7 Pertanyaan yang Perlu Ditanyakan saat Anak Merasa Cemas karena Covid
Tanyakan dan berikan penjelasan dengan cara yang baik dulu yuk, biar si Kecil merasa lebih nyaman
17 Januari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Cemas adalah perasaan tidak tenang, tidak menentu yang disebabkan oleh suatu keadaan yang tidak sesuai keinginan.
Rasa cemas atau gelisah belakangan mudah melanda, hal ini berlaku bagi siapapun baik orangtua atau anak-anak. Terlebih sejak pandemi Covid-19 memburuk dan setiap orang diimbau untuk tetap berada di rumah saja.
Para orangtua bekerja dari rumah dan anak-anak belajar dari rumah. Anak-anak tidak pergi ke sekolah, tidak bertemu dengan gurunya, tidak bermain bersama teman-temannya.
Ini bisa menjadi sulit bagi sebagian anak. Tidak mudah untuk berada dalam masa karantina seperti saat ini.
Melihat siaran berita bisa jadi membuat anak merasa cemas. Anak jadi tidak tenang dan memiliki banyak pertanyaan, "Kapan ya ini berakhir?"
Ada beberapa pertanyaan yang bisa Mama tanyakan untuk memastikan, apakah si Kecil baik-baik saja, atau ia sedang merasa cemas. Karena kondisi ini dapat memengaruhi mood anak, bahkan sebagian jadi susah makan dan mengalami gangguan tidur.
Berikut Popmama.com telah merangkum 7 pertanyaan yang bisa Mama tanyakan pada anak terkait apa yang mereka rasakan. Tujuannya adalah agar Mama mengetahui apakah anak mama sedang merasa cemas. Jika iya, ketahui penyebabnya.
1. Apakah anak merasa bersalah?
Bukan karena anak melakukan suatu kesalahan atau kenakalan, tapi bagi sebagian anak bisa saja merasa bersalah karena tidak mengerjakan kegiatan seperti biasanya.
Misal, biasa datang ke sekolah dan belajar bersama, bertemu dengan gurunya secara langsung, tapi sekarang berbeda.
Pandemi Covid-19 membuat anak harus belajar dari rumah. Sudah hampir 2 bulan ini berlangsung, bisa saja perbedaan ini justru membuat anak membuat merasa bersalah.
Jika iya, luruskan pikirannya bahwa tidak ada yang salah dengan anak mama. Jelaskan bahwa kondisi saat ini berubah bukan karena dia tapi karena penyebab lain, wabah virus corona.
2. Apakah anak memiliki pikiran yang mengganggunya?
Jika anak merasa ada hal yang menganggunya, tapi ia tak mengerti apa itu. Lakukan sebuah permainan bersama anak.
Permainan tentang "5 hal di sekeliling kamu".
Seperti apa caranya?
Ajak anak melihat 5 benda yang berada di sekitarnya, misalkan buku, kotak pensil, jendela, meja dan penghapus.
Lalu ajak ia untuk mengungkapkan bentuk dan fungsi dari masing-masing benda tadi.
Kita coba ya Ma, contohkan agar anak mama bisa mengikutinya.
- Jendela, kamu memperlihatkan dunia luar dan kamu diam saja. Tidak pernah merasa iri untuk ikut bermain di luar dan kamu baik-baik saja.
- Buku, kamu memiliki banyak cerita. Bisa memberikan pengetahuan dan mengajarkan kebaikan. Tidak selalu dibawa tapi ketika ingin kembali dibaca kamu selalu ada.
- Penghapus, kamu tidak bisa menuliskan kata-kata. Ketika kamu dipakai, maka kamu bisa menghapus tulisan. Cukup menggerakkan beberapa kali secara berulang maka kamu bisa membantu saya. Tapi kamu tidak pernah iri dengan alat tulis.
Seperti itu, dan gantian giliran anak mama mendeskripsikan 5 benda di sekelilingnya. Ini bisa jadi terapi bahwa satu sama lain sebenarnya tidak saling menganggu selama bisa menerima. Orang lain juga tidak terganggu dengan anak mama.
Maka si Kecil tidak perlu merasa cemas dan memusingkan pikiran yang bisa mengganggunya.
Editors' Pick
3. Apakah anak mengalami perasaan yang menguras emosinya?
Apakah anak mama merasa ada hal yang menguras emosinya? Sampai ia tidak selera makan atau sulit tidur.
Pancing si Kecil menceritakan apa yang ada dalam pikirannya. Seberapa kesal kemarahannya, kesedihannya atau kegundahannya.
Ajak anak untuk mengekspresikan hal tersebut dengan perlahan. Jika anak menangis, berikan pelukan. Tidak masalah untuk memiliki emosi seperti itu.
Mama selalu ada untuk memberikan dukungan untuknya.
4. Apakah anak merasa, "aku kurang pantas"
Tanyakan dengan suara pelan, apakah anak mama merasa ada yang tidak sesuai? Apakah anak mama merasa dirinya kurang pantas untuk berlaku seperti yang saat ini ia kerjakan.
Beri pengertian bahwa ini bukan karena keinginannya, bukan karena ia malas. Tidak hadir ke sekolah bukan karena ia malas.
Kondisi pandemi Covid-19 memang mengharuskan setiap orang berdiam diri di rumah dengan alasan untuk menjaga kesehatan.
Buat anak merasa seperti ini adalah tempat yang aman untuk berbagi kekhawatirannya.
Pastikan untuk menjawab pertanyaannya dengan jujur, jika anak bertanya balik kepada Mama. Jawablah dengan cara yang meyakinkan.
5. Apakah anak berpikiran, "aku gagal"
Tanyakan pada anak mama, apakah di semester ini ia merasa gagal? Apakah ia merasa dirinya tidak sanggup dan berbeda dengan yang lain?
Beri pengertian pada anak bahwa ia tidak gagal. Ia sudah mengikuti proses belajar dari rumah dengan baik. Setiap hari hadir secara online, menyapa guru kelas dan teman-teman yang ikut hadir. Itu semua adalah hal yang hebat.
Saat Mama memberi tahu anak mama agar tidak khawatir tanpa benar-benar memahaminya, dia tidak akan mendengarkan kamu. Pastikan kamu juga sudah mengatakan semuanya dengan percaya diri.
Jika apa yang kamu katakan membuat anak cemas, cobalah dan pahami mengapa hal itu terjadi dan ubah nada atau cara kamu saat memberikan informasi kepadanya.
6. Apakah anak merasa malu akan dirinya sendiri
Tanyakan juga, apakah anak mama menemui kesulitan saat melakukan semua proses pembelajaran jarak jauh (PJJ). Jika ada hal yang menjadi kendala baginya, lalu ia salah dan hal itu membuatnya malu maka rayu si Anak untuk menceritakannya kepada Mama.
Mama adalah tempat terbaik untuk berbagi.
Anak harus menyadari hal itu.
Menjaga anak-anak dalam kegelapan hanya akan membuat mereka lebih khawatir, jadi bagaimana cara Mama mendengarkan dan menyimak adalah hal penting. Beri tanggapan positif bahwa anak tidak perlu malu ketika melakukan kesalahan.
Misal, ia telat untuk mengumpulkan tugas karena ada kendala pada jaringan internetnya atau ia kebingungan bagaimana cara mengunggah tugasnya di aplikasi sekolah online yang biasa ia pakai.
Itu tidak masalah, sekolah online baru berjalan 2 bulan. Wajar jika anak mama masih mengalami kebingungan.
Menjelaskan segala sesuatu kemungkinan terkait pandemi Covid-19 saat ini memang perlu untuk Mama lakukan pada anak mama. Tetap tenang, mungkin jika Mama yang menjadi anak mama maka sesekali juga akan menemukan kebingungan yang sama.
7. Anak memiliki kebiasaan kompulsif atau OCD
Bukan tipe anak pada umumnya, tapi perhatikan dengan seksama apakah anak mama memiliki kebiasaan kompulsif atau OCD?
Obsessive-compulsive disorder (OCD) adalah gangguan kecemasan di mana seseorang memiliki berulang kali pada sebuah pikiran, ide atau sensasi yang tidak diinginkan seperti obsesi pada sesuatu yang membuat mereka merasa terdorong untuk melakukan sesuatu secara berulang (kompulsi).
Misalkan merapikan mainan, buku, atau bantal di tempat tidurnya secara berulang kali disertai rasa cemas jika posisinya tidak serapih yang ia harapkan.
Jika anak memiliki kecenderungan seperti ini maka berikan pengertian padanya, ia mungkin hidup dengan pemahaman OCD.
Ajarkan anak menetapkan standar pada setiap kegiatannya. Dengan memiliki standar maka ia akan tahu batasan kapan menyudahi obsesinya pada suatu hal.
Hal yang paling penting adalah anak menyadari, penerapan OCD yang dialaminya hanya akan mudah jika hanya terlibat dengan benda mati. Jika sudah terlibat dengan orang lain maka itu akan sulit dan anak harus belajar menerima.
Misal, menetapkan standar posisi meja belakar setiap kali ia akan memulai sekolah online dari rumah. Ia bisa mengatur posisi meja, buku dan alat tulis sesuka hatinya.
Namun ia tidak bisa mengatur jika ada teman sekolahnya yang telat hadir. Ia tidak bisa memaksakan semua harus tepat waktu seperti dirinya.
Jika ada teman yang hadir terlambat dan mengganggu konsentrasinya saat belajar maka berikan pengertian, untuk menuliskan apa yang ia rasakan. Tuliskan dengan rapih kronologi kejadian tentang hal yang membuat dia merasa tidak nyaman.
Bilang pada anak mama, setelah ia melakukan ini maka ia akan merasa lebih baik.
Katakan kalimat yang mendukung anak mama agar ia merasa lebih baik. Itulah yang bisa Mama lakukan untuk mengatasi kondisi anak yang merasa cemas karena pandemi Covid-19 saat ini. Semoga si Kecil merasa lebih baik ya, Ma!
Baca juga:
- 7 Cara Menghadapi Anak yang Suka Ngambek
- Gejala Psikosomatik pada Anak, Gangguan Pikiran yang Pengaruhi Tubuh
- 7 Tanda Anak Cerdas dan Memiliki IQ Tinggi