Apa Itu Golput dan Pengaruhnya dalam Politik?

group-image

Setiap kali pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah mendekat, istilah "golput" selalu mencuat ke permukaan. Mama sendiri, sudah tau belum Apa Itu Golput dan Pengaruhnya dalam Politik? Jika belum, Mama bisa cari tau di tulisan ini ya. Yuk, baca sampai tuntas.

Apa Itu Golput dan Pengaruhnya dalam Politik?

Golput, singkatan dari "golongan putih", sering kali dikaitkan dengan sikap cuek, apatis, atau ketidakpedulian terhadap kondisi politik, yang pada akhirnya mengarah pada ketidakhadiran di tempat pemungutan suara (TPS).

Namun, definisi sebenarnya dari golput adalah keputusan seseorang untuk tidak menggunakan hak suaranya dalam pemilu. Seiring berjalannya waktu, golput menjadi persoalan yang relevan dari tahun ke tahun. Kondisi yang mendasarinya tidak selalu berasal dari gerakan moral atau idealisme, tetapi seringkali dipicu oleh situasi yang memaksa.

Sejarah Golput

Istilah golput mulai mencuri perhatian ketika mendekati Pemilu 1971. Pada sebuah siang di Kamis, 3 Juni 1971, sekelompok mahasiswa, pemuda, dan pelajar berkumpul di Balai Budaya Jakarta. Mereka mendeklarasikan pembentukan "Golongan Putih" sebagai sebuah gerakan moral. Beberapa tokoh penting dalam gerakan ini, seperti Adnan Buyung Nasution dan Arief Budiman, mencetuskan gagasan ini sebagai respons terhadap ketidakpuasan atas ketidakwakilan aspirasi politik mereka dalam wadah politik formal pada saat itu.

Sejak itu, gerakan golput terus berkembang, terutama ketika Pemilu 1971 dianggap tidak demokratis karena pemerintah membatasi jumlah partai politik. Dalam sebuah buku yang menceritakan perjalanan Arief Budiman, salah satu tokoh gerakan golput, dia mengungkapkan bahwa istilah golput pertama kali muncul dari rekan seperjuangannya, Imam Waluyo.

Angka golput pada Pemilu 2019 menunjukkan tren penurunan dibandingkan dengan pemilu sebelumnya sejak 2004. Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah golput pada 2019 sekitar 34,75 juta orang atau sekitar 18,02 persen dari total pemilih terdaftar. Hal ini menunjukkan bahwa golput tetap menjadi isu yang signifikan dalam dinamika politik Indonesia.

Pada Pemilu 2024, pemilih terdaftar didominasi oleh pemilih muda. Namun, hasil survei dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menunjukkan bahwa sekitar 11,8 persen responden memilih untuk golput.

Penyebab Golput

Terdapat beberapa penyebab utama golput, di antaranya adalah:

Apatis terhadap politik: Sikap apatis terhadap politik merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka golput. Masyarakat yang apatis cenderung tidak peduli dengan urusan politik dan merasa bahwa partisipasi mereka tidak akan berdampak positif.

Tidak tahu adanya pemilu: Meskipun informasi tentang pemilu tersedia di media massa atau media sosial, masih banyak orang yang tidak mengetahui tanggal pasti diadakannya pemilu. Hal ini menunjukkan pentingnya sosialisasi yang lebih efektif tentang proses pemilu.

Tidak terfasilitasi: Penyandang disabilitas sering mengalami kesulitan dalam mencoblos karena keterbatasan aksesibilitas di tempat pemungutan suara. Diperlukan upaya untuk meningkatkan fasilitas yang ramah disabilitas di TPS.

Dampak Golput dalam Politik

Dampak golput dalam politik tidak bisa diabaikan. Golput dapat mengganggu program kerja pemerintahan, merusak demokrasi, dan memberikan kesempatan bagi partai penguasa untuk menang tanpa mendapat legitimasi yang kuat dari masyarakat.

Penting untuk diingat bahwa golput bukanlah solusi yang efektif untuk mengekspresikan ketidakpuasan terhadap politik atau pemerintahan. Partisipasi aktif dalam proses politik, termasuk pemilihan umum, merupakan hak dan tanggung jawab setiap warga negara untuk membentuk masa depan negara mereka. Oleh karena itu, mengatasi golput menjadi tujuan penting bagi upaya memperkuat demokrasi dan pemerintahan yang berwibawa.

Nah Ma, itu dia jawaban dari pertanyaan; Apa Itu Golput dan Pengaruhnya dalam Politik? Karena Mama sudah tau, jangan sampai menjadi bagian dari Golput ini ya, Ma!

Baca juga:

Komentar
Setiap kali pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah mendekat, istilah "golput" selalu mencuat ke permukaan. Mama sendiri, sudah tau belum....

Setiap kali pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah mendekat, istilah "golput" selalu mencuat ke permukaan. Mama sendiri, sudah tau belum Apa Itu Golput dan Pengaruhnya dalam Politik? Jika belum, Mama bisa cari tau di tulisan ini ya. Yuk, baca sampai tuntas.

Apa Itu Golput dan Pengaruhnya dalam Politik?

Golput, singkatan dari "golongan putih", sering kali dikaitkan dengan sikap cuek, apatis, atau ketidakpedulian terhadap kondisi politik, yang pada akhirnya mengarah pada ketidakhadiran di tempat pemungutan suara (TPS).

Namun, definisi sebenarnya dari golput adalah keputusan seseorang untuk tidak menggunakan hak suaranya dalam pemilu. Seiring berjalannya waktu, golput menjadi persoalan yang relevan dari tahun ke tahun. Kondisi yang mendasarinya tidak selalu berasal dari gerakan moral atau idealisme, tetapi seringkali dipicu oleh situasi yang memaksa.

Sejarah Golput

Istilah golput mulai mencuri perhatian ketika mendekati Pemilu 1971. Pada sebuah siang di Kamis, 3 Juni 1971, sekelompok mahasiswa, pemuda, dan pelajar berkumpul di Balai Budaya Jakarta. Mereka mendeklarasikan pembentukan "Golongan Putih" sebagai sebuah gerakan moral. Beberapa tokoh penting dalam gerakan ini, seperti Adnan Buyung Nasution dan Arief Budiman, mencetuskan gagasan ini sebagai respons terhadap ketidakpuasan atas ketidakwakilan aspirasi politik mereka dalam wadah politik formal pada saat itu.

Sejak itu, gerakan golput terus berkembang, terutama ketika Pemilu 1971 dianggap tidak demokratis karena pemerintah membatasi jumlah partai politik. Dalam sebuah buku yang menceritakan perjalanan Arief Budiman, salah satu tokoh gerakan golput, dia mengungkapkan bahwa istilah golput pertama kali muncul dari rekan seperjuangannya, Imam Waluyo.

Angka golput pada Pemilu 2019 menunjukkan tren penurunan dibandingkan dengan pemilu sebelumnya sejak 2004. Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah golput pada 2019 sekitar 34,75 juta orang atau sekitar 18,02 persen dari total pemilih terdaftar. Hal ini menunjukkan bahwa golput tetap menjadi isu yang signifikan dalam dinamika politik Indonesia.

Pada Pemilu 2024, pemilih terdaftar didominasi oleh pemilih muda. Namun, hasil survei dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menunjukkan bahwa sekitar 11,8 persen responden memilih untuk golput.

Penyebab Golput

Terdapat beberapa penyebab utama golput, di antaranya adalah:

Apatis terhadap politik: Sikap apatis terhadap politik merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka golput. Masyarakat yang apatis cenderung tidak peduli dengan urusan politik dan merasa bahwa partisipasi mereka tidak akan berdampak positif.

Tidak tahu adanya pemilu: Meskipun informasi tentang pemilu tersedia di media massa atau media sosial, masih banyak orang yang tidak mengetahui tanggal pasti diadakannya pemilu. Hal ini menunjukkan pentingnya sosialisasi yang lebih efektif tentang proses pemilu.

Tidak terfasilitasi: Penyandang disabilitas sering mengalami kesulitan dalam mencoblos karena keterbatasan aksesibilitas di tempat pemungutan suara. Diperlukan upaya untuk meningkatkan fasilitas yang ramah disabilitas di TPS.

Dampak Golput dalam Politik

Dampak golput dalam politik tidak bisa diabaikan. Golput dapat mengganggu program kerja pemerintahan, merusak demokrasi, dan memberikan kesempatan bagi partai penguasa untuk menang tanpa mendapat legitimasi yang kuat dari masyarakat.

Penting untuk diingat bahwa golput bukanlah solusi yang efektif untuk mengekspresikan ketidakpuasan terhadap politik atau pemerintahan. Partisipasi aktif dalam proses politik, termasuk pemilihan umum, merupakan hak dan tanggung jawab setiap warga negara untuk membentuk masa depan negara mereka. Oleh karena itu, mengatasi golput menjadi tujuan penting bagi upaya memperkuat demokrasi dan pemerintahan yang berwibawa.

Nah Ma, itu dia jawaban dari pertanyaan; Apa Itu Golput dan Pengaruhnya dalam Politik? Karena Mama sudah tau, jangan sampai menjadi bagian dari Golput ini ya, Ma!

Baca juga:

Aku pernah golput, ternyata ada dampak buruknya. nggak lagi lagi deh