Kapan Saatnya Anak Perlu Diajak ke Terapis?
Jangan disepelekan, sama halnya dengan sakit fisik, masalah mental perlu segera ditangani
12 Mei 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketika anak mengeluh bagian tubuhnya sakit, orangtua siap siaga memeriksakan anak ke dokter. Namun, belum banyak orangtua yang melakukan hal yang sama ketika anak mengeluhkan kecemasan atau menunjukkan tanda-tanda depresi.
Kebanyakan orang dewasa beranggapan bahwa kehidupan anak-anak itu mudah, ringan, dan penuh kesenangan.
Sementara kehidupan orang dewasa jauh lebih berat. Tetapi, seperti orang dewasa, anak pun melewati masa-masa yang sulit dalam hidupnya, yang membutuhkan bantuan, arahan, atau sekadar didengarkan orang lain.
Berikut ini Popmama.com merangkum beberapa tanda kapan saatnya anak perlu diajak ke terapis yang penting diketahui orangtua, dilansir dari Very Well Family.
1. Mengalami perubahan kebiasaan makan dan tidur
Jika kebiasaan makan dan tidur anak berubah drastis, jangan abaikan pertanda ini. Terlalu lama tidur atau justru tidak tidur sama sekali adalah pertanda bahaya. Sementara kebiasaan makan yang baru muncul dapat menandakan depresi, kecemasan, atau bahkan gangguan makan.
2. Perilaku merusak diri
Apabila anak terlibat dalam perilaku destruktif yang berulang, penting untuk membawa anak berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental.
Perilaku merusak diri sendiri, termasuk melukai diri sendiri, menancapkan kuku ke kulit untuk menimbulkan rasa sakit, hingga penggunaan narkoba dan minum alkohol.
Menyakiti diri sendiri adalah topeng yang mematikan kemarahan, rasa sakit, atau kebencian yang mendalam. Perlu bantuan terapis untuk mengatasinya.
Editors' Pick
3. Perasaan sedih atau khawatir yang ekstrim
Jika anak tampak sangat cemas, sedih, atau mudah tersinggung untuk periode waktu yang lama dan hal ini menghambat mereka untuk melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan, adalah ide yang baik untuk mencari bantuan.
Perhatikan jika anak sering menangis atau terlalu khawatir.
4. Perilaku mengganggu
Apabila perilaku anak mengganggu keluarga atau membuat mereka mendapat masalah di sekolah, ada hal lebih besar yang mungkin terjadi pada anak.
Banyak anak mengekspresikan emosi melalui perilaku negatif, seperti bertingkah buruk, membantah guru, atau berkelahi dengan teman. Sebelum mama mendisiplinkan anak, berkonsultasi dengan terapis mungkin merupakan solusi yang lebih baik.
5. Isolasi sosial
Menarik diri atau mengisolasi diri dari teman sebaya adalah tanda bahwa ada sesuatu yang salah. Ini terutama mengkhawatirkan jika perilaku ini merupakan perubahan besar dari kepribadian mereka yang biasanya.
Isolasi sosial bisa menjadi tanda depresi atau kecemasan. Ini juga bisa menjadi tanda intimidasi atau bahkan kekerasan pada anak. Tanyakan pada anak tentang perubahan yang terjadi dan dorong anak Anda untuk mendiskusikan apa yang mereka alami dengan seorang profesional.
6. Regresi
Adalah hal yang wajar bagi anak-anak ketika mengalami kemunduran setelah perubahan besar dalam hidup, seperti kelahiran saudara baru, pindah, atau perceraian orangtua.
Namun, kemunduran seperti mengompol, ketakutan berlebihan, amukan, dan kemelekatan yang tidak terkait dengan perubahan mungkin merupakan tanda adanya masalah.
Jika anak bertingkah di luar karakter dan kebiasaannya, normal bagi orangtua untuk merasa khawatir. Penting untuk bersikap proaktif dan memberi kesempatan anak untuk memproses perasaannya.
Bimbingan dari konselor atau terapis profesional dalam masalah yang memengaruhi anak-anak dan remaja bisa sangat membantu anak-anak yang mengalami masa sulit. Terapi menawarkan ruang yang aman untuk berbagi perasaan dan panduan untuk membantu mereka mengatasi tantangan yang dihadapi.
Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca juga:
- 4 Alasan Mengapa Penting Mendengarkan Anak Menurut Psikolog
- 5 Tanda Anak Perlu ke Psikolog Setelah Kehilangan Orang yang Dicintai
- Cara Dekat dengan Anak Remaja di Era Digitial, Ini Kata Psikolog!