Pubertas remaja normalnya terjadi ketika anak menginjak usia 10-11 tahun. Tetapi, ada anak yang mengalami perkembangan secara fisik dan emosional lebih awal, di usia 7-9 tahun. Kondisi ini disebut dengan pubertas dini.
Pubertas dini mungkin tampak tidak berbahaya. Tetapi para peneliti menemukan adanya keterkaitan konsekuensi kesehatan dan psikologis jika anak mengalami pubertas dini.
Berikut ini Popmama.com merangkum dampak pubertas dini terhadap tumbuh-kembang anak, dilansir dari Very Well Family:
1. Tanda pubertas dini anak perempuan
Freepik/lookstudio
Pada anak perempuan, jika mengalami tanda-tanda berikut ini sebelum usia 7-8 tahun, bisa jadi ia mengalami pubertas dini. Tanda-tandanya antara lain:
Pertumbuhan payudara
Tumbuhnya bulu kemaluan atau bulu ketiak
Mengalami growth spurts (lonjakan pertumbuhan) yang signfikan dalam waktu singkat
Mendapat menstruasi pertamanya
Muncul jerawat
Bau badan menyengat
Editors' Pick
2. Tanda pubertas dini anak laki-laki
Freepik/drobotdean
Untuk anak laki-laki yang mengalami tanda-tanda berikut ini sebelum usia 9 tahun, bisa dianggap mengalami pubertas dini:
Pembesaran testis atau penis
Tumbuhnya rambut di kemaluan, ketiak, dan wajah
Mengalami growth spurts (lonjakan pertumbuhan) yang signifikan dalam waktu singkat
Suara terdengar lebih berat
Muncul jerawat
Bau badan menyengat
3. Penyebab pubertas dini
Freepik/Prostooleh
Belum diketahui apa penyebab pasti sebagian anak mengalami pubertas dini. Tetapi para ahli menemukan keterkaitan pubertas dini dengan kondisi-kondisi berikut ini:
Genetika (5% anak laki-laki dan 1% anak perempuan di dunia mewarisi kondisi ini)
Masalah gizi, misalnya obesitas
Polusi lingkungan dan kimia
Masalah struktural di otak atau cedera sistem saraf pusat
Masalah pada ovarium atau kelenjar tiroid, seperti tumor
Namun banyak kasus pubertas dini tidak diketahui apa penyebabnya.
4. Dampak fisik pubertas dini
Freepik/Olga_nikiforova
Seorang anak yang mengalami pubertas dini mungkin pada awalnya terlihat lebih tinggi ketimbang teman-teman sebayanya. Tetapi, ketika masa pubertasnya berakhir, ia akan berhenti tumbuh pula.
Hal ini berdampak pada tinggi tubuh anak. Seorang anak yang mengalami pubertas dini tidak akan mencapai potensi tinggi badan terbaiknya karena kerangka dan pertumbuhan tulang yang sudah berhenti lebih awal dari usia seharusnya.
5. Dampak emosional anak yang mengalami pubertas dini
Freepik/master1305
Setiap anak yang mengalami pubertas dini mungkin akan mengalami periode transisi yang terasa memberatkan bagi mereka. Baik itu dari segi emosional maupun sosial.
Karena faktor hormonal, anak yang mengalami pubertas dini bisa mengalami ledakan emosional dan perubahan suasana hati yang bisa membuat perilaku mereka menjadi lebih agresif.
Tak jarang, perubahan fisik pada anak yang lebih menonjol ketimbang teman-teman seusianya membuat anak tampak berbeda. Inilah yang memicu bullying dari teman-teman sebayanya.
Ketidakmampuan anak mengatasi perubahan yang terjadi pada tubuhnya maupun tekanan dari lingkungan sekitarnya, dapat memicu depresi dan kecemasan pada anak. Tak hanya itu, anak pun rentan memiliki body image yang buruk terhadap dirinya sendiri, yang dapat membuat self-esteem mereka pun menjadi buruk.
Orangtua dengan anak yang mengalami pubertas dini sebaiknya lebih memperhatikan dampak-dampak ini. Keterbukaan anak dan komunikasi yang baik antara orangtua dengan anak dapat mencegah hal-hal ini berkembang buruk yang dapat mempengaruhi tumbuh-kembang anak, terutama dari segi mental.
Apabila mama merasa anak mengalami kesulitan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya, jangan ragu diskusikan dengan dokter anak atau terapis untuk menemukan solusi yang terbaik.