Bahaya Bruxisme, Kecenderungan Menggertakkan Gigi pada Anak
Hal ini seringkali luput dari perhatian orangtua, bahkan sang anak sendiri
10 Juni 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyak kondisi kesehatan yang seringkali luput dari perhatian. Salah satunya yang menyangkut kesehatan gigi dan mulut, karena letaknya yang tersembunyi dan seringkali gejalanya tak nampak jelas.
Coba perhatikan saat anak Mama sedang tidur. Sebagian orang di dunia ini tidur dengan menggertakkan giginya tanpa disadari? Apakah anak Mama melakukannya? Jika ya, itu artinya anak mengalami suatu kondisi yang disebut dengan bruxisme.
Menurut para ahli, kebiasaan menggeretakkan gigi yang terjadi pada sekitar 38 persen anak di kelompok usia 3,5 hingga 6 tahun ini sebenarnya belum jelas penyebabnya. Namun yang jelas kebanyakan penderita bruxisme tidak menyadari keadaannya hingga terjadi komplikasi.
Lantas, berbahayakah bruxisme ini bagi kesehatan anak? Cari tahu penyebab dan dampaknya berikut ini.
Editors' Pick
Gejala Bruxisme pada Anak
Anak-anak yang mengalami bruxisme bisa dilihat dengan adanya gejala-gejala yang menyertai, seperti:
- Mengalami kesulitan makan karena giginya sakit saat mengunyah.
- Seringkali mengeluh tentang adanya gangguan seperti sakit rahang, sakit telinga dan rasa sakit pada wajah secara keseluruhan.
- Seringkali terdengar suara gigi yang menggertak saat mereka tidur.
- Timbulnya rasa sakit di kening anak dalam jangka waktu yang lama
- Gigi menjadi lebih sensitif
Penyebab Bruxisme
Dilansir dari parenting.firstcry.com, meski belum diketahui secara pasti penyebabnya, kebiasaan menggeretakkan gigi bisa jadi dipicu oleh beberapa hal, seperti:
Kegelisahan
Kebiasaan menggeretakkan gigi saat tidur sering dikaitkan dengan emosi negatif seperti stres, depresi yang berkaitan dengan terjadinya mekanisme koping. Mekanisme koping adalah suatu pola untuk menahan ketegangan yang mengancam pertahanan dirinya.
Tumbuh gigi
Menggeretakkan gigi pada balita dan anak seringkali dikaitkan dengan proses tumbuh gigi. Mereka cenderung melakukan kebiasaan ini karena dirasa dapat membantunya meringankan rasa sakit.
Maloklusi
Maloklusi adalah kondisi saat gigi tumbuh berdesakan, tumpang tindih atau bengkok. Penelitian telah menunjukkan ada kaitan yang erat antara maloklusi dan bruxisme, dengan temuan bahwa sekitar 12,75 persen anak-anak memiliki kedua kondisi yang berkaitan tersebut.
Cacing kremi
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara cacing kremi dan bruxisme. Dapat disimpulkan bahwa parasit usus melepaskan racun yang menyebabkan timbulnya rasa gugup dan kecemasan, sehingga menyebabkan seorang anak sering menggeretakkan gigi.
Alergi
Para peneliti menduga bahwa ada hubungan antara alergi dengan bruxisme. Anak-anak akan menggeretakkan gigi mereka untuk meringankan rasa tak nyaman saat terjadi iritasi pada telinga bagian dalam.
Dampak Bruxisme pada Kesehatan Anak
Kebiasaan menggeretakkan gigi, meskipun seringkali dilakukan tanpa disadari ternyata memiliki dampak negatif yang tidak bisa dianggap sepele. Mulai dari masalah baru seperti gigi mudah patah, longgar, bahkan sampai terlepas, daerah pulpa gigi terbuka sehingga menyebabkan terjadinya pulpitis, gangguan pada rahang dan telinga, hingga beberapa anak rasa sakit di daerah rahang yang dikenal sebagai gangguan sendi temporomandibular.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi bruxisme pada anak. Seperti menggunakan pelindung mulut saat tidur di malam hari, mengajaknya berolahraga untuk mengurangi kecemasan, membiasakan anak mengonsumsi makanan sehat yang mengandung kalsium dan magnesium untuk membantu berfungsinya sistem saraf dengan baik. Meski demikian, pada sebagian besar kasus, bruxisme sebenarnya tidak membutuhkan penanganan khusus sebab akan hilang dengan sendirinya seiring dengan bertumbuhnya anak.
Baca Juga:
- Jarang Diperhatikan! Ini Penyakit Akibat Sikat Gigi Anak Terlalu Kotor
- Inilah 5 Dampak Buruk Gigi Berlubang pada Anak-anak
- Jangan Salah! Ini 3 Rekomendasi Obat Sakit Gigi Anak Paling Aman