Bolehkah Kita Berdiam Diri Menunggu Takdir?

group-image

Bertawakal kepada Allah SWT memang seharusnya dilakukan setiap umat beragama untuk berserah diri dengan sang pencipta. Usaha yang dilakukan setiap manusia pasti memiliki hasil yang diberikan juga oleh Allah SWT ssuai dengan usaha yang dilakukan umatnya. Namun, Bolehkah Kita Berdiam Diri Menunggu Takdir?

Bolehkah Berdiam Diri Menunggu Takdir?

Ayat yang menyebutkan bahwa Allah SWT tidak akan mengubah nasib orang yang tidak berusaha adalah surah Ar Ra'd ayat 11. Allah SWT berfirman,

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ ١١

Artinya: "Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS Ar Ra'd: 11)

Bolehkah Kita Berdiam Diri Menunggu Takdir? Tafsir Ar Ra'd Ayat 11: Allah Tak Akan Ubah Nasib Orang yang Tak Berusaha Menurut Tafsir Ibnu Katsir, melalui surah Ar Ra'd ayat 11 Allah SWT menceritakan perihal ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu dan semua makhluk-Nya. Allah SWT mendengar semuanya atas sesuatu yang dirahasiakan orang-orang atau yang berterus-terang. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya yang lain,

وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى

Artinya: "Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (QS Thaha: 7)

Dijelaskan lebih lanjut, Allah SWT memiliki malaikat-malaikat yang selalu menjaga hamba-Nya secara bergiliran, ada yang di malam hari, ada pula yang di siang hari untuk menjaga manusia dari hal-hal yang buruk dan kecelakaan-kecelakaan. Tugas secara bergiliran ini juga dilakukan oleh malaikat pencatat amal baik dan amal buruk seseorang.

Selanjutnya, Allah SWT menerangkan mengenai nasib suatu kaum. Menurut sebuah riwayat Ibnu Abu Hatim dari Abu Sa'id Al-Asyaj, dari Hafs ibn Gayyas, dari Asy'as, dari Jahm, dari Ibrahim yang mengatakan bahwa Allah SWT pernah memerintahkan kepada salah seorang nabi dari kalangan bani Israil,

"Hendaklah kamu katakan kepada kaummu bahwa tidak ada suatu penduduk kota pun-dan tidak ada penghuni suatu ahli bait pun- yang tadinya berada dalam ketaatan kepada Allah, lalu mereka berpaling dari ketaatan dan mengerjakan maksiat kepada Allah, melainkan Allah memalingkan dari mereka hal-hal yang mereka sukai, kemudian menggantikannya dengan hal-hal yang tidak mereka sukai."

Selanjutnya Jahm ibnu Ibrahim mengatakan bahwa bukti kebenaran tersebut termuat dalam Al-Qur'an, yakni pada firman Allah SWT yang mengatakan: Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS Ar-Ra'd: 11)

Keadaan atau nasib suatu kaum tersebut turut dijelaskan Abul-Hafiz Muhammad ibn Usman ibnu Abu Abu Syaibah dalam kitabnya yang berjudul Sifatul 'Arsy.

Disebutkan, Khalifah Ali bin Abi Thalib berkhutbah di atas mimbar Kufah. Antara lain ia mengatakan, "Apabila aku berdiam diri tidak berbicara kepada Rasulullah SAW, maka beliaulah yang memulainya kepadaku; dan apabila aku menanyakan suatu berita kepadanya, dia menceritakannya kepadaku. Dan dia menceritakan kepadaku suatu hadis dari Allah SWT yang menyebutkan:

"Tuhan berfirman, 'Demi Kemuliaan, Keagungan, dan Ketinggian-Ku di atas 'Arasy; tiada suatu (penduduk) kota pun, dan tiada pula suatu ahli bait pun yang tadinya mengerjakan hal yang Aku benci yaitu berbuat durhaka terhadap-Ku, kemudian mereka berpaling dari perbuatan durhaka itu menuju kepada perbuatan yang Aku sukai, yaitu taat kepada-Ku, melainkan Aku palingkan dari mereka hal yang tidak mereka sukai, yaitu azab-Ku; dan Aku berikan kepada mereka hal yang mereka sukai, yaitu rahmat-Ku'."

Itu lah informasi mengenai Bolehkah Kita Berdiam Diri Menunggu Takdir? Semoga bermanfaat!

 

Baca juga:

Komentar
Bertawakal kepada Allah SWT memang seharusnya dilakukan setiap umat beragama untuk berserah diri dengan sang pencipta. Usaha yang dilakukan setiap....

Bertawakal kepada Allah SWT memang seharusnya dilakukan setiap umat beragama untuk berserah diri dengan sang pencipta. Usaha yang dilakukan setiap manusia pasti memiliki hasil yang diberikan juga oleh Allah SWT ssuai dengan usaha yang dilakukan umatnya. Namun, Bolehkah Kita Berdiam Diri Menunggu Takdir?

Bolehkah Berdiam Diri Menunggu Takdir?

Ayat yang menyebutkan bahwa Allah SWT tidak akan mengubah nasib orang yang tidak berusaha adalah surah Ar Ra'd ayat 11. Allah SWT berfirman,

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ ١١

Artinya: "Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS Ar Ra'd: 11)

Bolehkah Kita Berdiam Diri Menunggu Takdir? Tafsir Ar Ra'd Ayat 11: Allah Tak Akan Ubah Nasib Orang yang Tak Berusaha Menurut Tafsir Ibnu Katsir, melalui surah Ar Ra'd ayat 11 Allah SWT menceritakan perihal ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu dan semua makhluk-Nya. Allah SWT mendengar semuanya atas sesuatu yang dirahasiakan orang-orang atau yang berterus-terang. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya yang lain,

وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى

Artinya: "Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (QS Thaha: 7)

Dijelaskan lebih lanjut, Allah SWT memiliki malaikat-malaikat yang selalu menjaga hamba-Nya secara bergiliran, ada yang di malam hari, ada pula yang di siang hari untuk menjaga manusia dari hal-hal yang buruk dan kecelakaan-kecelakaan. Tugas secara bergiliran ini juga dilakukan oleh malaikat pencatat amal baik dan amal buruk seseorang.

Selanjutnya, Allah SWT menerangkan mengenai nasib suatu kaum. Menurut sebuah riwayat Ibnu Abu Hatim dari Abu Sa'id Al-Asyaj, dari Hafs ibn Gayyas, dari Asy'as, dari Jahm, dari Ibrahim yang mengatakan bahwa Allah SWT pernah memerintahkan kepada salah seorang nabi dari kalangan bani Israil,

"Hendaklah kamu katakan kepada kaummu bahwa tidak ada suatu penduduk kota pun-dan tidak ada penghuni suatu ahli bait pun- yang tadinya berada dalam ketaatan kepada Allah, lalu mereka berpaling dari ketaatan dan mengerjakan maksiat kepada Allah, melainkan Allah memalingkan dari mereka hal-hal yang mereka sukai, kemudian menggantikannya dengan hal-hal yang tidak mereka sukai."

Selanjutnya Jahm ibnu Ibrahim mengatakan bahwa bukti kebenaran tersebut termuat dalam Al-Qur'an, yakni pada firman Allah SWT yang mengatakan: Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS Ar-Ra'd: 11)

Keadaan atau nasib suatu kaum tersebut turut dijelaskan Abul-Hafiz Muhammad ibn Usman ibnu Abu Abu Syaibah dalam kitabnya yang berjudul Sifatul 'Arsy.

Disebutkan, Khalifah Ali bin Abi Thalib berkhutbah di atas mimbar Kufah. Antara lain ia mengatakan, "Apabila aku berdiam diri tidak berbicara kepada Rasulullah SAW, maka beliaulah yang memulainya kepadaku; dan apabila aku menanyakan suatu berita kepadanya, dia menceritakannya kepadaku. Dan dia menceritakan kepadaku suatu hadis dari Allah SWT yang menyebutkan:

"Tuhan berfirman, 'Demi Kemuliaan, Keagungan, dan Ketinggian-Ku di atas 'Arasy; tiada suatu (penduduk) kota pun, dan tiada pula suatu ahli bait pun yang tadinya mengerjakan hal yang Aku benci yaitu berbuat durhaka terhadap-Ku, kemudian mereka berpaling dari perbuatan durhaka itu menuju kepada perbuatan yang Aku sukai, yaitu taat kepada-Ku, melainkan Aku palingkan dari mereka hal yang tidak mereka sukai, yaitu azab-Ku; dan Aku berikan kepada mereka hal yang mereka sukai, yaitu rahmat-Ku'."

Itu lah informasi mengenai Bolehkah Kita Berdiam Diri Menunggu Takdir? Semoga bermanfaat!

 

Baca juga:

Iya betul, harusnya usaha dulu baru habis itu hasilnya diserahkan kpd Allah