Profil dan Biodata Buya Hamka, Seorang Sastrawan Indonesia

group-image

Mama pernah dengar nama Buya Hamka tidak? Beliau adalah seorang sastrawan ternama dari Indonesia. Bagi Mama yang telah lama masuk ke dunia sastra, kemungkinan besar telah mengenal sosok ini. Namun, jika Mama belum mengenalnya, tak perlu khawatir. Aku akan mengajak Mama untuk menjelajahi Profil dan Biodata Buya Hamka, Seorang Sastrawan Indonesia, mengungkap sosok sastrawan Indonesia yang begitu memikat dan berpengaruh dalam dunia tulis-menulis.

Profil dan Biodata Buya Hamka, Seorang Sastrawan Indonesia

Abdul Malik, atau lebih dikenal sebagai Hamka, lahir pada 17 Februari 1908, di Tanah Sirah, wilayah yang sekarang masuk Nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ia merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Abdul Karim Amrullah "Haji Rasul" dan Safiyah

Hamka kecil tinggal di Maninjau bersama neneknya, mendengarkan pantun-pantun yang merekam keindahan alam Minangkabau. Ayahnya sering bepergian untuk berdakwah. Pada usia empat tahun, Hamka pindah bersama orangtuanya ke Padang Panjang, di mana ia belajar membaca al-Qur'an dan bacaan salat di bawah bimbingan kakak tirinya, Fatimah.

Saat berusia tujuh tahun, Hamka masuk ke Sekolah Desa. Pada tahun 1916, ia juga mengikuti pelajaran di Diniyah School yang dibuka oleh Zainuddin Labay El Yunusy, menggantikan sistem pendidikan tradisional berbasis surau.

Pada 1918, setelah tiga tahun belajar di Sekolah Desa, Haji Rasul memasukkan Hamka ke Thawalib. Thawalib merupakan sekolah agama yang mewajibkan murid-muridnya menghafal kitab-kitab klasik, kaidah mengenai nahwu, dan ilmu saraf.

Meskipun Hamka menghadiri kelas Thawalib setelah pelajaran di Diniyah School, sistem pembelajaran yang mengandalkan hafalan membuatnya jenuh. Hamka hanya tertarik pada pelajaran arudh yang membahas syair dalam bahasa Arab. Meskipun demikian, Hamka terkenal nakal dan suka menonton film, bahkan pernah mengelabui ayahnya untuk bisa menyaksikan film bisu di bioskop.

Biodata Buya Hamka, Seorang Sastrawan Indonesia

  • Nama Lengkap: Abdul Malik Karim Amrullah
  • Nama Pena: Hamka/Buya Hamka
  • Tanggal Lahir: 17 Februari 1908
  • Wafat: 24 Juli 1981 (umur 73)
  • Agama: Islam
  • Kebangsaan: Indonesia
  • Aliran Sastra: Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia

Karir Buya Hamka, Seorang Sastrawan Indonesia

Setelah tujuh bulan bermukim di Mekkah, Abdul Malik kembali ke Tanah Air dan memilih menetap di Medan, tempat berlabuhnya kapal yang membawanya pulang. Medan menjadi awal perjalanan karir jurnalistiknya. Awalnya, ia menulis artikel tentang pengalaman ibadah haji untuk Pelita Andalas, surat kabar milik orang Tionghoa. Selain itu, Malik menulis mengenai Sumatera Thawalib dan gerakan reformasi Islam di Minangkabau yang dipimpin oleh ayahnya, Haji Rasul. Melalui artikel-artikel ini, Hamka menemukan suaranya sebagai seorang jurnalis.

Selain menulis untuk surat kabar dan majalah lokal, Malik juga mengirimkan tulisannya ke Suara Muhammadiyah dan Bintang Islam. Meskipun penghargaan atas karyanya saat itu masih kecil, Malik mengandalkan honor dari mengajar sebagai penopang biaya hidupnya. Ia mengajar di Kebun Bajalinggi untuk pedagang-pedagang kecil, mengamati kehidupan kuli secara dekat, pengalaman ini yang kemudian menginspirasinya menulis "Merantau Ke Deli."

Meskipun kerabat dan ayahnya berkali-kali memintanya pulang, Malik baru memutuskan pulang setelah mendapat bujukan dari kakak iparnya, Sutan Mansur. Pada akhir 1927, Sutan Mansur singgah di Medan, dan Malik menyusul ayahnya di Sungai Batang setelah rumah mereka di Padang Panjang hancur akibat gempa bumi. Di kampung halaman, Malik bertemu ayahnya dengan penuh haru. Ayahnya terkejut mengetahui bahwa Malik telah berangkat haji dan pergi dengan ongkos sendiri. Malik kemudian menikah dengan Sitti Raham pada 5 April 1929, memenuhi permintaan ayahnya dan menebus rasa bersalah.

Di Sungai Batang, Malik menerbitkan novel pertamanya dalam bahasa Minangkabau berjudul "Si Sabariah," yang telah ia tulis sejak di Medan. Novel ini pertama kali ditunjukkan kepada ayahnya dan tokoh agama lainnya dalam Rapat Besar Umat Islam di Bukittinggi pada Agustus 1928. Dari Abdullah Ahmad, Malik mendapat motivasi untuk menyelipkan nilai-nilai agama dalam karyanya. "Si Sabariah" laris di pasaran, mencetak tiga kali, dan memberikan semangat kepada Malik untuk terus melaksanakan dakwah melalui tulisan. Setelah itu, Buya Hamka melahirkan banyak karya-karya luar biasa.

Itu dia Profil dan Biodata Buya Hamka, Seorang Sastrawan Indonesia. Apa ada salah satu karya Beliau yang Mama suka? dan kenapa Mama suka karya tersebut? Kasih tau aku di komentar ya!

Baca juga:

Komentar
Mama pernah dengar nama Buya Hamka tidak? Beliau adalah seorang sastrawan ternama dari Indonesia. Bagi Mama yang telah lama masuk....

Mama pernah dengar nama Buya Hamka tidak? Beliau adalah seorang sastrawan ternama dari Indonesia. Bagi Mama yang telah lama masuk ke dunia sastra, kemungkinan besar telah mengenal sosok ini. Namun, jika Mama belum mengenalnya, tak perlu khawatir. Aku akan mengajak Mama untuk menjelajahi Profil dan Biodata Buya Hamka, Seorang Sastrawan Indonesia, mengungkap sosok sastrawan Indonesia yang begitu memikat dan berpengaruh dalam dunia tulis-menulis.

Profil dan Biodata Buya Hamka, Seorang Sastrawan Indonesia

Abdul Malik, atau lebih dikenal sebagai Hamka, lahir pada 17 Februari 1908, di Tanah Sirah, wilayah yang sekarang masuk Nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ia merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Abdul Karim Amrullah "Haji Rasul" dan Safiyah

Hamka kecil tinggal di Maninjau bersama neneknya, mendengarkan pantun-pantun yang merekam keindahan alam Minangkabau. Ayahnya sering bepergian untuk berdakwah. Pada usia empat tahun, Hamka pindah bersama orangtuanya ke Padang Panjang, di mana ia belajar membaca al-Qur'an dan bacaan salat di bawah bimbingan kakak tirinya, Fatimah.

Saat berusia tujuh tahun, Hamka masuk ke Sekolah Desa. Pada tahun 1916, ia juga mengikuti pelajaran di Diniyah School yang dibuka oleh Zainuddin Labay El Yunusy, menggantikan sistem pendidikan tradisional berbasis surau.

Pada 1918, setelah tiga tahun belajar di Sekolah Desa, Haji Rasul memasukkan Hamka ke Thawalib. Thawalib merupakan sekolah agama yang mewajibkan murid-muridnya menghafal kitab-kitab klasik, kaidah mengenai nahwu, dan ilmu saraf.

Meskipun Hamka menghadiri kelas Thawalib setelah pelajaran di Diniyah School, sistem pembelajaran yang mengandalkan hafalan membuatnya jenuh. Hamka hanya tertarik pada pelajaran arudh yang membahas syair dalam bahasa Arab. Meskipun demikian, Hamka terkenal nakal dan suka menonton film, bahkan pernah mengelabui ayahnya untuk bisa menyaksikan film bisu di bioskop.

Biodata Buya Hamka, Seorang Sastrawan Indonesia

  • Nama Lengkap: Abdul Malik Karim Amrullah
  • Nama Pena: Hamka/Buya Hamka
  • Tanggal Lahir: 17 Februari 1908
  • Wafat: 24 Juli 1981 (umur 73)
  • Agama: Islam
  • Kebangsaan: Indonesia
  • Aliran Sastra: Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia

Karir Buya Hamka, Seorang Sastrawan Indonesia

Setelah tujuh bulan bermukim di Mekkah, Abdul Malik kembali ke Tanah Air dan memilih menetap di Medan, tempat berlabuhnya kapal yang membawanya pulang. Medan menjadi awal perjalanan karir jurnalistiknya. Awalnya, ia menulis artikel tentang pengalaman ibadah haji untuk Pelita Andalas, surat kabar milik orang Tionghoa. Selain itu, Malik menulis mengenai Sumatera Thawalib dan gerakan reformasi Islam di Minangkabau yang dipimpin oleh ayahnya, Haji Rasul. Melalui artikel-artikel ini, Hamka menemukan suaranya sebagai seorang jurnalis.

Selain menulis untuk surat kabar dan majalah lokal, Malik juga mengirimkan tulisannya ke Suara Muhammadiyah dan Bintang Islam. Meskipun penghargaan atas karyanya saat itu masih kecil, Malik mengandalkan honor dari mengajar sebagai penopang biaya hidupnya. Ia mengajar di Kebun Bajalinggi untuk pedagang-pedagang kecil, mengamati kehidupan kuli secara dekat, pengalaman ini yang kemudian menginspirasinya menulis "Merantau Ke Deli."

Meskipun kerabat dan ayahnya berkali-kali memintanya pulang, Malik baru memutuskan pulang setelah mendapat bujukan dari kakak iparnya, Sutan Mansur. Pada akhir 1927, Sutan Mansur singgah di Medan, dan Malik menyusul ayahnya di Sungai Batang setelah rumah mereka di Padang Panjang hancur akibat gempa bumi. Di kampung halaman, Malik bertemu ayahnya dengan penuh haru. Ayahnya terkejut mengetahui bahwa Malik telah berangkat haji dan pergi dengan ongkos sendiri. Malik kemudian menikah dengan Sitti Raham pada 5 April 1929, memenuhi permintaan ayahnya dan menebus rasa bersalah.

Di Sungai Batang, Malik menerbitkan novel pertamanya dalam bahasa Minangkabau berjudul "Si Sabariah," yang telah ia tulis sejak di Medan. Novel ini pertama kali ditunjukkan kepada ayahnya dan tokoh agama lainnya dalam Rapat Besar Umat Islam di Bukittinggi pada Agustus 1928. Dari Abdullah Ahmad, Malik mendapat motivasi untuk menyelipkan nilai-nilai agama dalam karyanya. "Si Sabariah" laris di pasaran, mencetak tiga kali, dan memberikan semangat kepada Malik untuk terus melaksanakan dakwah melalui tulisan. Setelah itu, Buya Hamka melahirkan banyak karya-karya luar biasa.

Itu dia Profil dan Biodata Buya Hamka, Seorang Sastrawan Indonesia. Apa ada salah satu karya Beliau yang Mama suka? dan kenapa Mama suka karya tersebut? Kasih tau aku di komentar ya!

Baca juga:

wah keren ya beliau, saya termasuk salah satu pansnya