Biografi R.A Kartini, Pahlawan Emansipasi Perempuan Indonesia

group-image

Siapa sih yang gak kenal sama sosok pahlawan yang bisa membuat banyak perempuan saat ini bersekolah setinggi mungkin? Yaps, tentunya ibu Kartini. Raden Ajeng Kartini atau yang dikenal dengan R.A Kartini merupakan tokoh nasional yang semangat dan tekun dalam memperjuangkan hak perempuan.

Tanggal 21 April yang setiap tahunnya kita rayakan sebagai hari Kartini, merupakan wujud penghargaan atas perjuangan Ibu Kartini semasa hidupnya. Nah, supaya Mama, Papa, dan si Kecil bisa mengenal R.A Kartini lebih dalam. Berikut akan aku sharing tentang Biografi R.A Kartini, Pahlawan Emansipasi Perempuan Indonesia. Check this out!

Biografi R.A Kartini, Pahlawan Emansipasi Perempuan Indonesia

Sejarah singkat R.A Kartini

Ibu Kartini yang lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879 ini lahir dari keluarga bangsawan atau priyayi Jawa di Jepara. Pada waktu dulu, R.A Kartini bersekolah di Europesche Lagere School tepatnya tahun 1855. Ia bisa bersekolah di sana karena merupakan keturunan bangsawan.

Pada zaman dahulu, perempuan sangatlah susah untuk menuntut ilmu dan masuk ke sekolah karena tradisi yang dianut oleh masyarakat. Mereka beranggapan bahwa perempuan tidak butuh pendidikan tinggi. Selain itu, anak-anak pribumi juga sering mendapatkan perlakuan diskriminatif dan dipandang rendah oleh guru dan siswa Belanda lainnya.

Melihat hal tersebut, Kartini justru semakin bersemangat untuk memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Perjuangan Kartini pun sangatlah tidak mudah karena ia harus melawan kemauan ayahnya yang melarang ia untuk melanjutkan pendidikan di HBS Semarang.

DI umurnya yang baru menginjak 12 tahun, Kartini dipaksa untuk mempelajari aturan putri bangsawan seperti berjalan setapak, menundukkan kepala apabila bertemu orang yang lebih tua, dan harus berbicara dengan suara halus dan lembut.

Gak sampai disitu saja, Kartini juga dipingit oleh kedua orang tuanya. Ia tidak boleh keluar rumah sama sekali, termasuk pergi ke sekolah. Hal tersebut bertujuan agar ia bisa belajar dan menyiapkan dirinya untuk menikah dan menjadi ibu rumah tangga.

Meskipun tidak bisa melawan kehendak orangtuanya, Kartini tidak diam saja. Ia selalu berkirim surat dengan sahabatnya untuk mempelajari pemikiran baru. Selain itu, ia juga menulis banyak catatan yang berisikan pandangan hidup yang bisa dicontoh masyarakat. Mengikuti kemauan orangtua yang lebih memilih menikah daripada menuntut ilmu, Kartini tetap berjuang agar perempuan lain bisa menempuh pendidikan yang tinggi.

 

Perjuangan R.A Kartini

Pada tanggal 8 Agustus 1901, Direktur Departemen Pendidikan, Kerajinan, dan Agama J.H. Abendanon mengunjungi Jepara. Ia menyampaikan, ada rencana pendirian sekolah asrama atau kostchool untuk gadis bangsawan. Kartini mendukung rencana ini dengan harapan perempuan menyadari hak mereka selama ini terampas. Meskipun kemauan dari Kartini didukung oleh Abendanon, namun banyak bupati yang menolak surat yang berisi perizinan sekolah khusus perempuan tersebut.

Namun, akhirnya perjuangan Kartini bisa mulai terlihat. Ketika ia diundang oleh Abendanon ke Batavia, Kartini ditawarkan melanjutkan studinya dengan menjadi guru. Hal tersebut pun disetujui oleh Kartini dan ayahnya. Setelah mengurus banyak dokumen dan perizinan, Kartini dan adiknya berhasil mendirikan sekolah untuk anak-anak perempuan pada 1903.

Sekolah tersebut berlokasi di pendopo kabupaten. Kegiatan belajar mengajar berlangsung selama empat kali dalam seminggu yakni hari Senin sampai dengan Kamis pada jam 8 pagi – 12 siang. Ternyata, semenjak ia berhasil membuka sekolah, banyak masyarakat yang berminat untuk menyekolahkan anak perempuannya.

Setahun setelahnya, keluarga dan masyarakat harus berduka atas meninggalkan R.A Kartini. Sekolah yang dibangunnya pun sedikit mengalami masalah sejak saat itu. Namun, hal tersebut diatasi oleh keluarga Bendanon dan Nyonya Van Deventer. Mereka berhasil membangun beberapa sekolah di kota lain dengan nama Sekolah Kartini.

 

Buku karya R.A Kartini

Dalam terus melanjutkan mimpi R.A Kartini, Abendanon membuat sebuah buku yang berjudul Door Duisternis tot Licht yang artinya Dari Kegelapan Menuju Cahaya pada tahun 1911. Buku tersebut ternyata berisikan kumpulan surat yang ditulis langsung oleh Kartini.

Satu tahun setelahnya, Balai Pustaka menerbitkan buku tersebut namun diganti dengan judul dari bahasa Melayu yang sampai saat ini menjadi kalimat khas sepeninggalan Ibu Kartini, yakni “ Habis Gelap Terbitlah Terang.”

Siapa sangka, buah dari perjuangan yang dilakukan Kartini berhasil juga. Perempuan berdarah bangsawan yang rela melakukan segala cara agar bisa meninggikan derajat perempuan sehingga bisa melanjutkan pendidikan setara dengan laki-laki.

 

Fakta Menarik R.A Kartini

1. Pintar dan lancar berbahasa Belanda

Kartini mahir berbahasa Belanda dan memiliki tata bahasa yang sangat bagus, hal tersebut dikarenakan ia selalu mengisi waktu dengan banyak membaca buku. 

2. Bersedia menikah dan mengikuti kemauan orangtua agar bisa memperjuangkan hak perempuan

Kartini bersedia dijodohkan asal ayahnya menyetujui sejumlah syarat. Yaitu, ia harus diperbolehkan mendirikan sekolah untuk anak-anak perempuan, diperbolehkan mengajar, dan boleh menggapai cita-citanya untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan.

3. Seorang pebisnis yang mendirikan bengkel ukir kayu

Kartini juga mendirikan sebuah bengkel ukir kayu untuk para pemuda di Rembang. Ia berhasil membuktikan bahwa apa pun jalan yang dipilih tidak akan menghalangi jalan untuk mewujudkan impian. 

4. Terdapat museum Kartini yang berlokasi di Jepara

Di Jepara, tepatnya di Desa Panggang, Kecamatan Jepara, ada Museum R.A Kartini yang didirikan pada 30 Maret 1975. Museum tersebut berisikan benda-benda peninggalan Kartini.

5. Benci dengan tata cara hidup feodal Jawa

Meskipun lahir sebagai keturunan berdarah biru dari sang ayah, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, Kartini benci dengan tata cara hidup feodal Jawa. Ia pun lebih suka dipanggil “Kartini” ketimbang “Raden Adjeng Kartini”.

Itu dia rangkuman tentang Biografi R.A Kartini, Pahlawan Emansipasi Perempuan Indonesia. Yuk, jangan takut untuk terus melanjutkan pendidikan sampai tinggi. Semoga bermanfaat!

 

Baca juga :

Komentar
Siapa sih yang gak kenal sama sosok pahlawan yang bisa membuat banyak perempuan saat ini bersekolah setinggi mungkin? Yaps, tentunya....

Siapa sih yang gak kenal sama sosok pahlawan yang bisa membuat banyak perempuan saat ini bersekolah setinggi mungkin? Yaps, tentunya ibu Kartini. Raden Ajeng Kartini atau yang dikenal dengan R.A Kartini merupakan tokoh nasional yang semangat dan tekun dalam memperjuangkan hak perempuan.

Tanggal 21 April yang setiap tahunnya kita rayakan sebagai hari Kartini, merupakan wujud penghargaan atas perjuangan Ibu Kartini semasa hidupnya. Nah, supaya Mama, Papa, dan si Kecil bisa mengenal R.A Kartini lebih dalam. Berikut akan aku sharing tentang Biografi R.A Kartini, Pahlawan Emansipasi Perempuan Indonesia. Check this out!

Biografi R.A Kartini, Pahlawan Emansipasi Perempuan Indonesia

Sejarah singkat R.A Kartini

Ibu Kartini yang lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879 ini lahir dari keluarga bangsawan atau priyayi Jawa di Jepara. Pada waktu dulu, R.A Kartini bersekolah di Europesche Lagere School tepatnya tahun 1855. Ia bisa bersekolah di sana karena merupakan keturunan bangsawan.

Pada zaman dahulu, perempuan sangatlah susah untuk menuntut ilmu dan masuk ke sekolah karena tradisi yang dianut oleh masyarakat. Mereka beranggapan bahwa perempuan tidak butuh pendidikan tinggi. Selain itu, anak-anak pribumi juga sering mendapatkan perlakuan diskriminatif dan dipandang rendah oleh guru dan siswa Belanda lainnya.

Melihat hal tersebut, Kartini justru semakin bersemangat untuk memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Perjuangan Kartini pun sangatlah tidak mudah karena ia harus melawan kemauan ayahnya yang melarang ia untuk melanjutkan pendidikan di HBS Semarang.

DI umurnya yang baru menginjak 12 tahun, Kartini dipaksa untuk mempelajari aturan putri bangsawan seperti berjalan setapak, menundukkan kepala apabila bertemu orang yang lebih tua, dan harus berbicara dengan suara halus dan lembut.

Gak sampai disitu saja, Kartini juga dipingit oleh kedua orang tuanya. Ia tidak boleh keluar rumah sama sekali, termasuk pergi ke sekolah. Hal tersebut bertujuan agar ia bisa belajar dan menyiapkan dirinya untuk menikah dan menjadi ibu rumah tangga.

Meskipun tidak bisa melawan kehendak orangtuanya, Kartini tidak diam saja. Ia selalu berkirim surat dengan sahabatnya untuk mempelajari pemikiran baru. Selain itu, ia juga menulis banyak catatan yang berisikan pandangan hidup yang bisa dicontoh masyarakat. Mengikuti kemauan orangtua yang lebih memilih menikah daripada menuntut ilmu, Kartini tetap berjuang agar perempuan lain bisa menempuh pendidikan yang tinggi.

 

Perjuangan R.A Kartini

Pada tanggal 8 Agustus 1901, Direktur Departemen Pendidikan, Kerajinan, dan Agama J.H. Abendanon mengunjungi Jepara. Ia menyampaikan, ada rencana pendirian sekolah asrama atau kostchool untuk gadis bangsawan. Kartini mendukung rencana ini dengan harapan perempuan menyadari hak mereka selama ini terampas. Meskipun kemauan dari Kartini didukung oleh Abendanon, namun banyak bupati yang menolak surat yang berisi perizinan sekolah khusus perempuan tersebut.

Namun, akhirnya perjuangan Kartini bisa mulai terlihat. Ketika ia diundang oleh Abendanon ke Batavia, Kartini ditawarkan melanjutkan studinya dengan menjadi guru. Hal tersebut pun disetujui oleh Kartini dan ayahnya. Setelah mengurus banyak dokumen dan perizinan, Kartini dan adiknya berhasil mendirikan sekolah untuk anak-anak perempuan pada 1903.

Sekolah tersebut berlokasi di pendopo kabupaten. Kegiatan belajar mengajar berlangsung selama empat kali dalam seminggu yakni hari Senin sampai dengan Kamis pada jam 8 pagi – 12 siang. Ternyata, semenjak ia berhasil membuka sekolah, banyak masyarakat yang berminat untuk menyekolahkan anak perempuannya.

Setahun setelahnya, keluarga dan masyarakat harus berduka atas meninggalkan R.A Kartini. Sekolah yang dibangunnya pun sedikit mengalami masalah sejak saat itu. Namun, hal tersebut diatasi oleh keluarga Bendanon dan Nyonya Van Deventer. Mereka berhasil membangun beberapa sekolah di kota lain dengan nama Sekolah Kartini.

 

Buku karya R.A Kartini

Dalam terus melanjutkan mimpi R.A Kartini, Abendanon membuat sebuah buku yang berjudul Door Duisternis tot Licht yang artinya Dari Kegelapan Menuju Cahaya pada tahun 1911. Buku tersebut ternyata berisikan kumpulan surat yang ditulis langsung oleh Kartini.

Satu tahun setelahnya, Balai Pustaka menerbitkan buku tersebut namun diganti dengan judul dari bahasa Melayu yang sampai saat ini menjadi kalimat khas sepeninggalan Ibu Kartini, yakni “ Habis Gelap Terbitlah Terang.”

Siapa sangka, buah dari perjuangan yang dilakukan Kartini berhasil juga. Perempuan berdarah bangsawan yang rela melakukan segala cara agar bisa meninggikan derajat perempuan sehingga bisa melanjutkan pendidikan setara dengan laki-laki.

 

Fakta Menarik R.A Kartini

1. Pintar dan lancar berbahasa Belanda

Kartini mahir berbahasa Belanda dan memiliki tata bahasa yang sangat bagus, hal tersebut dikarenakan ia selalu mengisi waktu dengan banyak membaca buku. 

2. Bersedia menikah dan mengikuti kemauan orangtua agar bisa memperjuangkan hak perempuan

Kartini bersedia dijodohkan asal ayahnya menyetujui sejumlah syarat. Yaitu, ia harus diperbolehkan mendirikan sekolah untuk anak-anak perempuan, diperbolehkan mengajar, dan boleh menggapai cita-citanya untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan.

3. Seorang pebisnis yang mendirikan bengkel ukir kayu

Kartini juga mendirikan sebuah bengkel ukir kayu untuk para pemuda di Rembang. Ia berhasil membuktikan bahwa apa pun jalan yang dipilih tidak akan menghalangi jalan untuk mewujudkan impian. 

4. Terdapat museum Kartini yang berlokasi di Jepara

Di Jepara, tepatnya di Desa Panggang, Kecamatan Jepara, ada Museum R.A Kartini yang didirikan pada 30 Maret 1975. Museum tersebut berisikan benda-benda peninggalan Kartini.

5. Benci dengan tata cara hidup feodal Jawa

Meskipun lahir sebagai keturunan berdarah biru dari sang ayah, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, Kartini benci dengan tata cara hidup feodal Jawa. Ia pun lebih suka dipanggil “Kartini” ketimbang “Raden Adjeng Kartini”.

Itu dia rangkuman tentang Biografi R.A Kartini, Pahlawan Emansipasi Perempuan Indonesia. Yuk, jangan takut untuk terus melanjutkan pendidikan sampai tinggi. Semoga bermanfaat!

 

Baca juga :

Emang keren banget, perempuan yang bisa bikin kita kaum perempuan bisa menggapai cita" setinggi mungkin