Kapankah Saatnya Membawa Anak Berkonsultasi ke Psikolog?
Gejala masalah psikis harus dilihat dan ditangani lebih jeli oleh ahlinya
5 September 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai orangtua, kesehatan fisik anak menjadi perhatian utama orangtua. Kesehatan fisik memang lebih mudah dideteksi, karena bisa terlihat memar atau lukanya serta tanda-tanda kejanggalan lain.
Tetapi, bagaimana jika yang tampak dan dikeluhkan anak menyangkut kesehatan emosionalnya?
Ya, nyatanya banyak orangtua yang seringkali menganggap enteng beban mental yang dirasakan anak.
Pada akhirnya, orangtua membiarkannya dan berharap masalah selesai dengan sendirinya.
Padahal gangguan emosional sekecil apapun pada anak, akan berdampak pada kesehatan mentalnya secara keseluruhan.
Jika tak segera ditangani, hal ini akan merenggut kebahagiaan dan masa depannya.
Membiarkan anak berperang sendiri dengan masalahnya tentu saja bukan hal yang bijaksana.
Anak butuh perhatian dan pendampingan lebih saat menghadapi masalah dalam dirinya, seperti ketika mengalami masalah-masalah psikologis.
Berikut Popmama.com merangkum beberapa gejala masalah psikologis yang perlu segera mendapat penanganan psikolog atau psikiater.
1. Anak mengalami gangguan makan
Jangan pernah menyepelekan anak yang mengalami gangguan makan. Seringkali anak yang tak mau makan atau punya kecenderungan makan yang berbeda, ditanggapi hanya sebagai masalah fisik. Tetapi sesungguhnya gangguan makan erat kaitannya dengan gangguan psikologis, seperti yang dilansir dari Cleaveland Clinic.
Gangguan makan dapat berpengaruh pada fungsi organ tubuh, sehingga menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak. Jika gangguan makan terlambat ditangani, maka anak semakin sulit kembali hidup normal seperti sedia kala.
2. Keluarga memiliki riwayat gangguan mental
Kemungkinan seseorang mengalami gangguan jiwa tertentu lebih tinggi jika anggota keluarga lain memiliki gangguan jiwa yang sama.
Meskipun gangguan mental dapat terjadi dalam satu keluarga, mungkin ada perbedaan yang cukup besar dalam hal tingkat keparahan gejalanya.
Ini berarti bahwa satu orang dalam keluarga mungkin memiliki kasus yang ringan, sementara orang lain memiliki kasus gangguan jiwa yang lebih parah. Yang perlu diketahui, gangguan mental tidak mengikuti pola pewarisan yang khas.
Jika ada salah seorang anggota keluarga yang memiliki riwayat gangguan mental, ada baiknya Mama segera mengajak anak untuk berkonsultasi ke psikolog sedini mungkin.
Meski belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi selain faktor lingkungan dan psikologis, dilansir dari Healthy Children, faktor genetik juga disebut-sebut memiliki peran dalam terjadinya gangguan mental pada anak.
Editors' Pick
3. Mengeluarkan pernyataan negatif
Di usia yang masih sangat muda, anak-anak memang belum dapat memahami dan menyaring perkataan yang dilontarkannya.
Apalagi terkait dengan perasaannya. Tetapi jika anak sering mengeluarkan pernyataan bernada negatif, ini merupakan salah satu pertanda yang tak boleh disepelekan orangtua begitu saja.
Dilansir dari Mayoclinic, pernyataan-pernyataan yang perlu diperhatikan oleh orangtua antara lain seperti kalimat, "Tidak ada yang menyayangiku,", "Aku berharap menghilang dari sini," atau sering membahas tentang kematian dan bunuh diri
4. Mengalami kesedihan dan ketakutan yang ekstrem
Anak-anak memiliki emosi yang sangat bergejolak dan mereka masih belajar untuk mengendalikan emosi mereka. Tak terkecuali perasaan sedih dan takutnya.
Menurut Very Well Family, jika seorang anak tampak sangat cemas, sedih, atau mudah tersinggung untuk waktu yang lama dan hal itu menghalangi kemampuannya untuk melakukan hal-hal yang biasanya dilakukannya, ada baiknya untuk membawa anak berkonsultasi ke psikolog.
Perhatikan apakah anak sering menangis atau terlalu khawatir terhadap hal tertentu dalam jangka waktu hingga dua minggu lamanya.
5. Tidak minat berkomunikasi dengan orang lain
Ada anak-anak yang pendiam, ada pula anak-anak yang berkarakter ceria dan ramai.
Bagaimana pun karakternya, jika Mama mendapati perubahan sikap si Kecil dan memiliki kecenderungan tidak minat berkomunikasi dengan orang lain, ini merupakan salah satu pertanda.
Penarikan sosial atau isolasi dari teman sebaya dan lingkungan sekitar adalah tanda bahwa ada sesuatu yang salah.
6. Sulit berkonsentrasi dan kehilangan motivasi
Pada sebagian besar anak yang mengalami masalah, ia mungkin tidak menunjukkan perilaku yang agresif. Untuk anak yang memiliki karakter cenderung pendiam atau anak yang sudah mulai besar, mereka mungkin akan menyimpan kegelisahannya sendiri.
Seperti yang diungkap oleh Psychology Today, biasanya hal ini akan berdampak dan terlihat pada saat ia sulit berkonsentrasi saat belajar atau pun jika diajak mengobrol orang lain.
Lebih dari itu, anak terlihat lesu, kehilangan motivasi, dan tampak tidak berenergi seperti hari-hari sebelumnya.
7. Anak suka menyakiti diri sendiri
Jangan anggap remeh saat Mama menemukan anak melakukan tindakan yang menyakiti diri sendiri, misalnya membenturkan kepala ke tembok atau menyayat lengannya dengan benda tajam.
Anak yang memiliki perilaku ini termasuk gangguan psikologis yang berbahaya sehingga memerlukan pemeriksaan dan pendampingan psikolog yang serius.
Dilansir dari understood.org, berbagai masalah mental yang dialami anak biasanya terjadi karena trauma masa lalu.
Adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup anak juga bisa menjadi faktor pencetusnya. Misalnya, saat anak mengalami rasa tak nyaman akibat terjadinya perceraian orangtua atau pindah sekolah.
Jika perilaku anak menyebabkan masalah yang cukup mengganggu dan berbahaya bagi diri sendiri serta orang di sekitar, jangan tunda membawa anak berkonsultasi ke ahli kejiwaan.
Jangan khawatir dengan komentar orang lain yang akan menghakimi anak, karena sesungguhnya yang lebih penting adalah menolong jiwa anak sendiri ketimbang merisaukan pandangan orang lain terhadap anak dan keluarga kita.
Baca Juga:
- Hati-Hati, Ma! Anak yang Sering Dipukul Bisa Menjadi Agresif
- Pelajari! Cara Jitu Mencegah Bullying pada Anak Berkebutuhan Khusus
- Aduh, Anakku Ternyata Tukang Bully! Apa yang Harus Dilakukan?