Bermain, bagi orang dewasa merupakan sarana untuk rileksasi dan rekreasi. Namun, ternyata esensi bermain tidaklah sesimpel itu bagi anak-anak.
Sebuah jurnal yang dipublikasikan oleh The American Academy of Pediatrics yang ditulis oleh Kenneth R.Ginsburg dan timnya, menemukan bahwa bermain merupakan komponen esensial dari perkembangan otak yang sehat. Temuan ini turut memperkuat observasi sosiolog asal Amerika bernama Mildred Parten Newhall. Parten mengkategorikan enam tipe permainan penting untuk perkembangan anak. Apa sajakah itu? Berikut Popmama.com merangkumnya dari healthline.com:
1. Unoccupied play (permainan bebas)
freepik.com
Tipe permainan ini tidak melibatkan anak dalam pola permainan tertentu, tetapi membuat bayi merespon rangsangan lewat gerakan tubuh sebagai bentuk ketertarikannya. Tipe permainan ini cocok untuk bayi-bayi berusia kurang dari 12 bulan.
Mama bisa memberikan boneka untuk dipeluk atau ditendang, rattle untuk digoyang-goyangkan atau pun mainan yang menimbulkan suara bergemerincing. Hindari mainan yang berukuran terlalu kecil atau terlalu besar, mengeluarkan cahaya mencolok dan bersuara terlalu nyaring.
2. Independent or solitary play (permainan mandiri)
Art.com
Ini adalah tipe permainan yang dilakukan anak seorang diri, tanpa campur tangan rekan sebayanya atau pun orang dewasa. Tahapan ini ternyata sangat penting lho, Ma. Si Kecil mulai menemukan kesibukan yang membuatnya fokus dan mencari apa yang nyaman bagi dirinya sendiri. Karena tak ada orang yang terlibat dalam kesibukannya, anak akan mandiri dalam menyelesaikan permainan.
Kegiatan yang mewakili tipe ini, antara lain membaca buku, bermain menyusun balok, bermain mobil-mobilan atau kereta dan mainan imajinatif lainnya.
Editors' Pick
3. Onlooker play (permainan mengamati)
Pixabay/1494202
Tidak semua permainan harus melibatkan diri anak di dalamnya. Onlooker play atau permainan mengamati, misalnya. Anak hanya mengamati anak lainnya bermain, dan ternyata hal ini turut berkontribusi dalam perkembangan anak lho, Ma.
Saat anak mengamati anak lain bermain, ia sesungguhnya sedang berusaha memahami aturan mainan yang baru, melihat situasi sebelum akhirnya berani berinteraksi dengan teman-temannya yang terlibat dalam permainan tersebut.
Biasanya kegiatan yang mewakili tipe ini banyak terjadi pada permainan di luar rumah, seperti mengamati anak yang bermain lompat tali atau petak umpet.
4. Parallel play (permainan parallel)
Freepik
Anak akan mengalami masa transisi, dari permainan mandiri ke permainan asosiatif dan kelompok. Di masa transisi inilah, permainan parallel mengambil alih. Anak cenderung fokus dan asyik bermain dengan mainannya sendiri walaupun sedang bersama teman-temannya.
Meskipun begitu, bukan berarti anak sibuk dengan dunianya sendiri. Biasanya anak akan tetap berinteraksi dengan teman-temannya, membahas tentang asyiknya mainannya masing-masing.
5. Assosiative play (permainan asosiatif)
Pexels/Di Lewis
Semakin bertambah usia, anak akan semakin tertarik dengan permainan asosiatif yang melibatkan kelompok dan aturan permainan. Ia akan bersemangat mengikuti gerakan dan sistem permainan yang sedang dimainkan walaupun belum sepenuhnya mengerti cara dan aturan permainan tersebut.
Kegiatan yang mewakili tipe ini: bermain LEGO duplo, petak umpet, bermain warna dan tekstur dengan krayon, lem berwarna, dan sebagainya.
6. Cooperative play (permainan kooperatif)
caterina.net
Yang terakhir adalah permainan kooperatif yang melibatkan kelompok dan aturan permainan yang lebih kompleks. Permainan ini biasanya dilakukan anak yang lebih besar atau yang sudah sekolah.
Permainan kooperatif melibatkan semua ketrampilan sosial anak. Antara lain: komunikasi, koordinasi, menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan. Jika anak sudah mencapai tahap permainan ini, saat yang tepat melibatkan anak dalam olahraga kelompok, seperti basket atau sepakbola.
Bermain bukanlah sekadar kegiatan senang-senang. Di baliknya, seorang anak akan mengembangkan kemampuan kognitif, sosial dan fisiknya. Penting untuk terus mengeksplorasi dan memberikan variasi permainan, terutama di masa sekarang, di mana anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain di balik layar gadgetnya.
Semoga informasi ini menjadi inspirasi keluarga ya, Ma!