Anak Dijauhi Teman-temannya, ini Cara Mama Membantunya Bangkit
Jangan turun tangan menyelesaikan masalahnya ya, Ma
30 Oktober 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Selama ini banyak orang menganggap tindakan perisakan atau bullying sebagai konflik face-to-face. Perilaku yang ditangkap jelas sebagai tindakan bullying misalnya mendorong, memukul, menjambak dan berbagai kekerasan fisik lain. Selain kekerasan fisik, tindakan bullying juga akrab dikenal masyarakat misalnya mencemooh, memanggil nama anak dengan tidak sopan, menjadikan anak sebagai obyek becandaan yang intimidatif dan lain-lain.
Namun, ada bentuk intimidasi lain yang terkesan lebih halus yang disebut agresi relasional. Bentuk intimidasi ini berupa penolakan dan pengucilan anak. Biasanya jenis intimidasi ini dialami oleh anak jelang remaja hingga sekolah menengah atas, bahkan seringkali dialami oleh orang dewasa di tempat kerja.
Penolakan Sosial, Luka Batin Seumur Hidup
Mengatasi penindasan seperti ini bukanlah hal yang mudah bagi orang dewasa, apalagi anak-anak. Jika tak segera ditangani, penindasan ini dapat berbuah luka batin hingga depresi yang bahkan memicu anak bunuh diri. Mengapa? Karena di usia pra-remaja hingga remaja, teman sebaya merupakan hal yang penting dalam kehidupan seorang anak.
Dampak dari penolakan dan pengucilan anak ini akan melukai anak secara emosional. Bahkan berpengaruh pada nilai akademisnya. Jika seorang anak remaja bertumbuh menjadi orang dewasa yang pernah mengalami penolakan dan tidak tersembuhkan, ia akan terbentuk menjadi sosok yang merasa dirinya tidak berharga, tidak bernilai, rendah diri dan terbuang.
Kita tak dapat menghindari terjadinya gesekan dalam berkehidupan sosial. Tetapi, jika saat ini anak Mama mengalami intimidasi jenis ini, berikut Popmama.com punya beberapa tips untuk membantu anak Mama mengatasi problem yang dihadapinya, dilansir dari verywellfamily.com:
1. Hargailah perasaannya
Ketika anak berani terbuka tentang pengalaman menyakitkan yang dialaminya, pastikan ia merasa aman dan nyaman berbagi perasaannya dengan Mama. Hindari bereaksi berlebihan atau berniat menghadapi sang pelaku tanpa izin anak.
Jangan pula mempermalukan anak Mama karena ia diasingkan. Hindari mengatakan padanya dia harus berani melawan, harus lebih keras berusaha agar disukai lingkungan sosialnya. Alih-alih melakukan hal tersebut, fokuslah pada mendengarkan ceritanya dan berempati terhadap perasaannya. Berikan pemahaman padanya, bahwa tak seorang pun boleh dikucilkan dan berikan pandangan padanya bahwa ia berharga dan punya banyak hal yang bisa dilakukannya untuk orang sekitar.
Editors' Pick
2. Diskusikan tentang apa yang bisa dikendalikan dan tidak
Dikucilkan, ditolak, dijauhi adalah hal-hal yang tak dapat kita kendalikan. Begitu pula apa yang dikatakan dan dipikirkan orang lain terhadap kita. Tekankan pada anak tentang hal yang tidak bisa dikendalikan ini. Tapi, dia bisa mengendalikan bagaimana ia merespons tindakan intimidasi ini.
Bukalah ruang diskusi dengannya untuk menghasilkan ide-ide tentang bagaimana menangani situasi yang tidak enak dan mengatasi intimidasi yang ditujukan padanya. Cara ini akan meminimalisir perasaan tak berdaya. Sebaliknya, anak akan merasa lebih percaya diri dan berdaya dengan berbagai pilihan yang berbeda.
3. Dorong anak keluar dari perasaan teraniaya
Sangat mudah jatuh ke dalam perasaan teraniaya alias victim-thinking saat menghadapi masalah ini. Jika ini terus-terusan terjadi, dapat menghambat anak Mama menjadi pribadi yang kuat dan solutif menghadapi masalah.
Memang, yang ia alami tidak adil dan menyakitkan. Tetapi tidak berarti ia 'boleh' terus berkubang dalam perasaan duka dan menjadi korban selamanya. Dorong anak untuk lepas dari situasi ini sehingga masalah ini tidak mendefinisikan dirinya sebagai seorang anak yang lemah.
4. Beri saran, tetapi jangan turun tangan menyelesaikan masalah
Sebagai orangtua, kami paham jika Mama mungkin merasa tidak tega dan marah terhadap apa yang dialami. Tetapi, tahan keinginan untuk mengambil alih situasi ini, tidak peduli seberapa besar dorongan dari dalam hati Mama.
Untuk anak-anak jelang remaja, masalah ini bisa menjadi cara melatihnya menangani situasi dan mencari solusi atas permasalahan pribadi. Hindari memanggil orangtua sang pelaku bullying tanpa sepengetahuan dan seizin anak Mama. Tunjukkan padanya bahwa Mama memercayai ia dapat mengambil keputusan terbaik. Hal ini akan membangun kembali harga dirinya dan melatih ketegasannya.
5. Membentuk lingkungan pertemanan yang sehat
Lingkungan pertemanan yang sehat adalah salah satu cara terbaik mencegah intimidasi. Memiliki setidaknya satu teman yang loyal akan menumbuhkan rasa memiliki pada anak, yang bisa menghapus dampak penolakan di lingkungan sebelumnya. Carilah cara-cara yang dapat membantu anak mengembangkan lingkungan pertemanannya.
Dorong ia berteman di tim olahraga, di sekitar rumah atau kegiatan lainnya. Berikan pemahaman padanya bahwa orang-orang yang tidak mengacuhkannya bukanlah satu-satunya. Ia masih punya teman-teman baik yang potensial di luar sana. Alih-alih memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan sang pelaku bullying padanya, sebaiknya mencurahkan perhatian dan tenaga untuk mengendalikan situasi dengan cara mencari teman baru sebanyak-banyaknya.
Peranan orangtua sangat penting menghadapi masa sulit ini. Pada dasarnya, anak hanya membutuhkan dukungan, butuh didengar dan empati. Namun, ia juga butuh didorong agar kuat. Biarkan ia tahu orangtua dan keluarga ada di belakang untuk mendukungnya, tetapi ia juga punya kekuatan dan kemampuan untuk mengatasi situasi ini. Semoga tips ini menginspirasi keluarga ya, Ma!
Baca Juga:
- Stop Bullying dengan Menanamkan Rasa Empati pada Anak
- Hati-hati! Ini 6 Hal yang Menyebabkan Anak Menjadi Pelaku Bullying, Ma
- Pelajari! Cara Jitu Mencegah Bullying pada Anak Berkebutuhan Khusus