Sampai Kapan Anak Boleh Tidur Bersama Orangtua?
Ternyata, semakin dini berpisah tidur, semakin baik untuk perkembangan jiwa anak
16 Oktober 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebelum tidur merupakan momen bonding yang sangat berharga bagi orangtua dan anak. Bahkan, sebagian besar keluarga punya ritual sebelum tidur yang diingat seorang anak hingga ia dewasa.
Saat anak masih bayi hingga batita, tidur bersama orangtua mungkin adalah hal yang wajar. Namun, banyak anak yang merasakan ketergantungan tidur bersama orangtua hingga akhirnya mereka mengalami kesulitan untuk keluar dari kebiasaan ini karena merasa sangat cemas harus tidur sendiri.
Lalu, sampai kapankah batas anak boleh tidur bersama orangtua? Apa dampaknya jika anak tidur dengan orangtua hingga jelang remaja? Berikut penjelasan Popmama.com dilansir dari motheroflife.com:
Kapankah Batasan Umur Anak Masih Boleh Tidur Bersama Orangtua?
Sebetulnya, tidak ada patokan usia kapan anak harus belajar tidur sendiri. Namun, sebaiknya dimulai sejak dini, segera setelah anak disapih. Segera sebelum usia 2 tahun adalah waktu yang tepat agar di kemudian hari anak lebih mudah belajar tidur sendiri. Semakin besar anak, akan semakin sulit mengatasi kecemasan menghadapi waktu tidur.
Dari polling yang diadakan oleh Mother, 40 persen ibu berpendapat bahwa anak harus tidur sendiri di usia 3-5 tahun, sementara 34 persen ibu berpendapat usai 6-8 tahun adalah waktu yang tepat memisahkan anak dari kamar orangtua. 24 persen sisanya menganggap bahwa seharusnya anak sudah dibiasakan tidur terpisah bahkan sejak bayi.
Editors' Pick
Orangtua Butuh Ruang dan Waktu Intimnya Sendiri
Psikolog Louise Mauriello dari Clinique de psychologie di Blainville, Kanada, tidak sepakat dengan ide anak masih tidur bersama orangtua selepas usia bayi. Terutama menyangkut kebutuhan intim Mama dan Papa.
Orangtua memang bisa bercinta di tempat lain, tetapi momen intim ini bukan hanya menyangkut masalah bercinta. Mama dan Papa membutuhkan ruang dan waktu untuk mendekatkan diri dan bermanja satu sama lain tanpa diganggu anak. Dan ruang tidur adalah tempat yang tepat untuk melakukan rutinitas ini setiap harinya, di penghujung hari.
"Para ayai yang biasanya merasa lebih frustrasi dengan kebiasaan ini. Sementara para Ibu menganggap keberadaan anak di tempat tidur adalah bagian kedekatannya dengan anak. Padahal, seharusnya di tempat tidur, peranan perempuan sudah berganti, dari ibu menjadi seorang istri. Begitu pula sebaliknya," ujar Mauriello.
Anak Harus Belajar Melepaskan Keterikatan
Secara psikologis dan perkembangan seksual anak, ternyata hal ini bisa berpengaruh besar. Dengan memberikan kesempatan anak mengakses tempat privat orangtua, itu artinya memberikan akses keintiman yang bukan merupakan 'jatah' sang Anak.
Ruang tidur, terutama tempat tidur, merupakan tempat istimewa bagi orangtua, kaya akan simbol dan anak akan merasakannya. Anak harus belajar untuk meninggalkan 'cinta pertama mereka', yaitu orangtua yang berlawanan jenis dengannya dan mengakhiri persaingan dengan orangtua yang sesama jenis. Jika mereka berada di ranjang yang sama, hal ini akan membuatnya kebingungan.
"Di masa depan, anak akan merasa ketergantungan terhadap sosok ayah atau ibunya. Anak perempuan akan menginginkan kehangatan sosok seperti ayahnya dan menolak kehadiran karakter laki-laki lain dalam hidupnya," ujar Mauriello.
Saling Menghormati Batasan Privasi Sejak Dini
Dengan memiliki ruang tidur sendiri dan menepati aturan tidur terpisah ini, anak akan belajar soal batasan privasi orangtua. Begitu pula orangtua harus belajar soal batasan privasi akan yang akan terus berubah seiring bertambahnya usia.
Saat anak mulai remaja, ia akan menyadari identitas seksual dan perubahan fisiknya. Jika dulunya di usia 10 tahun anak baru mengalami puber, zaman sekarang fase ini datang lebih cepat, bahkan di usia 7 tahun. Tentu saja rasanya tak nyaman bagi anak maupun orangtua yang berbeda jenis kelamin, saat berada dalam tempat tidur yang sama sementara anak mulai mengalami mimpi basah atau menstruasi pertamanya.
Walaupun tidak ada hukum negara yang mengaturnya, tetapi sebaiknya hal ini menjadi perhatian orangtua sejak awal karena jika tidak, masalah ini akan menjadi area abu-abu yang akan berdampak besar pada psikologis anak di kemudian hari.
Perlu diingat, dengan tidak tidur bersama dalam satu ruang dan tempat tidur yang sama, bukan berarti kedekatan antara anak dan orangtua berkurang lho, Ma. Masih banyak cara lain yang bisa dilakukan untuk terus mengembangkan kedekatan antara orangtua dengan anak, dengan komunikasi yang solid atau pun aktivitas sehari-hari.
Bagaimana pendapat Mama? Di usia berapakah Mama mulai memberlakukan aturan tidur terpisah bagi anak Mama?
Baca Juga:
- Susah Tidur Sendiri? Ikuti Sleep Training untuk Anak 3 Tahun
- Haruskah Anak-anak Berbagi Kamar Tidur? Ini Pro dan Kontranya, Ma
- Sleep Regression, Penyebab Bayi Terbangun di Tengah Tidurnya