Mengajarkan Anak Mengelola Keuangan dengan Metode Uang Saku
Sejak kecil pun anak harus tahu tentang nilai uang dan konsekuensi membelanjakannya
27 Juli 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ma, masihkah Mama ingat, berapa banyak uang jajan yang pertama kali Mama terima? Kapankah Mama pertama kali menerimanya? Mungkin di antara Mama ada yang masih mengingat jumlahnya, tapi mungkin juga sudah lupa. Namun, kami yakin, Mama pasti masih mengingat momen di mana betapa gembiranya hati saat diberi kepercayaan memiliki uang jajan sendiri.
Pelajaran tentang mengelola keuangan tidak diajarkan di sekolah. Padahal, pelajaran ini adalah hal dasar yang sangat penting diperkenalkan sejak dini karena seumur hidup kita akan bertemu dengan masalah-masalah terkait keuangan, baik personal, keluarga, atau pun perusahaan.
Yuk ajarkan cara mengelola keuangan pribadi kepada anak dengan metode uang saku. Apakah itu? Berikut Popmama.com merangkum serba-serbinya, dilansir dari raisingchildren.net.au:
Apa itu uang saku?
Pocket money, atau uang saku, adalah salah satu metode yang bisa diterapkan orangtua untuk mengajarkan pada anak tanggungjawab mengelola uangnya sendiri. Memberikan uang saku kepada anak, dimulai dari usia sekolah, membantu mereka mempelajari tentang nilai uang.
Ketika anak mendapatkan uang saku, mereka harus membuat pilihan benda apa saja yang akan dibelinya dengan sejumlah uang yang diberikan, atau seberapa banyak uang yang harus disisihkan untuk ditabung. Jika mereka harus menabung sebagian dari uang sakunya, mereka akan belajar tentang hal menunggu untuk mencapai hal yang diinginkan.
Uang saku juga membantu anak belajar tentang konsekuensi dari pembelanjaan uang. Membiarkan anak membuat kesalahan, seperti menghabiskan seluruh uang untuk membeli es krim ketimbang set pasir anti-air, adalah bagian dari proses pembelajaran.
Editors' Pick
Kapan saat yang tepat memberikan uang saku kepada anak?
Sebetulnya, tidak ada aturan pakem tentang kapan mulai memberikan uang saku kepada anak. Mama dapat melihat kesiapan anak mengelola sejumlah uang, jika ia telah memahami bahwa:
- Untuk memiliki suatu barang dari toko, butuh alat tukar berupa uang
- Memiliki uang bukan berarti dihabiskan semuanya, melainkan ada yang harus disisihkan
- Jika menghabiskan semua uang hari ini, itu artinya tidak ada lagi uang tambahan untuk besok
Seberapa uang saku yang tepat diberikan kepada anak?
Sama seperti kapan waktu yang tepat, sebetulnya tidak ada patokan berapa uang saku yang harus diberikan kepada anak. Ini tergantung keadaan perekonomian keluarga Mama dan apa yang menurut Mama masuk akal.
Keputusan tentang jumlah uang saku yang diberikan, bisa dipertimbangkan lewat beberapa aspek berikut:
- Berapa anggaran keluarga yang memungkinkan
- Pekerjaan rumah tangga apa saja yang Mama harapkan dilakukan oleh anak
- Berapa usia anak - misalnya Mama mungkin memberikan Rp 25.000 seminggu untuk anak usia 7 tahun, atau Rp 35.000 untuk anak usia 10 tahun
- Tujuan pemberian uang saku - misalnya, jika Mama mengharapkan uang saku tersebut memenuhi kebutuhan transportasi harian anak, makan siang di kantin sekolah, dan tabungan, maka jumlahnya perlu ditambahkan sedikit
Menentukan batasan penggunaan uang saku
Uang saku memang diberikan kepada anak untuk dikelolanya sendiri. Tetapi, Mama perlu memberikan batasan-batasan penggunaanya agar anak bisa mengontrol diri. Penggunaan uang saku dapat mencakup hal-hal berikut:
- Menabung untuk membeli mainan khusus (mainan edisi terbatas, misalnya)
- Hiburan atau rekreasi spesial, misalnya menonton film di bioskop
- Hadiah untuk saudara kandung atau kerabat dekat
- Jajan makan siang di luar bekal yang dibawakan, sekali seminggu
Tak masalah membatasi apa saja yang boleh dibeli anak dengan uang sakunya. Misalnya, Mama mungkin akan melarang membeli permen dan cokelat dengan uang sakunya, karena dapat mengganggu selera makan dan ingin melindungi kesehatan giginya.
Uang saku dan pekerjaan rumah tangga
Membayar anak untuk melakukan pekerjaan rumah adalah masalah yang kompleks. Banyak keluarga yang melakukannya, sementara sebagian yang lain merasa hal ini tidak patut dilakukan karena justru membuat kebiasaan yang buruk pada anak.
Ingat, tidak ada aturan tunggal yang tepat untuk setiap keluarga. Sebagian keluarga merasa bahwa setiap anggota keluarga harus membantu pekerjaan rumah. Ini adalah bagian dari kewajiban. Mengaitkan tugas anak-anak dengan jumlah uang saku yang didapatkan, dapat menyebabkan anak menawar tentang nilai-nilai pekerjaan rumah yang harus dikerjakannya.
Di sisi lain, sebagian keluarga merasa bahwa uang saku harus diperoleh dengan usaha. Tidak hanya diberikan begitu saja.
Memberikan uang saku dapat memotivasi anak menunaikan tugas dengan lebih baik.
Pilihan yang lain, Mama dapat mempertimbangkan untuk tidak mengaitkan tugas pekerjaan rumah dengan uang saku. Tetapi memberi uang saku ekstra untuk pekerjaan tambahan.
Semua pilihan ini tergantung dari kebiasaan dan aturan tiap rumah tangga. Anak belajar banyak dengan memperhatikan cara orangtua berurusan dengan uang.
Membelanjakan, menabung, atau menyumbangkan uang, itu semua adalah kesempatan mendidik anak tentang dasar-dasar pengelolaan uang.
Semoga menginspirasi, Ma.
Baca Juga:
- 6 Keterampilan yang Bisa Diajarkan Selama Karantina di Rumah Saja
- Menjelaskan pada Anak Situasi Krisis Finansial yang Dihadapi Keluarga
- Cara Melatih Anak Menabung Sejak Dini