Hallo semuanya, hari ini aku akan bahas seputar Apa Itu ACAB yang Ada di Tragedi Kanjuruhan? Yuk simak rangkuman berikut!
Apa Itu ACAB yang Ada di Tragedi Kanjuruhan?
Kode 1312 atau ACAB yang terpampang di tembok Stadion Kanjuruhan telah menarik perhatian publik dan menjadi topik pembicaraan viral di media sosial. Keberadaan coretan tersebut muncul setelah terjadi tragedi fatal di Stadion Kanjuruhan, yang menyebabkan 131 orang tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.
Pada tembok stadion, terlihat berbagai tulisan seperti "No Justice No Peace A.C.A.B", "1.3.1.2", "Rest in Peace Saudaraku", dan "Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan." Coretan tersebut bersandingan dengan kode 1312 dan ACAB, menciptakan gambaran warna di sekitar Stadion Kanjuruhan, Malang.
Pertanyaan masyarakat mengenai arti dari kode 1312 atau ACAB pun muncul sebagai hasil dari fenomena ini, dan informasi seputar hal tersebut terus menjadi sorotan di berbagai platform media sosial.
Coretan kode 1312 atau ACAB yang terlihat di tembok Stadion Kanjuruhan, Malang, telah menjadi pusat perhatian sebagai bentuk protes masyarakat terhadap tragedi maut Kanjuruhan. Kode 1312 memiliki arti sebagai bentuk umpatan atau makian yang ditujukan kepada polisi.
Kode ACAB, yang merupakan singkatan dari frasa "All Cops Are Bstrds" atau "Semua Polisi Adalah Bjng*n", juga diterjemahkan ke dalam bentuk numerik sebagai 1312. Artinya, dalam kode 1312, huruf A direpresentasikan oleh angka 1, huruf C oleh angka 3, dan huruf B oleh angka 2. Sehingga, makna kode 1312 sejalan dengan arti dari kode ACAB.
Kode ACAB sendiri merupakan bentuk protes masyarakat yang diarahkan kepada polisi, mencerminkan ketidakpuasan terhadap tindakan polisi, khususnya terkait dengan tragedi Kanjuruhan. Pemakaian kode ini mencerminkan ekspresi protes dan ketidaksetujuan masyarakat terhadap perilaku atau kebijakan polisi dalam konteks peristiwa tragis yang terjadi.
Sejarah
Sejarah kode ACAB atau 1312 bermula di Inggris pada paruh pertama abad ke-20, sebagaimana dilaporkan oleh GQ Magazine. Asal-usul singkatan "All Coppers are Bstrds" pertama kali dijadikan ACAB oleh pekerja yang melakukan mogok kerja pada tahun 1940-an. James Poulter di Vice menemukan rekaman video dari tahun 1958 yang menunjukkan beberapa pemuda memasang frasa ACAB di jalan. Akan tetapi, makna modern dari istilah ACAB muncul pada tahun 1970 ketika Daily Mirror menggunakannya sebagai tajuk utama.
Dari Inggris, istilah ACAB kemudian menyebar ke seluruh dunia melalui musik punk, menjadi semboyan bagi gerakan anarkis dan anti-otoriter yang berkembang dari New York hingga Indonesia. Meskipun demikian, hingga saat ini, penggunaan kode ACAB atau 1312 tetap menjadi tren dalam bentuk protes terhadap kebrutalan polisi. Istilah ini menyiratkan bahwa penyalahgunaan wewenang oleh polisi tidak dapat diterima.
Contoh nyata dari pemanfaatan kode ACAB atau 1312 sebagai bentuk protes adalah pada tahun 2018, ketika grafiti dengan tulisan ACAB atau 1312 muncul setelah kematian George Floyd, seorang pria kulit hitam yang diborgol oleh seorang petugas polisi kulit putih di Portland, Oregon. Penggunaan kode ACAB atau 1312 dalam konteks ini menekankan ketidaksetujuan terhadap kebrutalan polisi dan merupakan bentuk dukungan terhadap gerakan "Black Lives Matter".
Coretan 1312 dan ACAB di Kanjuruhan
Setelah tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan 131 orang tewas dan sejumlah lainnya luka-luka, kode 1312 atau ACAB menjadi sorotan ketika muncul di tembok Stadion Kanjuruhan, Malang. Kejadian tersebut melibatkan korban dari berbagai kelompok usia, termasuk anak-anak dan dewasa, yang sebagian besar merupakan suporter sepakbola yang telah menyaksikan pertandingan antara Arema FC dan Persebaya.
Coretan ACAB dan arti dari kode 1312 di tembok stadion ini merupakan bentuk protes dari masyarakat yang merasa marah terhadap tindakan polisi dalam menangani kerusuhan di Kanjuruhan. Langkah polisi yang menggunakan gas air mata untuk meredam kerumunan setelah pertandingan menyebabkan para suporter berhamburan ke satu titik keluar stadion. Kondisi ini mengakibatkan penumpukan suporter yang mengalami kekurangan oksigen, menyebabkan ratusan orang meninggal dan terluka.
Munculnya kode ACAB atau 1312 di tembok stadion dapat diartikan sebagai ekspresi protes terhadap kebrutalan polisi dan kritik terhadap tindakan penanganan yang dianggap tidak memadai, yang pada akhirnya berujung pada dampak tragis yang melibatkan banyak korban.
Nah, itu adalah rangkuman dari Apa Itu ACAB yang Ada di Tragedi Kanjuruhan? Semoga bermanfaat!
Baca Juga :
Hallo semuanya, hari ini aku akan bahas seputar Apa Itu ACAB yang Ada di Tragedi Kanjuruhan? Yuk simak rangkuman berikut!
Apa Itu ACAB yang Ada di Tragedi Kanjuruhan?
Kode 1312 atau ACAB yang terpampang di tembok Stadion Kanjuruhan telah menarik perhatian publik dan menjadi topik pembicaraan viral di media sosial. Keberadaan coretan tersebut muncul setelah terjadi tragedi fatal di Stadion Kanjuruhan, yang menyebabkan 131 orang tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.
Pada tembok stadion, terlihat berbagai tulisan seperti "No Justice No Peace A.C.A.B", "1.3.1.2", "Rest in Peace Saudaraku", dan "Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan." Coretan tersebut bersandingan dengan kode 1312 dan ACAB, menciptakan gambaran warna di sekitar Stadion Kanjuruhan, Malang.
Pertanyaan masyarakat mengenai arti dari kode 1312 atau ACAB pun muncul sebagai hasil dari fenomena ini, dan informasi seputar hal tersebut terus menjadi sorotan di berbagai platform media sosial.
Coretan kode 1312 atau ACAB yang terlihat di tembok Stadion Kanjuruhan, Malang, telah menjadi pusat perhatian sebagai bentuk protes masyarakat terhadap tragedi maut Kanjuruhan. Kode 1312 memiliki arti sebagai bentuk umpatan atau makian yang ditujukan kepada polisi.
Kode ACAB, yang merupakan singkatan dari frasa "All Cops Are Bstrds" atau "Semua Polisi Adalah Bjng*n", juga diterjemahkan ke dalam bentuk numerik sebagai 1312. Artinya, dalam kode 1312, huruf A direpresentasikan oleh angka 1, huruf C oleh angka 3, dan huruf B oleh angka 2. Sehingga, makna kode 1312 sejalan dengan arti dari kode ACAB.
Kode ACAB sendiri merupakan bentuk protes masyarakat yang diarahkan kepada polisi, mencerminkan ketidakpuasan terhadap tindakan polisi, khususnya terkait dengan tragedi Kanjuruhan. Pemakaian kode ini mencerminkan ekspresi protes dan ketidaksetujuan masyarakat terhadap perilaku atau kebijakan polisi dalam konteks peristiwa tragis yang terjadi.
Sejarah
Sejarah kode ACAB atau 1312 bermula di Inggris pada paruh pertama abad ke-20, sebagaimana dilaporkan oleh GQ Magazine. Asal-usul singkatan "All Coppers are Bstrds" pertama kali dijadikan ACAB oleh pekerja yang melakukan mogok kerja pada tahun 1940-an. James Poulter di Vice menemukan rekaman video dari tahun 1958 yang menunjukkan beberapa pemuda memasang frasa ACAB di jalan. Akan tetapi, makna modern dari istilah ACAB muncul pada tahun 1970 ketika Daily Mirror menggunakannya sebagai tajuk utama.
Dari Inggris, istilah ACAB kemudian menyebar ke seluruh dunia melalui musik punk, menjadi semboyan bagi gerakan anarkis dan anti-otoriter yang berkembang dari New York hingga Indonesia. Meskipun demikian, hingga saat ini, penggunaan kode ACAB atau 1312 tetap menjadi tren dalam bentuk protes terhadap kebrutalan polisi. Istilah ini menyiratkan bahwa penyalahgunaan wewenang oleh polisi tidak dapat diterima.
Contoh nyata dari pemanfaatan kode ACAB atau 1312 sebagai bentuk protes adalah pada tahun 2018, ketika grafiti dengan tulisan ACAB atau 1312 muncul setelah kematian George Floyd, seorang pria kulit hitam yang diborgol oleh seorang petugas polisi kulit putih di Portland, Oregon. Penggunaan kode ACAB atau 1312 dalam konteks ini menekankan ketidaksetujuan terhadap kebrutalan polisi dan merupakan bentuk dukungan terhadap gerakan "Black Lives Matter".
Coretan 1312 dan ACAB di Kanjuruhan
Setelah tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan 131 orang tewas dan sejumlah lainnya luka-luka, kode 1312 atau ACAB menjadi sorotan ketika muncul di tembok Stadion Kanjuruhan, Malang. Kejadian tersebut melibatkan korban dari berbagai kelompok usia, termasuk anak-anak dan dewasa, yang sebagian besar merupakan suporter sepakbola yang telah menyaksikan pertandingan antara Arema FC dan Persebaya.
Coretan ACAB dan arti dari kode 1312 di tembok stadion ini merupakan bentuk protes dari masyarakat yang merasa marah terhadap tindakan polisi dalam menangani kerusuhan di Kanjuruhan. Langkah polisi yang menggunakan gas air mata untuk meredam kerumunan setelah pertandingan menyebabkan para suporter berhamburan ke satu titik keluar stadion. Kondisi ini mengakibatkan penumpukan suporter yang mengalami kekurangan oksigen, menyebabkan ratusan orang meninggal dan terluka.
Munculnya kode ACAB atau 1312 di tembok stadion dapat diartikan sebagai ekspresi protes terhadap kebrutalan polisi dan kritik terhadap tindakan penanganan yang dianggap tidak memadai, yang pada akhirnya berujung pada dampak tragis yang melibatkan banyak korban.
Nah, itu adalah rangkuman dari Apa Itu ACAB yang Ada di Tragedi Kanjuruhan? Semoga bermanfaat!
Baca Juga :
makasih ma udah sharing!