Apa Itu Malam Satu Suro dan Sejarahnya?

group-image

Mama dan Papa, selama ini pasti pernah mendengar malam satu suro kan?

Malam satu suro adalah malam yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijrian atau Kalender Islam. Nama satu suro diambil dari awal bulan pertama tahun baru Jawa yaitu Bulan Suro. Jadi memang terkait penanggalan satu suro ini biasanya mengacu pada kalender Jawa.

Buat Mama dan Papa yang belum tahu, kali ini aku mau berbagi informasi mengenai Apa Itu Malam Satu Suro dan Sejarahnya. Simak selengkapnya yuk!

Apa Itu Malam Satu Suro dan Sejarahnya?

Malam satu suro adalah malam yang jadi pertanda dari awal bulan pertama di dalam kalender Jawa. Seperti yang sudah aku sebutkan di atas, malam satu suro ini bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah atau kalender Islam.

Kalo melansir dari Kemendikbud RI, satu suro mengacu pada kalender Jawa. Kalender Jawa ini pertama kali diterbitkan di tahun 1940 oleh Raja Mataram yakni Sultan Agung Hanyokrokusumo. Kalender ini dibuat berdasarkan penanggalan Hijriah atau kalender Islam, kalender Masehi, dan Hindu.

Biasanya malam satu suro diperingati di malam hari setelah lepas salat maghrib (di hari sebelum tanggal 1 suro). Ini karena dalam kalender Jawa, setiap pergantian hari dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya. Jadi bukan pada tengah malam, seperti pergantian hari di kalender masehi (pukul 00.00).

Perayaan malam satu suro

Malam satu suro ini sangat erat kaitannya dengan masyarakat Jawa, terutama Solo dan Jogja. Biasanya tiap malam satu suro akan diperingati dengan beragam ritual dan tradisi. Mulai dari iring-iringan rombongan masyarakat yang disebut kirab, iring-iringan pusaka, hingga iring-iringan gunungan berisi tumpeng dan hasil alam.

Di Solo khususnya, selain ada iring-iringan masyarakat, pusaka dan gunungan, ada juga iring-iringan kebo bule. Ini bukan kerbau biasa, melainkan kerbau yang dianggap keramat oleh masyarakat dan dianggap penting oleh Keraton Solo.

Larangan di malam satu suro

Di malam satu suro, ada banyak larangan yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Hal ini sudah berlaku turun temurun lho, tujuannya supaya hidup berjalan dengan baik. Kalau dilanggar, nantinya dikhawatirkan akan ada risiko besar dalam hidup yang harus ditanggung. Berikut ini beberapa larangan di malam satu suro:

  • Larangan mengadakan pernikahan atau hajatan. Sebab malam satu suro dianggap sebagai malam suci dan penuh rahmat, baiknya setiap orang berdoa di malam ini.
  • Larangan membangun rumah. Ini sebaiknya dipatuhi supaya tidak membawa kesialan bagi si pemlik rumah. Kesialan ini bisa berupa sakit, penderitaan, hingga terhambatnya rezeki.
  • Larangan keluar rumah di malam satu suro. Sebab di malam ini banyak sesepuh pepercaya bahwa arwah leluhur yang sudah meninggal sedang datang ke rumah. Kita justru diharapkan berada di rumah untuk menyambut atau sekedar mengirim doa.

Jadi, itu tadi penjelasan singkat dari aku mengenai Apa Itu Malam Satu Suro dan Sejarahnya. Semoga bisa dengan mudah dipahami ya.

Baca juga:

Komentar
Mama dan Papa, selama ini pasti pernah mendengar malam satu suro kan? Malam satu suro adalah malam yang bertepatan dengan....

Mama dan Papa, selama ini pasti pernah mendengar malam satu suro kan?

Malam satu suro adalah malam yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijrian atau Kalender Islam. Nama satu suro diambil dari awal bulan pertama tahun baru Jawa yaitu Bulan Suro. Jadi memang terkait penanggalan satu suro ini biasanya mengacu pada kalender Jawa.

Buat Mama dan Papa yang belum tahu, kali ini aku mau berbagi informasi mengenai Apa Itu Malam Satu Suro dan Sejarahnya. Simak selengkapnya yuk!

Apa Itu Malam Satu Suro dan Sejarahnya?

Malam satu suro adalah malam yang jadi pertanda dari awal bulan pertama di dalam kalender Jawa. Seperti yang sudah aku sebutkan di atas, malam satu suro ini bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah atau kalender Islam.

Kalo melansir dari Kemendikbud RI, satu suro mengacu pada kalender Jawa. Kalender Jawa ini pertama kali diterbitkan di tahun 1940 oleh Raja Mataram yakni Sultan Agung Hanyokrokusumo. Kalender ini dibuat berdasarkan penanggalan Hijriah atau kalender Islam, kalender Masehi, dan Hindu.

Biasanya malam satu suro diperingati di malam hari setelah lepas salat maghrib (di hari sebelum tanggal 1 suro). Ini karena dalam kalender Jawa, setiap pergantian hari dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya. Jadi bukan pada tengah malam, seperti pergantian hari di kalender masehi (pukul 00.00).

Perayaan malam satu suro

Malam satu suro ini sangat erat kaitannya dengan masyarakat Jawa, terutama Solo dan Jogja. Biasanya tiap malam satu suro akan diperingati dengan beragam ritual dan tradisi. Mulai dari iring-iringan rombongan masyarakat yang disebut kirab, iring-iringan pusaka, hingga iring-iringan gunungan berisi tumpeng dan hasil alam.

Di Solo khususnya, selain ada iring-iringan masyarakat, pusaka dan gunungan, ada juga iring-iringan kebo bule. Ini bukan kerbau biasa, melainkan kerbau yang dianggap keramat oleh masyarakat dan dianggap penting oleh Keraton Solo.

Larangan di malam satu suro

Di malam satu suro, ada banyak larangan yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Hal ini sudah berlaku turun temurun lho, tujuannya supaya hidup berjalan dengan baik. Kalau dilanggar, nantinya dikhawatirkan akan ada risiko besar dalam hidup yang harus ditanggung. Berikut ini beberapa larangan di malam satu suro:

  • Larangan mengadakan pernikahan atau hajatan. Sebab malam satu suro dianggap sebagai malam suci dan penuh rahmat, baiknya setiap orang berdoa di malam ini.
  • Larangan membangun rumah. Ini sebaiknya dipatuhi supaya tidak membawa kesialan bagi si pemlik rumah. Kesialan ini bisa berupa sakit, penderitaan, hingga terhambatnya rezeki.
  • Larangan keluar rumah di malam satu suro. Sebab di malam ini banyak sesepuh pepercaya bahwa arwah leluhur yang sudah meninggal sedang datang ke rumah. Kita justru diharapkan berada di rumah untuk menyambut atau sekedar mengirim doa.

Jadi, itu tadi penjelasan singkat dari aku mengenai Apa Itu Malam Satu Suro dan Sejarahnya. Semoga bisa dengan mudah dipahami ya.

Baca juga:

tapi ini mitos doang ga si ma?