Apa Itu Penyakit Fimosis?

Mama dan Papa, ada yang pernah dengar mengenai penyakit fimosis?

Kondisi fimosis ini belum lama dialami oleh anaknya temanku. Kebetulan usianya belum ada 2 tahun, sampai akhirnya ia harus disunat. Fimosis ini bikin anak jadi rewel, karena kesulitan atau sakit untuk buang air kecil.

Tapi rupanya nggak cuma anak-anak, fimosis juga bisa diderita oleh orang dewasa lho. Nah, karena penasaran aku coba cari tahu mengenai fimosis di internet. Kalo Mama dan Papa penasaran juga, kali ini aku mau bahas mengenai Apa Itu Penyakit Fimosis.

Apa Itu Penyakit Fimosis?

Fimosis adalah suatu kondisi di mana penis memiliki kelainan struktur. Ini berupa melekatnya kulup pada bagian kepala penis.

Sebenarnya, ini adalah hal yang wajar terjadi pada anak-anak. Tapi kalo pada orang dewasa, fimosis jadi tanda adanya penyakit seperti radang kepala penis, psoriasis, eksim, hingga diabetes.

Penyakit fimosis umumnya juga terjadi pada laki-laki yang belum sunat. Inilah mengapa, kulit penis di bagian kepala mengalami pelekatan, hingga tak bisa ditarik ke belakangan kepala penis.

Penyebab Fimosis

Karena bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tentunya penyebabnya juga berbeda ya.

Pada anak:

  • Penyebabnya karena kulup secara alami masih menempel di kepala penis.

Pada remaja dan dewasa:

  • Karena faktor penuaan. Di mana produksi kolagen juga menurun karena usia, sehingga kulit penis jadi tidak elastis lagi,
  • Mengalami jaringann parut, bisa karena cedera atau infeksi di sekitar area kulup,
  • Mengalami penumpukan smegma. Smegma adalah bercak putih yang terbentuk dari sel kulit mati, keringat, dan kotoran. Ini bisa melekat di belakang kulit penis dan menyebabkan fimosis.

Gejala fimosis

Gejala yang mungkin muncul pada penderita fomosis yaitu:

  • Merasakan gatal dan nyeri di kepala penis,
  • Kepala penis mengalami bengkak dan kemerahan,
  • Mengalami nyeri saat buang air kecil,
  • Mengalami nyeri saat berhubungan seksual,
  • Mengalami penurunan hasrat seksual.

Pengobatan fimosis

Sejauh ini, penyakit fomosis masih bisa ditangani, tapi memang caranya disesuaikan dengan tingkat keparahannya ya Ma, Pa. Artinya, sejumlah tindakan medis mungkin akan dilakukan, mungkin juga tidak. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengobati fmosis.

  1. Menggunakan obat-obatan kortikosteroid topikal dalam bentuk salep, krim, atau gel. Ini tujuannya supaya kulit kulup penis kembali elastis, sehingga mudah ditarik ke arah belakang kepala penis.
  2. Menggunakan obat-obatan antibiotik atau antijamur, terutama jika fimosis terjadi karena infeksi jamur atau bakteri.
  3. Sunat. Ini dilakukan jika fimosis menyebabkan peradangan pada kepala panis, atau menimbulkan infeksi saluran kemih berulang. Sunat adalah tindakan operasi yang dilakukan untuk pelepasan kulup yang menutup bagian ujung penis.

Jadi, itu tadi informasi mengenai Apa Itu Penyakit Fimosis. Semoga informasi ini bisa menambah kesadaran kita untuk lebih menjaga kesehatan tubuh ya!

Baca juga:

Komentar
Mama dan Papa, ada yang pernah dengar mengenai penyakit fimosis? Kondisi fimosis ini belum lama dialami oleh anaknya temanku. Kebetulan....

Mama dan Papa, ada yang pernah dengar mengenai penyakit fimosis?

Kondisi fimosis ini belum lama dialami oleh anaknya temanku. Kebetulan usianya belum ada 2 tahun, sampai akhirnya ia harus disunat. Fimosis ini bikin anak jadi rewel, karena kesulitan atau sakit untuk buang air kecil.

Tapi rupanya nggak cuma anak-anak, fimosis juga bisa diderita oleh orang dewasa lho. Nah, karena penasaran aku coba cari tahu mengenai fimosis di internet. Kalo Mama dan Papa penasaran juga, kali ini aku mau bahas mengenai Apa Itu Penyakit Fimosis.

Apa Itu Penyakit Fimosis?

Fimosis adalah suatu kondisi di mana penis memiliki kelainan struktur. Ini berupa melekatnya kulup pada bagian kepala penis.

Sebenarnya, ini adalah hal yang wajar terjadi pada anak-anak. Tapi kalo pada orang dewasa, fimosis jadi tanda adanya penyakit seperti radang kepala penis, psoriasis, eksim, hingga diabetes.

Penyakit fimosis umumnya juga terjadi pada laki-laki yang belum sunat. Inilah mengapa, kulit penis di bagian kepala mengalami pelekatan, hingga tak bisa ditarik ke belakangan kepala penis.

Penyebab Fimosis

Karena bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tentunya penyebabnya juga berbeda ya.

Pada anak:

  • Penyebabnya karena kulup secara alami masih menempel di kepala penis.

Pada remaja dan dewasa:

  • Karena faktor penuaan. Di mana produksi kolagen juga menurun karena usia, sehingga kulit penis jadi tidak elastis lagi,
  • Mengalami jaringann parut, bisa karena cedera atau infeksi di sekitar area kulup,
  • Mengalami penumpukan smegma. Smegma adalah bercak putih yang terbentuk dari sel kulit mati, keringat, dan kotoran. Ini bisa melekat di belakang kulit penis dan menyebabkan fimosis.

Gejala fimosis

Gejala yang mungkin muncul pada penderita fomosis yaitu:

  • Merasakan gatal dan nyeri di kepala penis,
  • Kepala penis mengalami bengkak dan kemerahan,
  • Mengalami nyeri saat buang air kecil,
  • Mengalami nyeri saat berhubungan seksual,
  • Mengalami penurunan hasrat seksual.

Pengobatan fimosis

Sejauh ini, penyakit fomosis masih bisa ditangani, tapi memang caranya disesuaikan dengan tingkat keparahannya ya Ma, Pa. Artinya, sejumlah tindakan medis mungkin akan dilakukan, mungkin juga tidak. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengobati fmosis.

  1. Menggunakan obat-obatan kortikosteroid topikal dalam bentuk salep, krim, atau gel. Ini tujuannya supaya kulit kulup penis kembali elastis, sehingga mudah ditarik ke arah belakang kepala penis.
  2. Menggunakan obat-obatan antibiotik atau antijamur, terutama jika fimosis terjadi karena infeksi jamur atau bakteri.
  3. Sunat. Ini dilakukan jika fimosis menyebabkan peradangan pada kepala panis, atau menimbulkan infeksi saluran kemih berulang. Sunat adalah tindakan operasi yang dilakukan untuk pelepasan kulup yang menutup bagian ujung penis.

Jadi, itu tadi informasi mengenai Apa Itu Penyakit Fimosis. Semoga informasi ini bisa menambah kesadaran kita untuk lebih menjaga kesehatan tubuh ya!

Baca juga:

makasih mama udah sharing penyakit ini