Pada dasarnya, pecah ketuban merupakan proses alami yang terjadi ketika ibu hamil akan melahirkan.
Namun, pecah ketuban yang tidak diikuti tanda-tanda akan melahirkan, terutama ketika janin belum berkembang sempurna, bukanlah hal yang normal.
Belum diketahui apa yang menyebabkan ketuban pecah dini.
Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya ketuban pecah dini, yaitu:
√ Infeksi pada rahim, mulut rahim, atau vagina
√ Peregangan yang berlebihan pada kantung ketuban akibat air ketuban terlalu banyak (polihidramnion)
√ Perdarahan melalui vagina pada trimester kedua dan ketiga kehamilan
√ Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya
√ Kebiasaan merokok atau menggunakan NAPZA pada saat hamil
√ Berat badan yang kurang atau kekurangan gizi pada ibu hamil
√ Hamil anak kembar
√ Jarak antar kehamilan yang kurang dari 6 bulan
√ Riwayat operasi atau biopsi pada leher rahim
√ Pernah melahirkan bayi prematur
Gejala Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya air ketuban melalui vagina. Air yang keluar ini dapat mengalir secara perlahan atau deras. Berbeda dengan urine, bocornya air ketuban tidak dapat ditahan sehingga akan tetap mengalir keluar.
Untuk lebih memastikan apakah cairan tersebut urine atau air ketuban, maka dapat digunakan pembalut untuk menyerap cairan yang keluar. Selanjutnya, lihat dan cium bau pembalut tersebut. Air ketuban memiliki ciri-ciri tidak berwarna dan tidak berbau pesing seperti urine.
Jika disertai dengan infeksi, ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa gejala lain, yaitu:
√ Demam
√ Nyeri perut
√ Keputihan yang terjadi terus-menerus dan berbau tidak sedap atau menyengat
√ Detak jantung janin cepat
Kapan harus ke dokter
Segera ke dokter jika ketuban Anda pecah, terutama jika usia kehamilan belum mencapai 37 minggu. Kondisi ini perlu segera mendapatkan penanganan.
Pada dasarnya, pecah ketuban merupakan proses alami yang terjadi ketika ibu hamil akan melahirkan.
Namun, pecah ketuban yang tidak diikuti tanda-tanda akan melahirkan, terutama ketika janin belum berkembang sempurna, bukanlah hal yang normal.
Belum diketahui apa yang menyebabkan ketuban pecah dini.
Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya ketuban pecah dini, yaitu:
√ Infeksi pada rahim, mulut rahim, atau vagina
√ Peregangan yang berlebihan pada kantung ketuban akibat air ketuban terlalu banyak (polihidramnion)
√ Perdarahan melalui vagina pada trimester kedua dan ketiga kehamilan
√ Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya
√ Kebiasaan merokok atau menggunakan NAPZA pada saat hamil
√ Berat badan yang kurang atau kekurangan gizi pada ibu hamil
√ Hamil anak kembar
√ Jarak antar kehamilan yang kurang dari 6 bulan
√ Riwayat operasi atau biopsi pada leher rahim
√ Pernah melahirkan bayi prematur
Gejala Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya air ketuban melalui vagina. Air yang keluar ini dapat mengalir secara perlahan atau deras. Berbeda dengan urine, bocornya air ketuban tidak dapat ditahan sehingga akan tetap mengalir keluar.
Untuk lebih memastikan apakah cairan tersebut urine atau air ketuban, maka dapat digunakan pembalut untuk menyerap cairan yang keluar. Selanjutnya, lihat dan cium bau pembalut tersebut. Air ketuban memiliki ciri-ciri tidak berwarna dan tidak berbau pesing seperti urine.
Jika disertai dengan infeksi, ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa gejala lain, yaitu:
√ Demam
√ Nyeri perut
√ Keputihan yang terjadi terus-menerus dan berbau tidak sedap atau menyengat
√ Detak jantung janin cepat
Kapan harus ke dokter
Segera ke dokter jika ketuban Anda pecah, terutama jika usia kehamilan belum mencapai 37 minggu. Kondisi ini perlu segera mendapatkan penanganan.
Jika mengalaminya segera konsultasikan ke tenaga medis yaa