Anak Bilang "Aku Benci Mama", Apa yang Harus Mama Lakukan?

Tenangkan diri, tak perlu bersikap reaktif, Ma

5 Januari 2022

Anak Bilang "Aku Benci Mama", Apa Harus Mama Lakukan
Freepik/gpointstudio

Anak-anak punya caranya sendiri dalam mengungkapkan rasa kesal, marah, dan kecewanya. Tak terkecuali lewat ungkapan-ungkapan yang mungkin mengejutkan kita sebagai orangtua. "Aku benci Mama/Papa" adalah pernyataan yang mungkin dilontarkan anak ketika mereka marah pada kita. 

Mendengar ucapan kebencian tersebut mungkin mama merasa sangat sedih. Manusiawi kok, Ma. Sebagai orangtuanya, ucapan tersebut terkadang membuat kita merasa gagal menjadi orangtua yang baik.

Namun, di balik pernyataan tersebut, ada hal-hal yang perlu orangtua ketahui dari diri anak kita. Apa sajakah itu? Berikut ini Popmama.com akan membagikan tips bagaimana merespon jika anak mengatakan "aku benci Mama/Papa", dilansir dari Very Well Family:

1. Mengapa anak mengatakan "Aku benci Mama/Papa"?

1. Mengapa anak mengatakan "Aku benci Mama/Papa"
Freepik/Mdjaff

Ada banyak alasan mengapa anak melontarkan kebenciannya kepada kita, orangtuanya. Ada banyak pula skenario yang tak terbatas di balik alasan tersebut, yang mungkin dipicu hal sepele yang membuat anak kesal. Tetapi yang pasti, anak mengalami emosi yang kuat dari dalam dirinya ketika pernyataan spontan tersebut terlontar.

Emosi yang kuat terproyeksi lewat reaksi dan perilaku yang agresif, seperti marah, frustrasi, kecewa, kesal, bahkan sedih terhadap orangtuanya. Mereka mengatakan pernyataan kebencian tersebut dengan tujuan untuk 'menyakiti' orangtuanya agar sang Orangtua merasakan 'sakit' yang sama dengan yang dirasakannya.

Editors' Pick

2. Balita meniru apa yang ia dengar

2. Balita meniru apa ia dengar
Pexels/Allan Mas

Berbeda dengan anak yang lebih besar, pada sebagian kasus balita terdengar pula mengucapkan kalimat kebencian pada orangtuanya yang didorong karena tindakan meniru lingkungan di sekitarnya. Bisa jadi karena ia melihat anak yang lebih besar marah dan mengatakan kalimat kebencian tersebut. 

Bagi anak balita, kalimat kebencian itu mungkin adalah kalimat yang baru ia dengar untuk pertama kalinya. Kemudian ia tergerak untuk mengucapkannya karena rasa ingin tahu terhadap reaksi yang terjadi dari lingkungan sekitarnya ketika ia mengucapkan kalimat tersebut.

3. Bagaimana sebaiknya orangtua merespon kalimat kebencian tersebut?

3. Bagaimana sebaik orangtua merespon kalimat kebencian tersebut
Freepik/karlyukav

Mendengar anak mengatakan "Aku benci Mama/Papa", tak dipungkiri, mungkin terasa menyakitkan. Tetapi ingat, Ma, itu hanyalah ungkapan pelampiasan kemarahan sejenak. Tak perlu terlalu mengambil hati terhadap pernyataan anak tersebut. 

Tenangkan diri agar tidak bereaksi dengan emosi mama sendiri, atau bersikap defensif, menghukum, menyalahkan, atau mempermalukan anak. Tak masalah jika mama tidak langsung merespons, terutama jika mama membutuhkan waktu untuk mendinginkan hati terlebih dahulu.

Sebaliknya, ajak anak merefleksikan kembali emosi mendasar yang sebenarnya sedang mereka rasakan. Gunakan empati dan berikan pengertian pada anak bahwa kalimat tersebut tidak tepat untuk menyampaikan kekesalan yang sebenarnya dirasakannya. 

Meskipun begitu, orangtua tetap perlu memberikan batasan yang tegas tentang sikap agresif anak. 

4. Sesuaikan respons dengan usia dan temperamen anak

4. Sesuaikan respons usia temperamen anak
Freepik/Master1305

Sebagian anak mungkin punya bawaan yang lebih 'bersemangat' dan konfrontatif. Anak yang lebih kecil biasanya belum begitu memahami label perasaan yang tepat. Jadi, sangat wajar ketika mereka memilih kalimat yang 'kasar' untuk mengungkapkan kemarahannya. 

Orangtua tidak dapat serta-merta mengubah sifat anak. Yang dapat dilakukan orangtua adalah membimbing anak untuk mengenali perasaannya, mengetahui cara mengelola emosi yang tepat, dan memaksimalkan siapa diri mereka sebenarnya.

5. Tidak ada yang salah atau gagal kok, Ma

5. Tidak ada salah atau gagal kok, Ma
Freepik/bristekjegor

Kalimat-kalimat mengejutkan dan sikap reaktif anak mungkin tak pernah terbayangkan sebelumnya ya, Ma? Namun, ketika anak bersikap seperti ini, bukan berarti mama gagal sebagai orangtua kok. Bukan berarti pula mama gagal mendidik anak sehingga ia menjadi anak yang nakal. Faktanya, bahkan anak yang lovable dan manis sekali pun pernah mengucapkan kalimat yang menyakitkan hati orangtua ketika mereka tak bisa mengatasi emosi besar yang melandanya.

Ketahui bahwa kalimat kebencian ini hanyalah satu dari banyak cara anak menunjukkan perasaannya. Dengan menggunakan kata-kata yang kasar dan keras, anak dengan segala keluguannya merasa dapat mengkomunikasikan kegelisahan yang dirasakannya. 

Tidak ada hubungan anak-orangtua yang benar-benar sempurna. Mama bisa membantu anak untuk tenang dan terus mengajarkannya mengatasi perasaannya dengan benar. Bagaimana berkomunikasi secara asertif dan efektif, serta memahami perasaan diri sendiri adalah keterampilan hidup yang penting dimiliki anak hingga ia dewasa kelak. 

Semoga informasi ini bermanfaat.

Baca juga:

The Latest