa cerpen (cerita pendek), fabel, atau dongeng.
Dari jenis karya tersebut, keempat cerita fiksi masuk ke dalam salah satu materi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Karena dikemas menjadi sebuah cerita yang menarik, sangat wajar kalau anak mama, bahkan Mama sendiri menyukai cerita-cerita fiksi yang beredar.
Nah, agar anak mama bisa memahami lebih dalam apa itu cerita fiksi, berikut Popmama.com rangkumkan informasi tentang arti, jenis-jenis, dan ciri-ciri cerita fiksi. Disimak sampai akhir ya!
1. Apa arti cerita fiksi?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cerita adalah karangan atau tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal, baik peristiwa, kejadian, perbuatan, atau pengalaman. Sedangkan arti fiksi dalam KBBI adalah rekaan (roman, novel, dan sebagainya, khayalan atau pernyataan yang tidak berdasarkan kenyataan.
Dengan demikian, cerita fiksi dapat diartikan sebagai sebuah karangan atau tuturan yang menceritakan terjadinya peristiwa atau kejadian berdasarkan khayalan atau pikiran.
Sementara itu, dilansir dari The American College Dictionary, cerita fiksi merupakan cabang sastra yang memuat narasi imajinatif, khususnya dalam bentuk prosa, seperti cerpen, dongeng, hingga novel.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa cerita fiksi adalah cerita yang dibuat oleh pengarang berdasarkan khayalan atau dunia rekaan pengarang.
Editors' Pick
2. Unsur-unsur yang terdapat dalam cerita fiksi
Mungkin Mama atau anak mama masih bingung mengenai apa saja unsur-unsur yang membangun cerita fiksi. Sama seperti jenis cerita pada umumnya, cerita fiksi juga memiliki dua unsur, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Berikut ini adalah unsur-unsur cerita fiksi yang perlu diketahui.
1. Unsur intrinsik meliputi tema, plot atau alur, tokoh, latar, konflik, klimaks, amanat, penokohan, dan sudut pandang. Berikut penjelasannya.
- Tema merupakan ide pokok persoalan yang dapat menopang seluruh isi cerita fiksi. Biasanya tema sering kali diambil dari konflik kehidupan.
- Plot atau alur, yaitu gambaran dari keseluruhan rangkaian cerita fiksi itu sendiri. Alur terbagi menjadi tiga, yakni alur maju, alur mundur, dan alur maju-mundur. Penyelesaian alur dapat berupa alur klimaks dan alur anti klimaks.
- Tokoh adalah pelaku yang bertugas menghidupkan cerita fiksi. Tokoh dapat meliputi tokoh utama (protagonis), tokoh lawan (antagonis), dan tokoh penengah. Selain itu, tokoh juga bisa berupa binatang.
- Latar dalam sebuah cerita merupakan keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam cerita fiksi.
- Konflik merupakan suatu permasalahan yang terjadi atau puncak dari sebuah cerita fiksi. Tujuannya adalah untuk membangkitkan emosi para pembaca.
- Klimaks adalah titik puncak konflik yang terdapat dalam cerita fiksi.
- Penokohan, yaitu cara pengarang dalam menampilkan tokoh pada cerita fiksi tersebut dan bagaimana karakter tokoh-tokoh tersebut. Biasanya, dalam penokohan, watak atau karakter seorang tokoh dapat dilihat dari tiga segi, yakni dialog tokoh, penjelasan tokoh, dan penggambaran fisik.
- Sudut pandang merupakan hal yang menjadi dasar tema dan tujuan dari penulisan cerita fiksi tersebut. Biasanya, berupa gaya orang pertama tokoh utama ataupun gaya orang ketiga yang serba tahu.
2. Unsur ekstrinsik yang terdapat dalam sebuah cerita fiksi adalah sebagai berikut.
- Nilai atau norma di masyarakat yang meliputi keyakinan, peraturan, norma yang berlaku, dan lain sebagainya.
- Pandangan hidup keseluruhan yang akan memengaruhi karya yang ditulis.
- Psikologi, baik yang berupa psikologi pengarang, seperti ekonomi, politik, dan sosial juga akan mempengaruhi karya sastra.
- Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap.
- Hubungan penulis dengan dunia sastra yang mencakup latar belakang kehidupan sang pengarang.
- Hubungan ide penulis dengan sastra yang berupa ideologi, filsafat, pengetahuan, dan teknologi.