Bisakah Literasi Menjadi Budaya di Indonesia?

             Apakah anak Anda suka membaca? Apakah anak Anda suka menulis? Jika iya, berarti anak Anda sudah menjadi litetrat atau yang lebih kita kenal dengan literasi. Literasi adalah kemampuan dan keterampilan individu untuk membaca, menulis, berbicara, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Seorang dikatakan literat setelah menguasai  4 aspek tersebut.

               Bila seorang anak tidak mengalami pembudayaan dan pembiasaan literasi di rumah atau di sekolah, anak tersebut bakal mengalami kesulitan dalam pengembangan kata-kata. Kemampuan membaca dan menulis anak akan terhambat. Dengan demikian, kemampuan literasi harus menjadi jantung pendidikan dari anak sejak usia dini hingga dewasa kelak.

               Menurut salah satu ahli, salah satu syarat menjadikan literasi sebagai jantungnya pendidikan adalah penyediaan buku-buku literasi d sekolah. Buku-buku yang disediakan seperti buku-buku pengetahuan umum di luar buku paket. Penyedian buku- buku tersebut niscaya menambah semangat siswa untuk melakukan kegiatan literasi.

           Nyatanya, sekola-sekolah di Indonesia masih banyak yang memosisikan  buku paket sebagai kitab suci di mana semua isinya harus dihafal sama persis. Sudah saatnya sekolah-sekolah mempunayi keberanian untuk melepaskan diri dari buku pakaet. Bahan ajar mengajar sudah bisa dari  bukubuku lain atau bahkan media cetak. Di tingkat SD guru bahasa Indonesia bisa menggunakan cerpen yang ada pada koran sebagai bahan ajaran. Sementara itu, di tingkat SMP dan SMA siswa diperbolehkan membaca novel fiksi maupun nonfiksi baik lokal atau internasonal.

         Terkadang anak sulit merangkai kata baik dalam tulisan ataupun lisan, tetapi dengan  terus membaca dan belajar, lama kelamaan akan menjadi terbiasa. Mengajari anak buku-buku semacamitu tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Proses tersebutpelunya guru yang menyerahka  tenaga, pikiran, kesabaran, dan tentu saja wawasan yang luas.

      Selain pihak sekolah, diperlukan juga bantuan dari pihak keluarga untuk membudayakan literasi. Di rumah, keluarga juga bisa menyiapkan atau menyediakan buku-buku pengetahuan umum. Mungkin keluarga juga bisa membuat jadwal literasi di rumah.

     Kalau literasi itu benar-benar dijadikan jantung pendidikan di Indonesia, maka beberapa tahun ke depan kita yakin  literasi akan menjadi budaya Indonesia. Tidak hanya anak atau siswa saja, masyarakat umum juga bisa membudayakan literasi.