Tanda-Tanda Pengasuhan Narsistik Orangtua, Sering Tidak Disadari
Jika tidak segera ditangani, pola pengasuhan ini bisa sebabkan trauma yang merampas kebahagiaan anak
21 Oktober 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap orangtua memiliki caranya sendiri dalam mengasuh anaknya. Tentu saja semua orangtua ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Tetapi terkadang orangtua tidak menyadari bahwa pola pengasuhan yang terbaik dimulai dari kesehatan mental orangtua itu sendiri.
Salah satu pola pengasuhan yang bermasalah yang bersumber pada kepribadian orangtua adalah gangguan kepribadian narsistik. Gangguan ini dapat merampas kebahagiaan anak dan berdampak besar terhadap perkembangan mental anak sampai ia dewasa.
Berikut ini Popmama.com merangkum informasi yang penting diketahui orangtua seputar pengasuhan narsistik orangtua, dilansir dari Firstcry:
1. Apa itu gangguan kepribadian narsistik orangtua?
Gangguan kepribadian narsistik adalah gangguan di mana orangtua menilai dirinya sendiri terlalu tinggi. Ini bukanlah bentuk harga diri atau kepercayaan diri yang tinggi. Tetapi gangguan ini membuat orangtua mengabaikan ketulusan terhadap orang lain demi dirinya sendiri.
Editors' Pick
2. Bentuk pola pengasuhan narsistik orangtua
Orangtua yang mengalami gangguan kepribadian narsistik ini senang berbicara tentang diri sendiri dan tidak menunjukkan minat pada apa yang dilakukan orang lain. Terlepas dari bagaimana mereka akhirnya membantu sang Anak.
Orangtua yang pola pengasuhan narsistik ini kurang dalam berempati ketika membesarkan anak-anaknya. Mereka senang mengontrol dan mengekang anaknya, tanpa memperdulikan kebahagiaan anak sekecil apapun itu.
Tak jarang, orangtua yang narsistik ini menginginkan anaknya sukses dalam pelajaran atau bidang lain karena hal itu akan membuatnya merasa bangga. Tetapi orangtua tidak memerhatikan kesejahteraan emosional sang Anak.
Ketika anak menceritakan masalah yang dialaminya atau perasaannya, orangtua yang narsis mengabaikan cerita anak dan perasaannya. Alih-alih memvalidasi perasaan anak, orangtua ini justru membandingkan apa yang dialami anak dengan apa yang dialaminya, seperti, "Mama itu jauh lebih menderita daripada kamu ketika membesarkan kamu," dan sebagainya.
3. Dampak pola pengasuhan narsistik orangtua terhadap perkembangan anak
Anak-anak dari orangtua yng narsistik ini harus hidup dengan trauma psikologis yang mendalam. Mereka mengalami luka batin dan memiliki kenangan buruk tentang hidup.
Ketika anak-anak ini akhirnya tumbuh dewasa, mereka harus berusaha bangkit melupakan hal-hal buruk yang ditimbulkan oleh orangtua mereka sendiri. Mereka harus belajar menyesuaikan diri dan melihat kembali nilai diri mereka di masyarakat untuk memulihkan kesehatan emosionalnya.
Ciri anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan narsistik orangtua:
- Tidak percaya pada penilaian orang lain
- Selalu merasa ragu, khawatir, panik, dan terus-menerus takut gagal atau mengecewakan orang lain
- Tidak bisa menerima bahwa setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan melakukan kesalahan sama artinya dengan akhir dunia
- Bereaksi berlebihan terhadap masalah kecil atau membuat asumsi yang terlalu cepat tentang orang lain
- Merasa terus-menerus dimanipulasi
- Selalu merasa tidak cukup baik
- Menghadapi perasaan cemburu dan benci dari orangtua ketika mereka berhasil di sekolah atau kegiatan sosial
- Tidak dapat memproses rasa bahagia karena terbiasa direndahkan atau disepelekan
- Tidak dapat menghargai diri sendiri ketika melakukan suatu pekerjaan dengan baik
- Menderita masalah kesehatan mental seperti post traumatic stress disorder (PTSD)
4. Apa yang bisa dilakukan orangtua untuk menolong diri sendiri?
Sebagian orangtua mungkin tidak menyadari ada yang salah dengan dirinya selama ini. Kami memahami itu kok, Ma. Apabila saat ini mama merasa ciri-ciri di atas ada pada mama, papa, atau orang terdekat mama dan terbuka untuk perubahan, tak ada salahnya meminta bantuan profesional.
Penyebab utama orangtua narsistik disebabkan karena traumanya dan kenangan buruk di masa kecil. Bisa jadi sang Orangtua dibesarkan dengan pola pengasuhan yang sama, sehingga tanpa disadari ketika memiliki anak, sang Orangtua melakukannya pula.
Jangan sampai hal ini menjadi lingkaran setan yang terus diwariskan ke generasi-generasi setelahnya. Konsultasikan dengan terapis sebagai langkah awal untuk kembali berhubungan dengan inner child atau mencari tahu apa yang menyebabkan hal ini terjadi.
5. Hargai anak sebagai individu yang memiliki dirinya sendiri
Orangtua yang narsistik merasa bahwa ia sudah memberikan yang terbaik bagi anak. Padahal, kebahagiaan tiap orang itu berbeda-beda. Satu yang harus disadari orangtua adalah anak adalah individu yang untuk, yang memiliki dirinya sendiri. Bukan orangtua yang memiliki dirinya.
Mulailah dengan mengapresiasi pencapaian-pencapain kecil anak. Berikan pujian yang spesifik dan katakan bagaimana mama memperhatikan proses yang dilaluinya selama ini. Ini akan membuatnya merasa benar-benar dihargai.
Tunjukkan empati dan cobalah melihat dari sudut pandang anak. Bayangkan mama yang ada di posisi anak. Ingatlah bahwa setiap perasaan itu valid, begitu pula dengan kebahagiaan, kesedihan, atau pun hari-hari buruk yang dialami anak.
Hubungan orangtua-anak memang tidak semudah yang terlihat. Terkadang orangtua perlu berbesar hati mengakui bahwa ada hal yang harus dibereskan dari luka-luka di masa lalunya agar tidak menjadi ganjalan bagi perkembangan anak di kemudian hari.
Semoga informasi ini dapat memberikan wawasan dan manfaat ya, Ma.
Baca juga:
- 10 Tanda Orangtua Melakukan Helicopter Parenting, Sering Tak Disadari
- Berbagi Gentle Parenting, Ini 10 Potret Kedekatan Anak-Anak Rosie
- Yuk Berkenalan dengan Paralel Parenting Pola Asuh Pasca Penceraian