5 Tanda Anak Pemarah yang Perlu Mendapat Perhatian Khusus
Kemarahannya meledak-ledak dan sudah mengganggu keharmonisan relasi antar keluarga
2 Oktober 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap orang pasti pernah marah. Rasa amarah adalah sebuah emosi yang normal dan hal ini bukanlah hal yang salah karena justru amarah yang tak tersalurkan bisa jadi membahayakan.
Sebagian anak memang punya emosi yang meledak-ledak. Rasa amarahnya membuatnya sulit menikmati keseharian dengan menyenangkan. Mereka mudah terpancing emosi saat bermain games dengan saudara atau teman, mereka berkelahi jika tak mendapatkan apa yang diinginkan dan tidak bisa dilarang melakukan sesuatu yang tidak sepatutnya dilakukan.
Meskipun umum bagi balita mengalami tantrum dan berperilaku agresif, penting mengawasi perilaku yang melampaui kenormalan anak-anak. Popmama.com merangkum 5 tanda peringatan yang mengindikasikan kemarahan anak perlu mendapatkan penanganan profesional, dilansir dari verywellfamily.com:
1. Ledakan amarah mengganggu relasi dengan orang lain
Memukul saudara atau teman sesekali adalah reaksi normal pada anak kecil. Tetapi jika ledakan kemarahan membuat relasinya dengan orang lain, hal ini perlu mendapatkan perhatian. Sikap anak bisa mengganggu kemampuannya mengembangkan hubungan yang sehat dengan anggota keluarga.
Selesaikan segera masalah ini. Jika tidak, anak berpotensi mengalami kesulitan jangka panjang dalam bersosialiasi dengan lingkungan sosial dan tentu masalah ini menyulitkannya semakin ia beranjak dewasa.
Editors' Pick
2. Perilaku anak mengganggu keharmonisan keluarga
Jika kegiatan sehari-hari keluarga terganggu karena ledakan kemarahan anak Anda, hal ini tidak sehat bagi siapapun anggota keluarga di dalamnya. Lebih buruk lagi, jika anggota keluarga lain terpancing menjadi marah karena sikap anak. Suasana di rumah menjadi buruk, memanas dan menjadi tidak aman karena sewaktu-waktu anak bisa marah, bahkan karena hal kecil.
Menuruti kemauannya memang adalah solusi agar situasi mereda sementara. Tetapi hal ini akan mengarah pada masalah jangka panjang yang lebih buruk.
3. Menggunakan agresi sebagai alat pengendali
Agresi harus menjadi pilihan terakhir. Tetapi, pada anak dengan problem kemarahan, memukul merupakan garis pertahanan pertama. Ia mungkin menggunakan agresi sebagai cara memenuhi kebutuhannya.
Ajarkan pada anak tentang label emosi dan mengutarakannya lewat kata-kata yang baik. Hal ini penting untuk mengajarkan ketrampilan pada anak bahwa tidak perlu perilaku agresif untuk menunjukkan perasaan marah.
4. Amukan amarah tidak sesuai usia
Untuk anak usia 2 tahun, marah dengan membanting diri ke lantai dan menendang-nendang adalah hal yang cukup normal. Tetapi jika anak usia 8 tahun melakukannya, hal ini harus segera diatasi. Frekuensi meltdown harus berkurang seiring bertambahnya usia anak.
Jika amarah anak semakin memburuk, itu adalah tanda peringatan bahwa ia kesulitan mengatur emosinya. Anak butuh dibantu dan dilatih terus untuk membantunya mengungkapkan perasaan dengan cara yang sesuai dengan usia.
5. Toleransi rendah terhadap rasa frustrasi
Semakin anak tumbuh dewasa, mereka harus memiliki kemampuan untuk mentolerir hal yang membuatnya frustrasi. Jika anak usia 7 tahun mengobrak-abrik mainan ketika kreasinya ambruk, atau anak usia 9 tahun marah dan menyobek lembar bukunya setiap kali membuat kesalahan pada PR-nya, ini merupakan pertanda ia perlu bantuan melatih toleransi frustrasi.
Jika Mama dan Papa berjuang membuat anak yang pemarah agar lebih baik, pertimbangkan mencari bantuan dari profesional. Psikolog atau terapis dapat membantu Mama mengajarkan strategi manajemen kemarahan anak Anda. Mereka juga dapat mengatasi masalah mendasar yang mungkin dihadapi anak Anda.
Semoga informasi ini dapat membantu ya, Ma.
Baca juga:
- Tips 5 Membesarkan Anak Lelaki Agar Memiliki Kecerdasan Emosi
- Sering Memarahi Anak di Depan Umum? Inilah 5 Dampak Buruknya
- Wajib Tahu: 8 Efek Negatif dari Terlalu Sering Memarahi Anak