11 Contoh Bioteknologi Konvensional dan Manfaatnya
Halo Ma! Apa Mama pernah mendengar mengenai bioteknologi konvensional? Jika belum tau, mungkin inilah saatnya Mama mengetahuinya. Yuk baca sampai tuntas karena aku akan membahas 11 Contoh Bioteknologi Konvensional dan Manfaatnya untuk menambah pengetahuan Mama.
11 Contoh Bioteknologi Konvensional dan Manfaatnya
Bioteknologi konvensional, sebagai suatu cabang ilmu, memainkan peran integral dalam sejarah manusia, menyumbang pada peningkatan kualitas hidup dan pembentukan kesejahteraan masyarakat. Seiring berjalannya waktu, kontribusinya meluas ke berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mencakup sektor pangan hingga bidang medis.
Dalam penerapannya, bioteknologi konvensional menggunakan mikroorganisme seperti bakteri atau jamur secara langsung. Enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme ini terlibat dalam proses fermentasi, menciptakan produk atau jasa yang diinginkan tanpa memerlukan manipulasi teknik yang rumit.
Bioteknologi konvensional mengacu pada teknik-teknik tradisional yang digunakan untuk mendapatkan manfaat tertentu.
Berikut adalah beberapa manfaat dari bioteknologi konvensional:
- Bioteknologi konvensional berkontribusi dalam meningkatkan kandungan gizi pada produk pangan seperti makanan dan minuman.
- Melalui penerapan bioteknologi tradisional, industri pertanian dapat mengalami peningkatan sebagai komoditas produksi dan industri perdagangan.
- Penambahan Lapangan Pekerjaan dan Peningkatan Pendapatan Masyarakat.
- Penerapan bioteknologi tradisional memberikan dorongan positif terhadap promosi produk industri dalam negeri.
Contoh Produk Bioteknologi Konvensional
Penerapan bioteknologi konvensional telah menyentuh berbagai sektor kehidupan manusia, termasuk pangan, pertanian, peternakan, kesehatan, dan obat-obatan. Berikut adalah beberapa contoh produk bioteknologi konvensional beserta penjelasan tentang cara pembuatannya:
1. Antibiotik
Antibiotik, produk medis yang berasal dari jamur dan bakteri, kini juga dapat diproduksi secara sintetis. Contohnya adalah penisilin dan streptomisin, yang bekerja untuk mengobati infeksi bakteri dan, dalam beberapa kasus, infeksi protozoa.
2. Hidroponik
Hidroponik, metode pertanian tanpa tanah, menggunakan media seperti batu apung, kerikil, sekam padi, serbuk gergaji, dan wol batu. Metode ini dapat diterapkan dalam skala kecil maupun besar di daerah perkotaan, memanfaatkan air sebagai media nutrisi tanaman tanpa menggunakan tanah.
3. Keju
Keju dihasilkan melalui proses koagulasi yang memisahkan padatan dari susu. Bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus digunakan untuk proses penebalan, sementara enzim renin yang dihasilkan oleh bakteri menyebabkan penggumpalan protein susu dan pembentukan dadih, yang kemudian melalui proses pematangan dan pengemasan menjadi produk olahan keju.
4. Mentega
Mentega dibuat dari susu dengan menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis. Bakteri ini memicu pengasaman susu, dan proses pemisahan lemak padat dari cairan susu menghasilkan mentega instan.
5. Minuman Beralkohol
Minuman beralkohol seperti tuak, sake, anggur, dan bir dihasilkan melalui fermentasi menggunakan mikroorganisme seperti Aspergillus oryzae, Saccharomyces cerevisiae, dan Saccharomyces ayanus.
6. Nata de Coco
Nata de coco, produk bioteknologi dari ekstrak kelapa atau air kelapa, dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum. Massa putih halus terbentuk dari serat hemiselulosa pada permukaan media cair tempat bakteri hidup.
7. Roti
Pembuatan roti memerlukan mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae yang memfermentasi gula dalam adonan menjadi CO2 dan alkohol, menyebabkan adonan mengembang dan memberikan tekstur khas serta kelembutan pada roti.
8. Teh Kombucha
Teh kombucha, minuman fermentasi dari larutan teh, melibatkan kultur mikroba. Enzim tetes tebu, sebagai produk sampingan dari produksi gula tebu, digunakan dalam penyeduhan teh untuk memberikan kandungan asam organik dan gula yang tinggi sebagai sumber nutrisi selama fermentasi. Kultur teh Kombucha mengandung berbagai bakteri dan ragi yang memberikan manfaat kesehatan, seperti mengobati stres, pengerasan pembuluh darah, dan lainnya.
9. Tempe
Tempe, makanan tradisional Indonesia, telah menjadi pilihan favorit dengan nilai gizi yang tinggi. Kandungan protein yang cukup tinggi menjadikannya sebagai sumber protein nabati alternatif yang baik. Proses pembuatan tempe melibatkan teknik fermentasi dengan menumbuhkan jamur Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus pada kedelai, di mana jamur menghasilkan filamen yang disebut hifa.
10. Vaksin
Vaksin, yang meningkatkan kekebalan tubuh, dapat bersifat profilaksis atau terapeutik. Proses pemberian vaksin, disebut vaksinasi, umumnya dilakukan dengan menyuntikkan vaksin ke dalam otot untuk mencegah penyakit atau memperbaiki efek infeksi di masa depan.
11. Yogurt
Yogurt, minuman susu fermentasi, diproduksi dengan menggunakan bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus. Bakteri ini mengubah laktosa menjadi asam laktat, serta menyebabkan pemecahan protein susu, yang pada akhirnya membuat yogurt memiliki rasa asam dan tekstur yang kental.
Nah itu dia pembahasan mengenai 11 Contoh Bioteknologi Konvensional dan Manfaatnya. Gimana Ma? Sekarang Mama sudah pahamkan dengan bioteknologi konvensional?
Baca juga: