Siapakah Ali bin Abi Thalib? Beritahu pada Anak Yuk, Ma!
Ali bin Abi Thalib adalah khalifah pemberani sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW
12 Juni 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam agama Islam terdapat sebuah gelar penerus Nabi Muhammad SAW dalam kepemimpinan umat Islam. Gelar tersebut adalah khalifah.
Berdasarkan sejarahnya, khalifah memiliki peran dan bentuk kekhalifahan yang beragam, serta sangat dipengaruhi oleh keadaan politik. Tidak hanya itu, kekhalifahan juga dipengaruhi oleh keagamaan pada masa tersebut.
Salah satu khalifah yang cukup dikenal umat muslim adalah Ali bin Abi Thalib. Selain Ali bin Abi Thalib merupakan seorang khalifah, beliau juga termasuk dalam golongan sahabat Rasulullah yang pertama masuk Islam dan terlibat dalam berbagai peran besar di masa kenabian.
Terlepas dari kekhalifahannya, siapakah Ali bin Abi Thalib itu?
Nah, untuk menambah ilmu pengetahuan anak mama, berikut ini telah Popmama.com rangkum tentang siapakah Ali bin Abi Thalib. Simak dan beritahu kepada anak mama ya!
Editors' Pick
1. Asal usul Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah keempat sekaligus yang terakhir. Selain menyandang sebagai khalifah, Ali bin Abi Thalib juga dikenal sebagai sepupu, sahabat, dan juga menantu Nabi Muhammad SAW.
Ali bin Abi Thalib memiliki nama asli Hayday lahir di Mekkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada 13 Rajab, 10 tahun sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul.
Ayah Ali bin Abi Thalib adalah Abu Thalib, paman dari Nabi Muhammad SAW. Ibunya adalah Fatimah binti Asad yang merupakan anak dari Hasyim, pendiri Bani Hasyim sekaligus kakek buyut Nabi Muhammad SAW.
Sejak lahir, Ali diasuh oleh Rasulullah dan istrinya, Khadijah. Tidak heran, Ali sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW.
Sosok Ali sendiri telah menjadi penghibur bagi Rasulullah yang kala itu tidak memiliki anak laki-laki. Bahkan, nama Ali pun disematkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sebab, nama Ali memiliki arti derajat yang tinggi di sisi Allah SWT.
Ali dikenal sebagai pribadi yang sangat sopan dan cerdas. Oleh karena itu, Rasulullah memberi julukan Ali bin Abi Thalib sebagai pintu gerbang pengetahuan Islam.
"Aku adalah kota ilmu, sedangkan Ali bin Abi Thalib adalah pintunya," sabda Rasulullah.
2. Diangkat menjadi khalifah
Saat Nabi Muhammad SAW pertama kali menerima wahyu dan mulai berdakwah, Ali termasuk dalam orang-orang pertama yang memercayainya. Saat itu, usia Ali diperkirakan masih berusia 10 tahun.
Kemudian, Ali mulai menerima ajaran Islam yang dibawa Rasulullah tanpa paksaan, bahkan tanpa meminta izin orangtuanya. Di usianya yang menginjak remaja, Ali memeluk agama Islam dan terus mempelajarinya hingga menjadi menantu Nabi Muhammad SAW. Ali yang sudah dewasa, menikahi putri bungsu Rasulullah, yaitu Fatimah Az-Zahra.
Di masa Khalifah Utsman bin Affan, ada banyak pemberontakan yang terjadi akibat dari ketidakpuasan terhadap kebijakan yang telah diterapkan. Bahkan, keadaan tersebut semakin kacau setelah Khalifah Utsman wafat dalam sebuah pemberontakan. Oleh karena itu, kaum muslimin mendesak Ali bin Abi Thalib untuk segera diangkat menjadi khalifah.
Pada 25 Zulhijah 35 H, Ali pun diangkat sebagai Khulafaur Rasyidin (khalifah) keempat di Masjid Madinah meski awalnya beliau menolak permintaan tersebut. Sebagai Khulafaur Rasyidin, Ali bertugas memimpin Islam dengan tanggung jawab memperluas syiar agama Islam dan menyejahterakan kaumnya.
Namun, pada masa pemerintahannya masih terdapat banyak kekacauan yang terjadi. Salah satunya adalah tuntutan untuk menghukum pembunuh Khalifah Utsman, yang bahkan sampai memicu terjadinya peperangan.
Tidak hanya itu, di masa pemerintahan Ali, ada berbagai kebijakan yang diberlakukan guna memajukan kekhalifahan, salah satunya adalah penyempurnaan bahasa Arab. Ali memerintahkan Abul Aswad Ad Duali untuk memberi tanda baca dan menulis kitab-kitab Nahwu (tata bahasa).
Bukan tanpa tujuan, hal tersebut merupakan sebuah upaya guna membuat kaum Muslim di luar Arab mampu mempelajari Alquran dan hadis dengan mudah dan benar.
Selain itu, Ali juga membangun Kota Kufah di Irak sebagai pusat pemerintahan dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Tidak heran jika masa pemerintahan Ali disebut sebagai periode tersulit dalam sejarah Islam.