Bolehkah Sebutan "Autis" Digunakan dalam Candaan Sehari-hari?
Meledek orang dengan sebutan "orang autis" bukanlah hal yang pantas dilakukan, baca penjelasannya ya
22 Mei 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam keseharian, candaan bisa membuat suasana yang tegang menjadi lebih cair. Mama mungkin pernah mendengar candaan yang membawa kondisi kesehatan seseorang. Menyebut orang yang asyik dengan kegiatannya dengan istilah "autis", misalnya.
Penyebutan tersebut mungkin terdengar lucu bagi sebagian orang. Tetapi, apakah sebutan "autis" dalam candaan sehari-hari itu boleh digunakan?
Baik orang dewasa ataupun remaja, kadang ada yang melakukan hal ini. Sopankah denikian?
Kali ini Popmama.com akan mengulasnya sebagai hal umum yang penting diketahui!
1. Bolehkah sebutan autis dipakai dalam candaan sehari-hari?
Dalam pergaulan sehari-hari, terkadang orang merujuk pada kondisi kesehatan tertentu sebagai bahan candaan.
Banyak orang, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, menyebut orang lain "autis" ketika orang tersebut menunjukkan perilaku yang sibuk dengan dunianya sendiri atau ketika sulit diajak berkomunikasi.
Autis, atau autisme, merupakan kondisi khusus dalam perkembangan saraf seseorang yang menyebabkan gangguan dalam berperilaku dan berinteraksi sosial.
Di masyarakat, penderita autisme masih lekat dengan stigma negatif, bahkan dianggap sebagai orang dengan gangguan jiwa.
Tentu saja kondisi orang dengan autisme bukanlah hal yang patut dianggap sebagai candaan.
Stigma negatif yang melekat, ditambah dengan istilah yang dipakai sebagai bahan candaan untuk meledek orang lain, berdampak pada penyandang autisme itu sendiri maupun keluarga.
Selain itu, menyebut orang yang normal sebagai "autis" adalah bentuk ketidakpedulian dan hilangnya empati terhadap penderita yang sebenar-benarnya.
Editors' Pick
2. Apa yang orang pikirkan tentang autisme?
Di masyarakat sendiri, banyak orang mengkotak-kotakkan kondisi penderita autisme sebagai penderita tingkat berat dan penderita tingkat ringan.
Penderita tingkat berat adalah penderita yang dianggap tidak mampu melakukan apa-apa. Sebaliknya, penderita autisme ringan dianggap tidak terlalu parah sehingga tidak memerlukan dukungan dan terapi.
Pada kenyataannya, semua penderita autisme berada dalam spektrum yang berbeda-beda.
Sebab itulah, tiap orang dengan autisme memiliki hambatan dan kelebihan yang berbeda-beda, sesuai dengan karakteristiknya.
Antara satu penderita dengan penderita lainnya, memiliki keunikannya masing-masing.