4 Mitos Alun-Alun Kidul Yogyakarta yang Melegenda
Halo semua! Pastinya sudah tidak asing lagi dengan alun-alun beringin kembar yang menjadi tempat hiburan para wisatawan yang pergi ke Yogyakarta. Dibalik itu semua terdapat mitos yang menarik untuk diketahui, apa saja ya mitosnya? Berikut 4 Mitos Alun-Alun Kidul Yogyakarta yang Melegenda
1. Beringin kembar dan pernikahan putri HB I
Salah satu mitos dan kisah yang terkenal dikalang masyarakat Jogja tentang pohon beringin kembar ini dimulai dari zaman Sultan Hamengkubowono. Pada saat itu, Sultan HB memiliki putri cantik yang dipinang seorang laki-laki. Namun, sang putri tidak menyukainya dan membuat syarat jika ingin menikahinya. Syaratnya lelaki itu harus berjalan dengan mata tertutup mulai dari pendopo yang ada di utara alun alun kidul melewati beringin kembar dan selesai di pendopo selatan alun alun.
Ternyata syarat putri berhasil karena laki-laki itu gagal menjalankan perintah sang putri. Lalu, dari situlah Sultan HB menyatakan "pemuda yang bisa melewati pohon beringin kembar hanya yang mempunyai hati bersih dan tulus"
Akhirnya yang bisa melewati alun-alun itu dengan baik adalah seorang laki-laki dari Siliwangi dan menikah dengan putri Sultan
2. Beringin kembar sebagai pintu gerbang laut selatan
Ada yang mengatakan bahwa alun alun ini adalah pintu menuju laut selatan. Mitos ini berkembang pada zaman HB VI, menurut kepercayaan warga sana, keraton yogya memiliki hubungan spesial dengan ratu selatan yakni Nyi Roro Kidul.
Maka, dipercaya jika ada orang yang berbuat jahat ke keraton Yogyakarta akan kehilangan kesaktian nya setelah melewati alun alun beringin kembar tersebut.
3. Sebagai tempat latihan konsentrasi prajurit Keraton
Dulu alun alun ini digunakan sebagai tempat latihan para prajurit entah itu latihan ketangkasan berkuda, memanah sambil bersila atau adu harimau (rampok harimau)
Zaman dahulu tempat itu juga sebagai latihan konsentrasi dengan cara berjalan lurus dari beringin satu ke beringin sebrangnya. Tradisi ini disebut sebagai ‘masangin’
4. Mengabulkan hajat atau permintaan
Tradisi masangin dilakukan setelah topo bisu disetiap malam 1 suro. Ritual ini dilakukan untuk memohon berkah dan keselamatan keraton. Menariknya, masangin menjadi sangat populer dikalangan wisatawan, mereka sengaja datang ke alun-alun pohon kembar demi melakukan ritual masangin.
Munculah mitos dari masyarakat, jika bisa melewati pohon beringin kembar ini dengan mata tertutup maka hajatnya akan terkabul.
Halo semua! Pastinya sudah tidak asing lagi dengan alun-alun beringin kembar yang menjadi tempat hiburan para wisatawan yang pergi ke Yogyakarta. Dibalik itu semua terdapat mitos yang menarik untuk diketahui, apa saja ya mitosnya? Berikut 4 Mitos Alun-Alun Kidul Yogyakarta yang Melegenda
1. Beringin kembar dan pernikahan putri HB I
Salah satu mitos dan kisah yang terkenal dikalang masyarakat Jogja tentang pohon beringin kembar ini dimulai dari zaman Sultan Hamengkubowono. Pada saat itu, Sultan HB memiliki putri cantik yang dipinang seorang laki-laki. Namun, sang putri tidak menyukainya dan membuat syarat jika ingin menikahinya. Syaratnya lelaki itu harus berjalan dengan mata tertutup mulai dari pendopo yang ada di utara alun alun kidul melewati beringin kembar dan selesai di pendopo selatan alun alun.
Ternyata syarat putri berhasil karena laki-laki itu gagal menjalankan perintah sang putri. Lalu, dari situlah Sultan HB menyatakan "pemuda yang bisa melewati pohon beringin kembar hanya yang mempunyai hati bersih dan tulus"
Akhirnya yang bisa melewati alun-alun itu dengan baik adalah seorang laki-laki dari Siliwangi dan menikah dengan putri Sultan
2. Beringin kembar sebagai pintu gerbang laut selatan
Ada yang mengatakan bahwa alun alun ini adalah pintu menuju laut selatan. Mitos ini berkembang pada zaman HB VI, menurut kepercayaan warga sana, keraton yogya memiliki hubungan spesial dengan ratu selatan yakni Nyi Roro Kidul.
Maka, dipercaya jika ada orang yang berbuat jahat ke keraton Yogyakarta akan kehilangan kesaktian nya setelah melewati alun alun beringin kembar tersebut.
3. Sebagai tempat latihan konsentrasi prajurit Keraton
Dulu alun alun ini digunakan sebagai tempat latihan para prajurit entah itu latihan ketangkasan berkuda, memanah sambil bersila atau adu harimau (rampok harimau)
Zaman dahulu tempat itu juga sebagai latihan konsentrasi dengan cara berjalan lurus dari beringin satu ke beringin sebrangnya. Tradisi ini disebut sebagai ‘masangin’
4. Mengabulkan hajat atau permintaan
Tradisi masangin dilakukan setelah topo bisu disetiap malam 1 suro. Ritual ini dilakukan untuk memohon berkah dan keselamatan keraton. Menariknya, masangin menjadi sangat populer dikalangan wisatawan, mereka sengaja datang ke alun-alun pohon kembar demi melakukan ritual masangin.
Munculah mitos dari masyarakat, jika bisa melewati pohon beringin kembar ini dengan mata tertutup maka hajatnya akan terkabul.
Sy jg pernah kesinii