Reactive Attachment Disorder (RAD) pada Anak: Gejala dan Penanganan
Pengabaian di usia dini mengembangkan sikap abai dan tidak responsif pada anak
22 April 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Secara naluriah, bayi dan anak balita akan terikat hubungan dengan orang dewasa yang memberinya perawatan yang konsisten dan penuh kasih sayang. Meski belum bisa mengungkapkan, tetapi bayi sudah dapat mengenali orang dewasa yang melindu dan menenangkan mereka ketika mereka merasa tidak nyaman.
Namun, pada sebagian kasus, bayi berjuang membentuk hubungan yang sehat dengan orang dewasa, karena berbagai faktor.
Akibatnya, mereka dapat mengembangkan sebuah gangguan psikologis yang disebut reactive attachment disorder (RAD).
Apakah itu? Berikut Popmama.com merangkum informasi seputar RAD.
1. Apa itu Reactive Attachment Disorder (RAD)?
Reactive Attachment Disorder (RAD) adalah gangguan pelekatan reaktif merupakan terjadi disfungsi emosional di mana bayi atau anak balita mengalami kesulitan membentuk ikatan dengan orangtua atau pengasuh karena terabaikan atau penganiayaan yang diterima di usia dini, demikian dilansir dari Psychology Today.
Gejala-gejala RAD dapat menyerupai gejala gangguan psikologis lain, sehingga penting dilakukan evaluasi oleh spesialis untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.
Tanpa perawatan yang tepat, RAD dapat menetap bertahun-tahun dalam diri seorang anak.
Editors' Pick
2. Penyebab Reactive Attachment Disorder (RAD)
Penyebab Reactive Attachment Disorder (RAD) dapat terjadi ketika anak tidak mendapatkan perhatian yang stabil dan konsisten dari pengasuhnya. Saat bayi, jika anak tidak menanggapi tangisannya atau tidak direspon atas apa yang terjadi padanya, ia mungkin akan merasakan keterikatan yang tidak sehat.
Selain itu, ada beberapa faktor yang mungkin dapat memicu RAD pada anak, antara lain:
- Ibu yang mengalami depresi, berjuang merawat anaknya sendirian. Akibatnya, ia tidak responsif ketika anak menangis dan tidak cukup mencurahkan perhatian dan kasih sayang padanya.
- Ibu yang mengalami masalah kriminal dan dipenjara. Anak akan tinggal bersama kerabat yang berganti-ganti saat si Ibu dipenjara. Kondisi ini membuat anak tidak pernah berada di rumah yang sama dalam waktu cukup lama untuk membentuk ikatan yang kuat dengan orang dewasa mana pun.
- Orangtua yang bermasalah sehingga sering bertengkar, dan berada di bawah pengaruh alkohol dan narkoba. Di bawah pengaruh alkohol dan narkoba, orangtua tidak dapat memberikan perhatian dan perawatan yang baik pada anak-anaknya.
- Orangtua muda yang tidak memahami perkembangan dasar anak. Mereka tidak punya pengetahuan cukup untuk mengasuh dan memerhatikan sang Anak, baik secara fisik maupun mental.
3. Gejala anak mengalami Reactive Attachment Disorder (RAD)
Untuk memenuhi syarat diagnosis RAD, seorang anak harus menunjukkan pola yang konsisten dalam hal menarik diri secara emosional dari pengasuhnya.
Gejalanya, antara lain:
- Jarang mencari kenyamanan ketika merasa tertekan.
- Jarang merespons kenyamanan saat tertekan.
- Respons sosial dan emosional minimal kepada orang lain.
- Rangkaian perilaku yang menunjukkan kesedihan, ketakutan dan kegelisahan yang tidak dapat dijelaskan meski dalam situasi aman bersama pengasuhnya.
4. Cara menangani anak dengan RAD
Langkah pertama cara menangani dan merawat anak yang mengalami RAD adalah dengan memastikan anak berada dalam lingkungan yang penuh kasih sayang, perhatian, dan stabil. Terapi tidak akan efektif bila anak terus berpindah-pindah pengasuhan.
Stabil yang dimaksud baik dari pola hidup, rutinitas sehari-hari dan stabil secara emosional.
Terapi anak dengan RAD biasanya melibatkan orangtua atau pengasuh utamanya.
Pengasuh perlu dididik tentang apa itu Reactive Attachment Disorder (RAD), diberi informasi tentang bagaimana membangun kepercayaan dan membangun ikatan yang sehat.
Itulah penjelasan Reactive Attachment Disorder (RAD), gejala dan cara penanganannya pada anak yang perlu Mama ketahui.
Bila Mama memiliki kekhawatiran anak memiliki gangguan emosi atau perilaku, bicarakan dengan dokter anak. Dokter anak dapat mengevaluasi dan menentukan rujukan ke layanan profesional kesehatan mental yang sesuai.
Baca Juga:
- Bayi Sering Rewel, Bisa Jadi karena Mengalami Gangguan Proses Sensorik
- 4 Tanda Terselubung pada Anak yang Mengalami Gangguan Makan
- Saat Anak Tantrum, 5 Perilaku Ini Menandakan Adanya Gangguan Mental