Pentingnya Mengajari Mengendalikan Dorongan Impuls pada Anak
Tanpa intervensi yang tepat, perilaku impulsif dapat berkembang semakin buruk seiring waktu
30 Oktober 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mengajarkan kedisplinan pada anak bukan hanya perkara tepat waktu dan bersikap santun. Melainkan juga mengajarkan anak bagaimana mengendalikan diri. Anak perlu tahu mengendalikan diri dan belajar soal konsekuensinya.
Jagoan Mama yang berusi 6 tahun mungkin akan marah dan memukul jika apa yang diinginkannya tidak terpenuhi.
Tetapi, sang Remaja usia 12 tahun bisa jadi membagikan konten tidak sopan di media sosial tanpa memikirkan akibatnya.
Tanpa intervensi yang tepat, perilaku impulsif dapat berkembang semakin buruk seiring berjalannya waktu. Tetapi, orangtua bisa mengajarkan teknik mengontrol impuls pada anak. Berikut Popmama.com punya 5 caranya, dilansir dari verywellfamily.com:
1. Ajarkan anak tentang label perasaan
Anak yang tidak memahami perasaannya sendiri cenderung lebih impulsif. Anak yang tak bisa mengatakan dengan jelas, "Aku merasa sedih," atau "Aku marah karena ... " mungkin akan mewujudkan perasaannya lewat perilaku. Misalnya, memukul orang lain, menangis, atau menjerit.
Ajarkan anak untuk menyadari perasaan apa yang berkecamuk dalam dirinya dan menyampaikannya lewat kata-kata kepada orang lain. Mulailah dengan mengajarkan anak beberapa label emosi, seperti marah, takut, jijik, sedih, gembira, dan lain-lain. Lalu, diskusikan tentang perbedaan antar perasaan dan wujud sikapnya.
Pastikan anak tahu, bahwa memiliki perasaan-perasaan itu adalah hal yang wajar. Tetapi yang tidak diperbolehkan adalah jika melampiaskannya lewat pukulan atau tindakan lain yang menyakiti diri sendiri atau pun orang lain.
Editors' Pick
2. Mengulangi petunjuk
Terkadang, anak melakukan tindakan impulsif karena mereka tidak menyiak petunjuk dengan seksama. Ajarkan pada anak soal menyimak petunjuk dan perintah dengan memintanya mengulangi instruksi sebelum melakukan aksi. Mulailah dengan mengatakan, "Oke, sebelum kamu pergi, coba ulangi apa yang Mama minta kamu lakukan sore ini?"
3. Ajarkan anak cara menyelesaikan masalah
Meskipun curah pendapat atau brainstorming terdengar sederhana, nyatanya cara ini dapat menjadi salah satu pengajaran teknik mengendalikan impuls yang efektif.
Ajak anak mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan atau cara memecahkan masalah. Penting bagi orangtua mengevaluasi solusi yang potensial, sebelum mulai bertindak.
Apakah anak Anda sedang mencoba memperbaiki rantai sepedanya yang lepas, atau tidak bisa memecahkan soal matematika, dorong ia menemukan 2-3 solusi potensial sebelum mengambil tindakan. Setelah mengidentifikasi kemungkinan yang solutif, bantu ia mengevaluasi mana yang paling efektif. Dengan latihan ini, anak bisa terbiasa berpikir sebelum bertindak.
4. Membiasakan manajemen amarah
Toleransi terhadap keputusasaan yang rendah, dapat menyebabkan ledakan impulsif pada anak. Ajari ia bagaimana cara mengelola amarahnya sehingga ia dapat mengatasi emosinya dengan cara sehat.
Tunjukkan padanya strategi yang bisa diterapkan dengan mudah sebagai langkah awal. Misalnya mengambil nafas dalam-dalam, jalan-jalan sekitar rumah atau masuk ke kamar untuk merefleksikan kejadian yang telah dialami.
5. Konsisten dalam menerapkan aturan
Jagalah agar aturan tetap konsisten dan rutin diterapkan. Cara ini akan melatih anak agar tetap disiplin. Gunakan pendekatan otoritatif dengan membuat aturan yang jelas disertai alasan.
Jelaskan tujuan dan harapan Mama terhadap aturan tersebut sebelum anak memasuki aturan baru. Buatlah anak mengerti bahwa ada konsekuensi negatif jika ia melanggar aturan.
Harapannya adalah dengan cara ini anak dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang perilakunya.
Satu hal penting yang tak boleh dilewatkan orangtua adalah anak belajar banyak tentang pengendalian impuls ini dari orangtua sebagai role modelnya. Berikan contoh pada anak sebagimana orangtua berharap anak berperilaku baik dalam mengendalikan diri.
Semoga tips ini menginspirasi ya, Ma!
Baca juga:
- Ma, Mengajarkan Anak Tentang Label Emosi Itu Penting
- Apa yang Harus Dilakukan Ketika Anak Dilabeli Manja oleh Orang Lain?
- Sebelum Dilabeli Anak 'Nakal', 5 Kondisi Psikologis Ini Perlu Dipahami